Ceknricek.com -- Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi beberapa wabah. Sebut saja SARS, Ebola, Zika, MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Kini yang tengah mewabah adalah virus yang dikenal dengan nama "2019-nCoV" atau virus korona.
IMF menyebut virus korona atau coronavirus hanyalah salah satu dari sembilan penyakit yang belum ada obatnya dan perlu penelitian lebih lanjut. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini masuk di dalamnya yaitu SARS dan MERS. Tak hanya itu, jenis penyakit lain yang juga membutuhkan atensi khusus di antaranya adalah ebola dan zika.
SARS
SARS atau sindrom pernapasan akut berat adalah singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome. Ini adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, China.
Virus ini menyebar sangat cepat. Pada Februari 2003 masuk lalu menyerang Hong Kong dan Vietnam. Selanjutnya, virus itu ke negara lain dengan perantaraan wisatawan internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
Pada akhir April, pemerintah China mengakui bahwa kasus pelaporan lebih sedikit dari angka sebenarnya disebabkan buruknya sistem kesehatan. Dr Jiang Yanyong membeberkan fakta yang sebenarnya dengan risiko personal yang besar. Dia melaporkan lebih banyak pasien SARS di sebuah rumah sakit yang ditanganinya daripada yang dilaporkan di seluruh China.
Sumber: Britannica
Pada 12 Maret 2003, WHO mengeluarkan sebuah peringatan global yang juga diikuti dengan peringatan kesehatan yang dikeluarkan oleh Pusat Pengontrolan Penyakit dan Pencegahan (CDC) Amerika Serikat.
Penyebaran SARS secara lokal terjadi di Toronto, Singapura, Hanoi, Taiwan, Hong Kong dan provinsi Guangdong serta Shanxi di Tiongkok.
Pada awal April 2003, Pusat Pengontrolan Penyakit (CDC) yang berbasis di Atlanta mengumumkan mengenai keyakinan bahwa virus korona, jenis yang kemungkinan tidak pernah terlihat pada manusia, merupakan perantara menular yang bertanggung jawab terhadap penularan SARS. Transmisi penyakit itu hingga kini belum dapat diketahui secara pasti. Ada anggapan bahwa ia menyebar melalui penghirupan cairan yang dikeluarkan oleh si penderita ketika dia batuk atau bersin. Otoritas kesehatan juga menyelidiki kemungkinan penyebaran lewat udara yang dapat meningkatkan potensi keganasan penyakit.
Sumber: Financialexpress
Kemungkinan penderita SARS menjadi asymptomatic, artinya si penderita bisa menularkan penyakit tanpa mengalami gejala jasmani sehingga dapat menyebar di sebuah populasi tanpa terdeteksi sangat kecil, menurut pejabat WHO. "Apabila penderita asymptomatic memainkan peranan penting, kami mampu mengetahuinya hingga sekarang," ujar juru bicara WHO Dick Thompson kepada Reuters pada April 2004.
Baca Juga: Dolar di Virus Korona
Kemunculan SARS pada Sinar X di dada (CXR) bermacam-macam bentuknya. Kemunculan pathognomonic SARS tidak kelihatan tetapi biasanya dapat dirasakan dengan munculnya lubang di beberapa bagian di paru-paru. Hasil CXR awalnya mungkin lebih kelihatan.
Sumber: Istimewa
Jumlah sel darah putih dan platelet cenderung rendah. Laporan awal mengindikasikan jumlah neutrophilia dan lymphopenia yang cenderung relatif --disebut demikian karena angka total sel darah putih cenderung rendah. Hasil laboratorium lainnya seperti naiknya kadar lactate dehydrogenase, creatinine kinase dan C-Reactive protein.
Pengobatan antibiotik masih belum efektif untuk membunuh virus ini. Pengobatan SARS hingga kini masih bergantung pada antipyretic, suplemen oksigen dan bantuan ventilasi. Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih baiknya di ruangan tekanan negatif, dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien.
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS, hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.
MERS
MERS (Middle East Respiratory Syndrome) pertama kali teridentifikasi dan mewabah di Arab Saudi pada September 2012. Virus ini menginfeksi 2.494 orang di 27 negara. Jumlah korban yang berakhir dengan kematian mencapai 858 orang.
MERS CoV disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menyebabkan batuk pilek dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Selain menginfeksi manusia, MERS CoV juga dapat menginfeksi hewan, khususnya unta.
Sumber: Istimewa
Secara genetik, kerabat paling dekat dari MERS-CoV merupakan korona virus yang berasal dari kelelawar. Ada juga bukti-bukti yang mengarahkan bahwa virus MERS-CoV ditransmisikan melalui kontak dengan unta atau kambing. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang menginfeksi manusia.
Mekanisme penyebaran virus korona dari hewan ke manusia masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering kelelawar yang terinfeksi.
Terdapat 9 negara yang telah melaporkan kasus MERS-CoV. Negara itu adalah Perancis, Italia, Yordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Jerman, Inggris dan Uni Emirat Arab. Semua kasus berhubungan dengan negara di Timur Tengah (Jazirah Arab), baik secara langsung maupun tidak langsung.
Virus Ebola
Virus ebola merupakan jenis virus yang menyebabkan demam berdarah (haemorhagic fever) dengan tingkat mortalitas lebih dari 90%. Wabah ini pertama kali ditemukan 40 tahun lalu dekat Sungai Ebola di Republik Demokratik Kongo.
Kemudian virus itu menyebar ke negara-negara Afrika Tengah lain seperti Gabon dan Kongo. Tak sampai disitu saja, wabah juga menyebar ke negara Afrika bagian barat seperti Guyana, Liberia, Senegal hingga Pantai Gading.
Sumber: CDC
Wabah itu juga menjangkiti Eropa dan Amerika. Di Eropa, ebola menjangkiti Italia, Inggris dan Spanyol. Masing-masing negara melaporkan adanya satu kasus saat wabah tersebut menyebar pada 2014-2016. Tak ada orang yang meninggal.
Sementara di AS, kala itu dilaporkan ada empat kasus dan terkonfirmasi keempat-empatnya. Ebola menyebabkan satu kematian di AS. Total kematian yang tercatat kala itu mencapai 11.325 orang dari yang dilaporkan terjangkit sebanyak 28.625 orang. Kematian terbanyak dijumpai di negara-negara Afrika Barat
Zika
Virus lain yang juga sempat menggemparkan dunia adalah zika. Virus ini ditransmisikan dari nyamuk jenis Aedes. Virus tersebut juga dapat ditransmisikan dari ibu hamil ke anaknya maupun melalui hubungan seksual tanpa pengaman.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Hubungan Biologis Antara Virus Zika dan Mikrosefali
Virus zika tak menyebabkan penyakit yang parah pada umumnya. Namun jika menginfeksi ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
Sumber: Jhonhopkins
Wabah penyakit akan terus berkembang dan menghantui manusia. Tindakan yang harus diambil bukan hanya tindakan kuratif saja. Di tengah masifnya pertumbuhan populasi dan perubahan iklim yang terjadi, tindakan preventif untuk mencegah merebaknya wabah mutlak diperlukan.
Menurut kajian IMF, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah penyakit dapat dilakukan dengan tiga langkah. Pertama dengan perbaikan sanitasi, penyediaan air bersih dan perbaikan infrastruktur urban. Kedua membangun sistem kesehatan nasional yang baik dan menyediakan nutrisi yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Terakhir, meningkatkan pengawasan terhadap penyakit dan berkolaborasi dengan institusi kesehatan maupun elemen lainnya bahkan di tingkat negara.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar