Ceknricek.com -- Peran seorang jurnalis adalah mengungkap fakta sebenarnya-benarnya, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan umum. Seorang jurnalis yang tak memegang teguh prinsip tersebut tak layak disebut sebagai jurnalis, sekalipun dirinya memiliki kartu pers atau sertifikasi pers sekalipun.
Hal ini yang sepertinya dipegang teguh oleh jurnalis senior Amerika Serikat, Seymour Myron "Sy" Hersh. Pada tanggal 12 November 1969 atau tepat 50 tahun lalu, dirinya mengungkap rahasia kelam yang ditutup rapat-rapat oleh pemerintah Amerika Serikat, yang dianggap sebagai aib paling memalukan dalam sejarah Amerika Serikat. Rahasia itu ialah pembantaian di My Lai, Vietnam, yang dilakukan tentara AS kepada rakyat di kawasan Son Tinh, Vietnam Selatan.
Seymour Hersh, wartawan investigatif independen, saat itu masih berusia 32 tahun. Dirinya merupakan reporter polisi untuk Kantor Berita Kota Chicago, seorang reporter Pentagon untuk A.P. dan seorang sekretaris pers untuk Eugene McCarthy. Hersh telah menulis buku tentang perang kimia dan biologi, dan dia sedang mengerjakan tulisan lain tentang Pentagon ketika salah satu kenalannya memanggilnya di Washington sekitar 22 Oktober.
“Saya punya cerita yang fantastis. Ada seorang pria di Benning yang ditahan dengan tuduhan membunuh 70 hingga 75 warga sipil Vietnam,” kata sumber tersebut kepada Hersh, seperti dilansir dari The Press: Miscue on the Massacre, 5 Desember 1969.
Sumber: AP
Hersh mengambil bukunya dan mulai melacak informasi yang mengarah ke wawancara dengan Letnan AD William L Calley, Jr, pada 9 November. Dia menulis cerita itu pada hari berikutnya. Setelah gagal menarik perhatian dari Life dan Look, Hersh memutuskan untuk mempublikasikan tulisannya melalui media Washington bernama Dispatch News Service (DNS).
DNS ialah agensi media kecil yang dimulai beberapa bulan sebelumnya oleh dua anak muda berusia 23 tahun, David Obst, manajer umum, dan Michael Morrow, satu-satunya staf penulis. Obst mengakui bahwa medianya dianggap memiliki aliran kiri-tengah atau sedikit anti pemerintah namun tetap berimbang.
Baca Juga: Hari Ini Dalam Sejarah: Menjemput Kemerdekaan ke Vietnam
"Ini bukan media berita anti-perang, melainkan penyedia berita pro-kebenaran,” kata Obst. Dirinya lalu mencoba memasarkan cerita Hersh ke khalayak. Dia duduk dengan salinan Literary Market Place, yang memuat nomor telepon editor surat kabar lalu mulai menelepon.
"Saya David Obst dari Dispatch News Service, menelepon dari Washington," katanya kepada sekitar 50 editor di AS dan Kanada. “Saya punya cerita, yang mungkin kamu akan tertarik,” tambahnya.
Sebagian besar editor merespons dengan komentar, "Apa nama agensi itu lagi?" Obst bertahan, meminta $100 jika cerita itu tayang. Tulisan itu akhirnya dimuat di sekitar 35 surat kabar, termasuk Chicago Sun-Times, Milwaukee Journal dan St. Louis Post-Dispatch.
Skandal Terungkap
Pembantaian My Lai adalah pembantaian yang dilakukan oleh tentara AS terhadap ratusan warga sipil Vietnam yang tidak bersenjata, dan kebanyakan perempuan dan anak-anak, pada 16 Maret 1968, pada saat Perang Vietnam. Pada saat Perang Vietnam, Provinsi Quang Ngai di Vietnam Selatan dicurigai menjadi tempat perlindungan kaum gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat dan kader-kader lainnya dari Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam (FNPV), yang juga disebut Viet Cong oleh pasukan-pasukan AS dan simpatisan mereka.
Foto: Istimewa
Para pemberontak kadang-kadang ditampung dan dilindungi oleh warga sipil di daerah itu. Namun, tentara-tentara Amerika merasa frustrasi karena keterlibatan rakyat setempat. Ditambah dengan ketidakmampuan mereka untuk mengejar musuh yang selalu lolos dan meluasnya rasa takut akan disergap, kemarahan ini semakin menambah kemungkinan mereka melakukan balas dendam yang kejam terhadap warga sipil.
Pasukan AS membunuh warga desa, meracuni air sumur, dan membakar rumah-rumah. Desa My Lai tak ayal seperti rumah jagal. Tak pandang bulu, orang tua, perempuan, anak-anak, bahkan bayi sekalipun. Sejumlah wanita diperkosa sebelum dihabisi nyawa mereka. Dengan bayonet dan pisau, tentara AS memotong telinga, leher, lidah atau menguliti kepala korban.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Sonderaktion Krakau, Operasi Nazi Jerman Menjebak Ilmuwan
Hersh, setelah berbincang dengan Ron Ridenhour, salah satu perwira AS, membuka cerita My Lai pada 12 November 1969, dan pada 20 November majalah Time, Life dan Newsweek semuanya meliput kisahnya. CBS menyiarkan di televisi wawancara dengan Paul Meadlo.
Apa yang dilakukan Hersh akhirnya membuat media-media lain ikut bersuara. The Plain Dealer (Cleveland) menerbitkan foto-foto yang sangat jelas tentang penduduk desa yang mati terbunuh di My Lai. Sebagaimana terbukti dari komentar-komentar yang dibuat pada percakapan telepon 1969 antara Penasihat Keamanan Nasional AS Henry Kissinger dan Menteri Pertahanan Melvin Laird, yang baru-baru ini diungkapkan oleh Arsip Keamanan Nasional, foto-foto tentang kejahatan perang itu terlalu mengejutkan para perwira senior hingga mereka tidak bisa dengan efektif menutup-nutupinya.
Jumlah yang pasti dari orang-orang yang terbunuh berbeda-beda dari sumber yang satu ke sumber lainnya; yang paling sering disebut adalah 347 dan 504 korban. Sebuah peringatan di tempat pembantaian itu mencantumkan 504 nama, dengan usia yang merentang dari 82 tahun yang paling tua hingga 1 tahun yang paling muda.
Investigasi dari Hersh yang mengekspos pembantaian My Lai, memenangkannya Hadiah Pulitzer pada tahun 1970.
Hanya Satu yang Bersalah
Rakyat AS terkaget-kaget ketika membaca tulisan dari Hersh. Para tentara kebanggaan mereka tak ayal hanyalah pembunuh berdarah dingin. Publik akhirnya mulai mempertanyakan apa makna dan kegunaan dari Perang Vietnam, jika itu akhirnya hanyalah ajang pembantaian semata. Gerakan protes untuk mendesak mundur pasukan-pasukan Amerika makin marak.
Saat tragedi pembantaian itu ada tiga tentara Amerika Serikat berupaya mati-matian menghentikan rekan mereka yang membabi buta membunuh para korban hingga terluka karena berkelahi dengan teman sendiri. Ketiga orang itu adalah pilot helikopter Hugh Thompson, awak helikopter Glenn Andreotta dan Lawrence Colburn yang melindungi Thompson dalam aksi penyelamatan ini.
Foto: Istimewa
"Mereka dianggap pengkhianat, namun setelah kabar pembantaian My Lai terkuak, Angkatan Darat menganggap mereka pahlawan," demikian menurut LIFE.
Fotografer tentara, Ron Haeberle, juga punya andil dalam pengungkapan itu. Ia yang berharap memotret pertempuran AS dan Viet Cong justru mengabadikan pembantaian dan penderitaan yang tak bisa diwakili dengan kata-kata.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Perang Balkan I Pecah
Pada 17 Maret 1970, Angkatan Darat A.S. mendakwa 14 perwiranya telah menyembunyikan informasi yang berkaitan dengan insiden ini. Kebanyakan dari dakwaan ini kemudian dibatalkan.
Hanya ada satu orang yang dinyatakan bersalah. Dialah Letnan AD William Calley dinyatakan bersalah pada 1971 telah melakukan pembunuhan terencana dengan memerintahkan penembakan dan mulanya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Namun dua hari kemudian, Presiden Richard Nixon memerintahkan ia dibebaskan dari penjara. Calley menjalani tahanan rumah selama tiga setengah tahun di markasnya di Fort Benning, Georgia, dan kemudian diperintahkan bebas oleh seorang hakim federal.
Calley mengklaim bahwa ia cuma mengikuti perintah dari kaptennya, Ernest Medina; Medina menyangkal bahwa ia telah memberikan perintah itu, dan dibebaskan dalam peradilan yang terpisah. Kebanyakan dari para perwira yang terlibat dalam insiden My Lai ini tidak mendaftar lagi di angkatan bersenjata. Dari ke-26 orang yang mula-mula dikenai dakwaan, Letnan Calley adalah satu-satunya yang dinyatakan terbukti bersalah.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar