Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman" | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Media Indonesia

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"

Ceknricek.com -- Sudah lama publik tak mendengar pidato berapi-api Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, tentang hal-hal yang sensitif. Andai pun ia bicara, hanya pada tema-tema datar, walau kadang diucapkan dengan cara heboh: mengacung-acungkan genggaman tangan, suara memekik, dan berapi-api. Nah, pada Rabu, 14 Agustus lalu, Surya memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, bertajuk "Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan". Bukan tentang Surya yang memberikan kuliah yang menarik, tapi isi kuliah itu yang membuat orang terbengong-bengong.

Surya mengungkap paradoks antara Pancasila sebagai ideologi negara dengan realita dalam kehidupan saat ini. Ia seakan ingin mengatakan “saya Pancasila, Saya NKRI” yang pernah dijadikan jargon Presiden Jokowi dan sebagian pendukungnya hanyalah slogan kosong belaka.

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"
Sumber: Media Indonesia

 You tahu enggak, bangsa kita ini adalah bangsa yang kapitalis hari ini. You tahu enggak bangsa kita ini bangsa yang sangat liberal hari ini. Ngomong Pancasila, mana itu Pancasila. Tanpa kita sadari juga, kalau ini memang kita masuk dalam tahapan apa yang dikategorikan negara kapitalis," ujarnya penuh semangat.

Baca Juga: Nasdem Mau Menjadi Oposisi, yang Benar Saja?

Surya lalu mempertanyakan apakah masyarakat Indonesia mampu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), jika sistem yang tumbuh dan berkembang adalah non-Pancasila. "Ada ideologi baru yang ditawarkan, entah apa bentuknya, saya minta penelitian dari UI," tambahnya.

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"
Sumber: Republika

Pada kuliah umum itu, Surya mengambil kesimpulan bahwa sistem bernegara Indonesia saat ini sudah menganut sistem kapitalis yang liberal. "Ketika kita berkompetisi (pilpres dan pilkada), wani piro. Saya enggak tahu lembaga pengkajian UI ini sudah mengkaji wani piro itu saya enggak tahu, praktiknya yang saya tahu money is power, bukan akhlak, bukan kepribadian, bukan attitude, bukan juga ilmu pengetahuan. Above all, money is power," ujarnya berapi-api.

Indonesia dianggap malu-malu kucing untuk mendeklarasikan sebagai negara kapitalis yang liberal. "Padahal, itulah Indonesia hari ini," jelasnya.

Sang Pembisik

Penyataan Surya tentu saja cukup menyedot perhatian dan membuat sebagian orang seakan tak percaya. Soalnya, publik sudah mencap pemilik stasiun Metro TV ini sebagai tokoh lingkar kekuasaan. Televisi yang dikendalikan dirinya pun senantiasa memberitakan yang asyik-asyik saja tentang kekuasaan dan rezim saat ini. Surya berada pada wilayah subur, sebagai penikmat kekuasaan itu. Jaksa Agung sudah diduduki kadernya. Lebih penting lagi, dia adalah pembisik bagi Jokowi. Dia, misalnya, adalah pembisik bagi Presiden soal Sonagol, kala menyodorkan perusahaan minyak dari Angola itu kepada Presiden Joko Widodo untuk memasok kebutuhan dalam negeri. 

Kala itu banyak pihak menuduh Surya sedang bergerilya berburu komisi. Ia sendiri mengaku kebetulan kenal dengan salah satu pemilik Sonangol, Sam Pa, yang merupakan pengusaha asal Tiongkok.

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"
Sumber: Medcom

Grup Sonangol adalah kongsi lama Surya. Pada 2009, Surya Energi mendapat pinjaman modal dari China Sonangol International Holding Ltd. Anak usaha Sonangol EP tersebut menyuntikkan dana US$200 juta ke Surya Energi untuk menggarap Blok Cepu. Surya Energi adalah pemilik 75% saham PT Asri Darma Sejahtera. Adapun 25% saham perusahaan ini dikuasai Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Asri Darma memegang 4,5% saham blok minyak di Cepu. 

Kembali ke soal ucapan Surya Paloh tentang adanya paradoks antara Pancasila sebagai ideologi negara dengan realita dalam kehidupan saat ini. Menurut dia, saat ini Indonesia terlalu bersahabat dengan pragmatisme transaksional.  "Kita bertikai satu sama lain. Kita dekat dengan materialistik, kita bersahabat dengan pragmatisme transaksional, kita pakai jubah nilai-nilai religi, tapi kita sebenarnya penuh hipokrisi (munafik)," tuturnya.

Pintu Istana

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyarankan Surya Paloh introspeksi diri. "Harusnya berkaca pada diri sendiri dulu. Jangan lempar batu sembunyi tangan," ujar Ujang sebagaimana dikutip RMOL, Kamis (15/8).

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"
Sumber: Tempo

Baca Juga: Nasdem Belum Sodorkan Nama Menteri ke Jokowi

Ujang beranggapan, sebagai elite, pimpinan partai penguasa, dan dekat dengan Joko Widodo, Surya Paloh seharusnya bisa menyampaikan langsung ke Presiden agar melakukan evaluasi besar-besaran kenapa Pancasila tidak hadir di tengah masyarakat. "Rakyat itu cerminan dari elite. Pancasila tidak hadir jangan tanyakan kepada masyarakat, tapi tanyakan kepada elite yang membuat peraturan dan menjalankan kebijakan," tuturnya. 

Apalagi, diyakini semua peserta pemilu tidak bersih dari politik uang. Dan Nasdem, disebut-sebut memanfaatkan Jaksa Agung sebagai alat politik.

Persoalan Pancasila yang tidak hadir dalam roh dan jiwa masyarakat, adalah tanggung jawab bersama yang leading sector-nya ada pada kekuasaan.

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"
Sumber: Istimewa

Lepas dari itu, bagaimana pun, ucapan-ucapan Surya sudah seperti bahasa kaum opisisi. Boleh jadi ini terjadi karena posisi Surya memang terkesan tidak lagi dihitung Presiden Jokowi menyusul merapatnya Prabowo Subianto dan Gerindra ke pemerintah. Wajar saja, jika publik menerjemahkan pidato Surya ini diarahkan untuk mengetuk pintu Istana. 

Sebelumnya, Surya dan Nasdem juga membuat ulah yang mengundang perhatian publik. Surya, misalnya, mengumpulkan partai anggota koalisi pendukung Jokowi minus PDI Perjuangan, bersamaan dengan pertemuan Prabowo-Mega. Selain itu, mendadak ia mengundang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dengan promosi untuk calon presiden pasca Jokowi. Pada saat itu dia bilang siap mendukung Anies secara lahiriyah dan batiniyah. "Ya pastilah (dukung Anies), lahiriyah batiniyah. Tergantung Anies," ujarnya.

Syukurlah, Surya Paloh Sudah "Siuman"
Sumber: Istimewa

Baca Juga: Beda Makan Siang Anies-Surya Paloh dengan Makan Siang Prabowo-Megawati

Sikap mendadak Anies itu menarik perhatian karena Nasdem bukanlah salah satu partai pengusung Anies saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Saat itu, Partai Nasdem merupakan partai pertama yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.

Pria kelahiran Aceh 68 tahun lalu ini bahkan dikabarkan segera bertemu dengan Presiden PKS Sohibul Iman. Jelas-jelas keduanya berada di kubu berbeda, baik Pilkada DKI maupun Pilpres 2019 lalu.

Langkah-langkah zigzag Surya dan Nasdem sepertinya sudah ke arah yang  benar. Kesadaran Surya tentu saja baik. Oleh karena itu banyak pihak berharap ini akan menjadi inspirasi bagi penguasa untuk kembali menata bangsa ini dengan benar. Lebih jauh lagi, rakyat tentu berharap akan lebih banyak lagi tokoh-tokoh yang siuman, seperti Surya Paloh. Selamat datang di dunia nyata, Surya Paloh!

BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait