Akhir Kisah Partai Pelanjut Masyumi | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Akhir Kisah Partai Pelanjut Masyumi

Ceknricek.com -- Hari perceraian itu akhirnya tiba. Organisasi massa atau ormas pendiri Partai Bulan Bintang (PBB) memutuskan melepas PBB. Keputusan Wali Amanah PBB ini diambil Rabu (17/9), dalam Musyawarah Wali Amanah PBB di Gedung Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Wali Amanah menyatakan sudah tidak ada kaitannya lagi dengan PBB, baik secara historis, ideologis maupun organisasi. Begitu antara lain keputusan musyawarah tersebut. Keputusan itu bermakna mencabut mandat kalangan eks Partai Masyumi kepada PBB.

Perceraian ini merupakan buntut sikap PBB dalam pemilihan presiden atau pilpres lalu yang mendukung pasangan presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Dukungan itu berbeda dengan pilihan dengan hasil ijtima ulama. Berbeda juga dengan sikap para pendirinya.

Akhir Kisah Partai Pelanjut Masyumi
Sumber: Istimewa

Musyawarah Wali Amanah terkini itu adalah kali kedua setelah musyawarah sebelumnya tanggal 27 Juli 2019. Musyawarah ini menghasilkan masukan kepada DPP PBB untuk segera melakukan perbaikan dan memberi waktu selama seminggu agar DPP PBB segera merespon masukan tersebut. Hasil musyawarah sebelumnya yang menyatakan wali amanah akan berlepas diri jika tidak direspon oleh DPP PBB. Nah, pada musyawarah Rabu itu adalah mengkonfirmasi putusan sebelumnya.

Musyawarah dipimpin oleh K.H. Ahmad Cholil Ridwan (Pendiri dan Deklarator PBB) bersama sekretaris H. Taufik Hidayat yang juga menjabat Wasekum Dewan Da’wah. Hadir juga Pembina Dewan Da’wah Prof. Dr. AM Saefuddin, Aisyah Binti Mohammad Natsir, Ustaz Nazar Haris (PUI), perwakilan dari Hidayatullah, Persis, BKSPPI, LPPI dan ormas ormas lainnya.

Sebagai tindak lanjut dari langkah ini, maka Wali Amanah akan membentuk Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPUPPII) yang nantinya akan melakukan silaturrahim kepada seluruh ormas, ulama dan tokoh Islam yang sevisi dan semisi dengan ideologi partai Islam Masyumi masa lalu untuk bersama sama mempersiapkan Partai Islam Ideologis pengganti PBB.

Akhir Kisah Partai Pelanjut Masyumi
Suasana Musyawarah Wali Amanah Partai Bulan Bintang (Foto: Istimewa)

Ahmad Cholil Ridwan optimistis akan kekuatan baru partai Islam pengganti PBB dengan kekuatan utama dari para milineal yang sudah melek politik dan para simpatisan 212. “Banyak para alumni perguruan tinggi menemui saya untuk mendorong terbentuknya partai Islam ideologis penerus perjuangan Partai Masyumi seperti dulu. Mereka rindu akan keteladanan politisi yang membawa nilai-nilai Islam yang modern tapi tetap menjaga ideologi ajaran Islam secara kuat,” ujar KH. Ahmad Cholil Ridwan, kepada Media Dakwah.

Sekretaris musyawarah Wali Amanah, Taufik Hidayat, menambahkan anak-anak milineal sudah mulai melek sejarah perjuangan Islam di Indonesia. Mereka rindu suasana para tokoh Masyumi dulu yang sangat bersahaja tapi teguh dalam memegang prinsip ideologi. Itu yang hilang dari partai partai Islam sekarang, ujar Taufik.

Sejarah PBB

Partai Bulan Bintang atau PBB lahir pada 17 Juli 1998, namun baru dideklarasikan pada 26 Juli 1998. Deklarasi dilakukan di halaman Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Drs. Firdaus Syam, MA dan Drs. Ahmad Suhelmi dalam buku “Ahmad Sumargono, Dai & Aktivis Pergerakan Islam yang Mengakar di Hati Umat” menulis bahwa tanggal 17 Juli ini dipilih karena merupakan hari lahirnya Partai Masyumi 17 Juli 1947. 

Sejarah lahirnya PBB adalah prakarsa sebuah badan yang bernama BKUI (Badan Koordinasi Umat Islam) yang dipimpin Anwar Harjono. Kala itu, Anwar juga menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

BKUI merupakan wadah bagi sekitar 22 organisasi massa Islam antara lain Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Forum Ukhuwah Islamiyah (FKUI), Persatuan Islam (Persis), Al Irsyad Al Islamiyah (Al Irsyad), Forum Silaturrahmi Ulama, Habaib dan tokoh masyarakat, Syarikat Islam (SI), Persatuan Umat Islam (PUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Badan Kerja Sama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), Muhammadiyah (Diwakili Majelis Hikmah) dan lainnya.

Akhir Kisah Partai Pelanjut Masyumi
Sumber: Istimewa

Baca Juga: Dewan Dakwah: Politik Masyumi Lewat Dakwah

Berdirinya PBB dipelopori tokoh-tokoh dari organisasi tersebut. Mereka menginginkan PBB sebagai partai Islam yang merepresentasikan kelanjutan Partai Islam Masyumi. Nama Bulan Bintang dipilih karena sejak Partai Masyumi dilikuidasi oleh rezim Sukarno pada 1960, kalangan keluarga Masyumi yang kemudian berhimpun di dalam wadah DDII sudah sangat lazim menyebut diri sebagai Keluarga Besar Bulan Bintang.

Acara-acara di lingkungan markas Masyumi yang kini menjadi kantor pusat DDII di Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, juga selalu menyebut diri sebagai acara keluarga besar Bulan Bintang. Karena itu nama Bulan Bintang menjadi pilihan terpenting saat itu. Lambang partai pun persis dibuat seperti lambang Masyumi, yakni Bulan Bintang. Hanya warnanya kini berubah menjadi hijau dan kuning. Dulu lambang Masyumi hitam dan putih.

Pelanjut Masyumi

Sayang, hubungan PBB dengan induknya retak. Ibaratnya, jika ormas-ormas pendiri PBB adalah induk, maka PBB pimpinan Yusril Ihza Mahendra dianggap durhaka. Pupus sudah harapan mereka yang terlalu banyak berharap dari sosok Yusril.

Ya, pada awalnya Yusril digadang-gadang sebagai pelanjut perjuangan Masyumi. Gambaran itu tampak nyata pada Maret 1999, saat Partai Bulan Bintang melakukan musyawarah kerja nasional atau Mukernas. Kala itu Ida, putri M. Natsir (tokoh Masyumi), menyerahkan peniti emas peninggalan sang ayah kepada Yusril. Mohammad Natsir wafat pada 6 Februari 1993.

Akhir Kisah Partai Pelanjut Masyumi
Sumber: Pikiranrakyat

Baca Juga: Jejak Persahabatan Yusril dengan Tokoh Masyumi

”Kami keluarga besar Natsir menganggap Yusril layak memegang Peniti Emas, yang berada di tangan Bapak sejak tahun 1955,” ucap Ida M Natsir, saat menyerahkan peniti emas itu kepada orang yang dianggapnya sebagai pelanjut perjuangan Masyumi. “Peniti Emas itu milik keluarga besar Bulan Bintang dan harus diserahkan kepada pelanjut perjuangan Masyumi.”

Yudi Pramuko, dalam “Sang Bintang Cemerlang” (2000), menggambarkan penyerahan dan penerimaan Peniti Emas sudah tentu tidak sekadar simbolik sifatnya. Karena Peniti Emas, milik M. Natsir tokoh teras Masyumi yang terkemuka, telah dicitrakan oleh keluarga besar Bulan Bintang sebagai simbol perjuangan politik Islam, dalam hal ini Masyumi, yang kini diteruskan oleh Partai Bulan Bintang.

Dengan diterimanya Peniti Emas itu, menurut Yudi, berarti Yusril tengah memasuki ruang-ruang publik dalam pergulatan sejarah Islam di tanah air, dengan cara meneruskan cita-cita besar Islam yang yang pernah diperjuangkan oleh Masyumi selama 15 tahun sejak awal kemerdekaan Republik ini.

Sebagai Ketua Umum PBB, Yusril tengah diberikan amanah secara langsung oleh umat Islam guna memperjuangkan cita-cita Islam itu melalui PBB di masa kini dan masa mendatang. Sayang, kini amanah itu dianggap tidak dijalankan Yusril dengan benar. Di era digital seperti saat ini, masih relevankah membuat partai baru sebagai pelanjut Masyumi, pengganti PBB?

BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 



Berita Terkait