Ceknricek.com -- Pandu Riono kerap menyampaikan pandangan maupun pemikiran terkait dunia kesehatan. Sesuai dengan ilmu pengetahuan yang ditekuni dan dikuasainya.
Di masa pandemi ini, dia juga kerap menyampaikan saran maupun kritik terkait kebijakan penanganan yang dilakukan pemerintah. Baik di tingkat pusat maupun daerah. DKI Jakarta dan Jawa Barat adalah 2 provinsi yang kerap mengundang Pandu memberikan masukan.
Saya kenal Pandu saat melayat kakak salah seorang sahabat yang meninggal dunia beberapa tahun lalu. Dia ternyata kerabat dekat mereka.
Saat itu kami sempat membincangkan berbagai hal terkait dunia kesehatan masyarakat. Juga kekisruhan birokrasi yang berkelindan di sana.
+++
Upaya Unair menemukan obat penawar pandemi hari ini sesungguhnya layak didukung. Sebagaimana berbagai pihak lain yang juga melakukannya. Tapi mengingat kaitannya dengan kemaslahatan orang banyak, hal itu sudah sepatutnya dilakukan sesuai norma dan kaidah. Agar niat yang baik itu tak disertai dampak buruk tak sepatutnya.
Beberapa bulan lalu, banyak kalangan mengernyitkan dahi ketika Unair dan BIN mengumumkan kerjanya mengupayakan penawar Covid-19. Siapa yang mengira lembaga intelijen negara ternyata juga memiliki ilmu dan pengetahuan teknis soal kesehatan?
Memang tak ada yang haram dan terlarang dengan langkah publikasi tersebut. Tapi jika hal tersebut membangkitkan mawas diri kita untuk mencermati hal-hal yang mereka lakukan sesuai protokol berlaku, adalah wajar semata.
Baca juga: Vaksin China dan Game Theory Erick Thohir
Maka ketika kabar bahwa obat yang mereka upayakan tersebut, siap diedarkan dan tinggal menunggu persetujuan lembaga berwenang, tentu saja menarik perhatian berbagai kalangan yang menekuni ilmu dan pengetahuan terkait. Termasuk Pandu Riono. Pemikiran dan pertimbangan mereka adalah jangan sampai berbagai kegegabahan yang tak perlu dan merugikan masyarakat, dibiarkan berlangsung. Meski atas niat mulia sekalipun.
Apalagi ketika kabar yang disampaikan itu, menyebut peran tiga serangkai: Unair, BIN, dan TNI AD. Selain pelibatan unsur intelijen, ternyata Unair juga membutuhkan angkatan bersenjata.
+++
Persoalannya, Pandu Riono beserta sejumlah kalangan yang menguasai ilmu dan pengetahuan terkait, mencermati sejumlah kejanggalan pada proses dan metodologi yang dilakukan tiga serangkai itu. Hal yang kemudian terkonfirmasi lewat pernyataan Penny Lukito, Ketua Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berwenang mengizinkan peredaran temuan Unair-BIN-TNI AD itu. Katanya, ada sejumlah temuan kritis mereka yang perlu dipenuhi dan dijelaskan terlebih dahulu, sebelum mengeluarkan izin edarnya.
Mendengar kabar soal upaya tiga serangkai yang melibatkan intelijen dan angkatan perang itu, Pandu yang tentu saja sudah mempelajari dan memahami duduk soalnya, menyampaikan pesan akan menggugat BPOM, lembaga yang dipimpin Penny, jika mereka sampai menyetujuinya.
Bahwa ternyata BPOM kemudian tak merestui, adalah soal lain. Tentu hal tersebut sepenuhnya dilakukan atas penelaahan profesional sesuai otoritas yang mereka miliki. Tak mesti karena ancaman Pandu.
Tapi yang terjadi kemudian sungguh biadab dan memalukan. Ada yang meretas akun twitter Pandu Riono. Lalu menyiarkan kabar yang menyerang pribadi bersangkutan.
Terkutuklah yang melakukannya.
Memang tak banyak yang memiliki kapasitas canggih untuk melakukan hal-hal biadab seperti itu. Lembaga-lembaga intelijen di berbagai belahan dunia adalah salah satunya. Atau anomali orang-orang pintar yang kurang kerjaan.
Wallahualam.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini