Australia-Indonesia Mengeroyok Virus Demam Berdarah | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Australia-Indonesia Mengeroyok Virus Demam Berdarah

Ceknricek.com -- Setelah berhasil memberantas demam berdarah di ujung utara Negara Bagian Queensland, Australia, yang iklimnya sangat mirip dengan kawasan tropis/Indonesia, Australia kini berbagi keampuhan ilmunya itu dengan Indonesia.

Sebagaimana diketahui demam berdarah disebabkan dan disebarkan oleh nyamuk, dan setiap tahun 50 juta kasus demam berdarah tercatat secara global, 8 juta di antaranya di Indonesia, menyebabkan ribuan kematian.

Dan demam berdarah merupakan penyakit yang ditularkan nyamuk yang paling cepat menyebar. Karena memang tidak mungkin untuk memusnahkan nyamuk secara total, maka para ilmuwan dari Universitas Monash, Melbourne, Australia, bekerjasama dengan Yayasan Tahija dan Universitas Gajah Mada, peras otak untuk mencari “penawar” terhadap demam berdarah.

Setelah banting tulang berdaya upaya, akhirnya ditemukanlah wolbachia, yang merupakan salah satu genus bakteri yang hidup sebagai parasit pada hewan artropoda termasuk nyamuk.

Wolbachia tidak memusnahkan nyamuk seperti disinfektan, melainkan menyebabkan virus demam berdarah yang dibawa nyamuk dan keturunannya, kasarnya, mati kelaparan, hingga tidak lagi berdaya untuk mengganggu mangsanya, dalam hal ini manusia. Menggigit memang masih akan menggigit tetapi tidak lagi menularkan virus demam berdarah ke mangsa gigitannya itu.

Baca juga: Di Australia yang Mengaku Manusia Berdaulat Merasa Kebal Hukum

Kiat yang diterapkan adalah dengan “menjangkiti” nyamuk “ternakan” dengan bakteri wolbachia, dan kemudian melepaskannya agar kawin dengan nyamuk liar, yang keturunannya sudah tidak lagi berkemampuan menularkan demam berdarah. 

Dasar manusia – homo sapien – makhluk bijaksana.

Hasil pendahuluan menunjukkan bahwa kasus demam berdarah di kawasan yang dihuni nyamuk yang mengidap wolbachia telah turun 77%.

Kepala Program Nyamuk Dunia, Prof. Cameron Simmons dari Universitas Monash mengaku bahwa sekiranya penurunan sebesar itu terjadi dalam kasus COVID-19 maka niscaya itu akan dirayakan dengan penuh semangat.

Menurut Prof. Simmons pihaknya sangat optimis pendekatan yang diterapkan selama ini lambat laun akan melenyapkan penyakit demam berdarah di Yogyakarta, dan tentunya di tempat-tempat lain di mana kiat ini juga diterapkan.

Nyamuk Serangga Ganas

Suatu penelitian menyimpulkan bahwa nyamuk adalah satu-satunya makhluk yang mampu membunuh makhluk lain yang 5000 (lima ribu) kali lebih besar dari dirinya.

Sejenis rusa yang hidup di utara Lingkaran Arktik dikenal dengan nama Karibo tidak segan-segan untuk pindah mengharungi jarak yang jauh demi menghindari gigitan nyamuk. Nyamuk di kawasan itu demikian agresif hingga menghisap darah bahkan dari binatang yang baru mati. 

Payah masuk akal bahwa ada jenis nyamuk (Culex) yang betinanya ketika terbang merentaprentangkan sayapnya sampai 250 hingga 500 kali dalam sedetik. (Buku Mosquito oleh Andrew Spielman dan Michael D’Antonio hal. 8).

Salah seorang manusia agung dalam sejarah barangkali adalah Iskandar Agung dari Macedonia/Yunani yang berhasil menaklukkan kekuatan Persia dan menerobos sampai ke Afghanistan, di mana ia mendirikan kota Herat (kota Iskandariah di Mesir mengambil namanya dari Iskandar Agung). Namun akhirnya, begitu menurut suatu catatan sejarah, ia takluk dibuat nyamuk. Iskandar Agung meninggal karena malaria, penyakit yang dibawa nyamuk. 

Ada kisah yang meriwayatkan bahwa suatu kali, di zaman dahulu kala, seekor wakil nyamuk menghadap penguasa yang dikenal sangat adil dan bijaksana untuk menyampaikan keluhan.

“Ada harapan,” kata wakil nyamuk itu, “kami akan punah.”

“Mana mungkin,” kata penguasa yang adil dan bijaksana itu.”Di negeri ini semua makhluk, termasuk nyamuk dijamin hak asasinya, dan hak hidupnya. Coba jelaskan, kenapa engkau menyampaikan keluhan yang begitu pesimis.”

Baca juga: Covid-19 di Victoria, Laksana Wal Hasil Balik Asal

“Bagaimana kami bisa lestari kalau kami tidak dapat mencari nafkah alias kemampuan untuk makan demi kelangsungan hidup kami.”

“Apa pasalnya?”

“Setiap kali kami hinggap pada manusia untuk menghisap darahnya agar kami dapat terus hidup dan berkembang biak, selalu saja angin bertiup, hingga belum sempat kami meneguk darah mangsa kami itu, kami sudah harus terbang karena tidak sanggup bertahan terhadap tiupan angin.”

Sang penguasa yang adil lagi bijaksana terperanjat karena ada pelanggaran hak asasi di negerinya. Maka ia pun menetapkan perkara ini harus disidangkan, dengan dia sendiri sebagai hakimnya.

Setelah hari persidangan ditetapkan, dan dewan juri duduk di tempat mereka, sang penguasa/hakim memerintahkan agar pendakwa/nyamuk di panggil untuk menyampaikan keluhannya.

Namun demi keadilan, terdakwa juga harus hadir untuk membela diri. 

Begitulah, ketika nyamuk diminta agar menyampaikan dakwaannya, angin pun datang dan bertiup hingga nyamun terpaksa mengungsi dari sidang.

Itulah sebabnya sampai sekarang pun perkara ini belum tuntas. Setiap nyamuk hendak menyampaikan dakwaan, angin datang dan nyamuk pun menyingkir.

Apotiker tempat saya langganan membeli obat-obatan, termasuk apabila akan ke Indonesia, pernah menasehati saya.

“Kalau di Indonesia (dan tentunya negara tropis lainnya) sebaiknya jangan mengenakan pakaian bewarna gelap, karena nyamuk gemar dengan warna gelap. Pakailah kemeja lengan panjang, dan jangan lupa mengenakan kaos kaki. Juga penting adalah menghindari penggunaan wangi-wangian, baik sebagai deodorant maupun setelah cukur kumis dan janggut, karena beda dari lalat, nyamuk sangat tertarik dengan wangi-wangian,” katanya menasehati saya.

Koran Inggeris The Daily Telegraph pernah melukiskan nyamuk secara puitis, sekaligus menyeramkan: “Nyamuk betina penghisap darah, atau jarum terbang, punya bentuk yang elegan, punya kemampuan menyesuaikan diri maha luar biasa dan sangat efisien. Sang nyamuk dapat “mendepositokan” antara 30 atau 40 parasit malaria pada saluran darah manusia dengan hanya sekali gigit. Dalam jangka waktu dua minggu, parasit ini akan mampu berlipat ganda menjadi triliunan. Nyamuk betina adalah salah satu dari pembunuh terhebat di segala jaman.”

Karenanya jangan anggap enteng sama nyamuk (kecuali nyamuk pers). Wallahu a’lam.

BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait