Ceknricek.com -- Tepat pada tanggal hari ini, 173 tahun silam, 23 September 1846, astronom Jerman, Johann Gottfried Galle berhasil menemukan Planet Neptunus di Observatorium Berlin, Jerman.
Penemuan Neptunus menjadi salah satu tonggak prestasi terbesar manusia dalam khasanah ilmu pengetahuan yang kemudian melahirkan misi-misi baru luar angkasa setelah planet ini ditemukan di atas kertas.
Berdasarkan Hitungan Matematika
Planet Neptunus sebelum ditemukan oleh Galle, sebenarnya telah menjadi planet pertama yang ditemukan di atas kertas oleh para astronom sebelumnya. Maksudnya, objek luar angkasa itu masuk ke dalam sistem tata surya berdasarkan hitungan matematika terlebih dahulu.
Semua ini berawal dari ditemukannya Uranus oleh William Herschel pada 1781. Objek tersebut bergerak terlalu cepat dibanding planet-planet lain di sistem tata surya, dan tiba-tiba bisa bergerak lebih lambat. Adanya planet tambahan yang berada lebih jauh dari Uranus kemudian jadi salah satu jawaban paling potensial sebagai penyebab anomali tersebut.
Sumber: Wikipedia
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: William Herschel Menemukan Enceladus
Empat puluh tahun kemudian, pada 1821, astronom Alexis Bouvard (Prancis) juga menerbitkan tabel astronomis yang mencantumkan prediksi posisi Uranus dari waktu ke waktu berdasarkan perhitungan terakurat masa itu. Namun pengamatan demi pengamatan selanjutnya secara mengejutkan menunjukkan Uranus nampak sedikit bergeser dibanding seharusnya.
Alexis Bouvard. Sumber: Cnrs News.
Tingkah aneh ini lalu memaksa Bouvard untuk memikirkan satu kemungkinan yang nampaknya mustahil pada saat itu: ada planet lain tak dikenal yang mengganggu Uranus. Karena gerak Uranus menyimpang sedikit, maka planet tak dikenal itu haruslah sama atau lebih besar dari Uranus.
Ide-ide ini lalu membakar semangat John Couch Adams, seorang pemuda dari Inggris Raya, yang memulai observasinya pada 1843. Upayanya segera berbuah sejumlah perkiraan posisi planet itu. Sontak ia mengirimkan permohonan untuk menyigi langit dimana planet itu diperhitungkan berada pada James Challis, direktur Observatorium Cambridge. Namun permohonannya diabaikan.
John Couch Adams. Sumber: Getty Images
Prancis Melakukan hal yang Sama
Empat tahun pasca inisiasi Adams yang akhirnya berbenturan dengan tembok Inggris, seorang Urbain Le Verrier di Prancis juga mulai tertarik dengan problem serupa. Segera perhitungan digelar, tanpa menyadari bahwa upaya sejenis telah dilakukan Adams bertahun-tahun sebelumnya.
Namun berbeda dengan Adams yang sendirian, Le Verrier mendapat dukungan kuat Francois Arago, direktur Observatorius Paris. Sehingga hasil perhitungannya bisa langsung diterapkan untuk menyigi kawasan langit terkait.
Le verrier. Sumber: pagespro
Begitu menyadari peta langit milik Paris tidak lengkap khususnya bagi kawasan yang seharusnya disisir menurut perhitungannya, Le Verrier segera memublikasikan perhitungannya tersebut ke Inggris dan Jerman dengan harapan observatorium-observatorium setempat bisa turut mencari planet itu.
Publikasi Le Verrier lalu tiba di Inggris pada Juni 184. Sontak hal ini tentu menggemparkan patra astronom papan atas di sana, khususnya Sir George Airy sebagai astronom kerajaan. Hasil penemuan ini mirip karya Adams yang ironisnya telah diabaikan. Hingga, atas desakan Airy, Challis pun mulai mencari posisi planet tersebut.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Voyager 2 Berhasil Capai Neptunus
Dalam observasi 8 dan 12 Agustus 1846 malam matanya sebenarnya telah bersirobok dengan bintik cahaya redup, yang adalah planet tak dikenal itu. Namun karena peta bintangnya belum diperbaharui, Challis gagal mengenalinya sebagai planet dan menganggapnya sebagai bintang biasa saja.
Sebaliknya keberuntungan menghinggapi Observatorium di Berlin. Tatkala surat Le Verrier tiba pada 23 September 1846, Johann Galle pun menyambutnya dengan antusias bersama Heinrich d’Arrest, asistennya.
Le Verrier. Sumber: Home Page du Mathouriste
Dengan peta bintang yang lebih baik ketimbang Cambridge maka hanya dalam beberapa jam kemudian Galle dan d’Arrest berhasil mendeteksi bintik cahaya redup yang tak terdaftar dalam peta mereka. Analisis mereka pun segera memperlihatkan bahwa bintik redup itu adalah planet tak dikenal. Dan kelak dikemudian hari, planet inilah yang kini kita kenal sebagai Neptunus.
Perang Klaim Penemuan
Penemuan planet tejauh ke delapan jika ditinjau dari matahari ini kemudian tak hanya menggemparkan dunia ilmu pengetahuan, namun juga berefek pada hubungan Prancis-Inggris.
Perang klaim antar negara itu pun meletup untuk memperebutkan titel siapakah yang pertama kali menyadari adanya Neptunus di atas kertas sebelum Observatorium Berlin menjumpainya.
Berlin Observatory hires. Sumber kafe astronomy
Selama lebih dari seabad ‘berperang’ klaim maka terjadilah ‘gencatan senjata’, dengan sebuah konsensus bahwa baik Adams maupun Le Verrier berkontribusi dalam penemuan Neptunus.
Baca Juga: Neil Amstrong Dalam Kepungan Teori Konspirasi
Hingga kemudian raksasa gas biru, yang memiliki diameter empat kali dari Bumi, dinamai dewa laut Romawi. Ia memiliki delapan bulan, dimana Triton adalah yang terbesar, dan sistem cincin berisi tiga cincin cerah dan dua redup.
Sumber: Nasa
Planet tersebut menyelesaikan orbit matahari setiap 165 tahun sekali. Pada 1989, pesawat antariksa AS Voyager 2 adalah pesawat ruang angkasa manusia pertama yang mengunjungi Neptunus.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini