Bagaimana Kasino Membuat Kita Tertawa dan Sejenak Melupakan Hidup yang Karut Marut  | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Ilustrasi: Alfiardy/Ceknricek.com

Bagaimana Kasino Membuat Kita Tertawa dan Sejenak Melupakan Hidup yang Karut Marut 

Ceknricek.com -- “Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang”, jargon itu pastinya familier di telinga kita yang muncul di akhir film komedi era 1970 hingga 1990-an, selang beberapa jam perut kita dikocok karena melihat tingkah-tingkah konyol tiga sekawan Warkop DKI.

Dono, Kasino, dan Indro, tiga pentolan itu kini telah menjadi legenda komedian yang barangkali tingkat ketenarannya tidak hanya dikenal generasi tua yang telah uzur dan tiada, melainkan juga generasi milenial lewat lawakan mereka yang tak lekang ditelan waktu.

Tentu kiprah mereka bertiga sama kuat dan dominannya dalam membuat perut kaku. Untuk mengenang salah satu personelnya, tepatnya Kasino yang wafat pada 18 Desember 1997 atau 22 tahun silam, ada baiknya kita simak kisah hidup dan lawakan-lawakannya yang jenaka.

Kiprah Kasino di Dunia Lawak

Kasino Hadiwibowo atau terkenal dengan Kasino lahir di di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah pada 15 September 1950. Sejak kecil, sekolah dan menempuh studi kuliah, Kasino menghabiskan waktunya di Jakarta.

Sumber: Istimewa

Nama Kasino mulai melambung saat ia menjadi penyiar Prambors Radio pada 1970-an, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial (sekarang FISIP) Universitas Indonesia. Di Prambors, Kasino tidak sendirian, Ia ditemani Nanu Mulyono dan Rudi Badil dalam mengisi program yang bertajuk “Obrolan Santai di Warung Kopi”  yang mengudara setiap hari Kamis dan diinisiasi oleh Temmy Lesanpura.

Baca Juga: Mengenal Lilik Sudjio, Sutradara Pertama Film Gundala Putra Petir

Sumber: Istimewa

Program inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Warkop DKI, setelah Dono dan Indro ikut bergabung bersama mereka pada 1974 dan 1976. Dengan tempo yang cukup singkat program itu diminati masyarakat luas karena kemampuan mereka dalam meramu humor dan kritik atas kondisi sosial yang pada saat itu terjadi di Indonesia.

Dari yang semula cuma berkutat di radio, kiprah Warkop lalu melebar sampai panggung pementasan serta film. Mereka kemudian mengeluarkan film-film yang kelak dikenang sebagai film-film legendaris Indonesia seperti Mana Tahaaan… (1979), Gengsi Dong (1980), Pintar-Pintar Bodoh, (1980), Manusia 6.000.000 Dollar (1981), Chips (1982)  hingga Setan Kredit (1982).

Sumber: Istimewa

Dari sinilah karier Kasino semakin dikenal publik lewat guyonan-guyonannya yang khas. Dia pun banyak memberikan kontribusi terhadap bentuk Warkop DKI yang kini kita kenal dan saksikan. Namun, sosok yang sempit juga berprofesi sebagai Direktur Klinik Spesialis di Rawamangun meninggal dalam usia yang masih cukup muda.

Kasino meninggal di usia 47 tahun, 18 Desember 1997 di Jakarta, karena tumor otak yang dideritanya. Lelaki yang memiliki hobi sebagai pendaki gunung itu telah pergi, namun banyolan-banyolannya akan tetap dilihat banyak orang untuk sekadar melupakan hidup yang karut marut. 

Berikut dimuat beberapa bebodoran klasik Kasino yang masih layak untuk kembali dilihat: 

Nyanyian Kode Kasino, Pintar-pintar Bodoh (1992)

Dalam film Warkop DKI Pintar-pintar Bodoh, (1992), suatu ketika Dono, kasino, Indro, dan Dorman yang tengah menjadi mahasiswa di tengah masalah kehidupan pribadi tidak sengaja menemukan seorang anak kecil hilang di taman, mereka kemudian mengantarnya ke rumah.

Sumber: Istimewa

Setelah berhasil mengantar ke rumah dan mendapat hadiah, terbesit dalam kepala mereka untuk mendirikan biro jasa yang bergerak di bidang intelijen alias detektif partikelir. Namun karena ketidaksepahaman, persahabatan mereka terbelah menjadi dua, yakni kubu Kasino-Dono dan Kubu Indro-Dorman. 

Kedua kubu itu bersaing untuk menjadi "Holmes" atau "Poe" terbaik dalam menangani berbagai macam kasus. Persaingan pun sudah dimulai ketika mereka mencari sekretaris yang ternyata mengkhianati bosnya masing-masing. Sekretaris Indro berpacaran dengan Kasino, begitu pun sebaliknya.

Baca Juga: Soekarno M Noor: Legenda Aktor Watak Indonesia

Ada adegan paling diingat dalam film ini, yakni adegan di film ini yakni saat Kasino dan Dono menyamar menjadi seorang pengamen di restoran barbeku. Dengan teknik improvisasi Kasino berhasil menyanyikan lagu Sukiyaki menjadi lagu Nyanyian Kode lantaran Dono malah asyik menggoda salah satu pelanggan wanita, dan lupa mengawasi target operasi.

Makian Lucu Kasino, Dongkrak Antik (1982)

Film kedua tentu saja, Dongkrak Antik (1982), yang mana berkisah tentang Dono, Kasino, Indro dan Mat Solar ketika menjadi karyawan di sebuah hotel yang dipimpin oleh Paulus (Pietrajaya Burnama). Kelindan cerita disatukan lewat sosok cantik, Sri Anunia (diperankan Meriam Bellina) dalam hotel tersebut.

Sumber: Istimewa

Dagelan muncul dengan dimulai dari Dono yang keseringan bolak-balik mengantar rombongan bule hingga ia meminum obat perangsang serta membuat keributan saat belajar menari. Kasino yang berpura-pura jadi dukun di kuburan untuk menjebak Paulus, dibalik pohon tua lewat suaranya yang cukup lucu sekaligus menyeramkan.

Tidak hanya itu, Indro dengan gagapnya yang harus dipukul bokongnya terlebih dahulu agar bisa lancar bicara yang kelak dipinjam metodenya oleh Azis gagap, hingga Mat Solar yang terus membuat marah pamannya lantaran kebudekannya.

Dalam film berdurasi 90 ini ada salah satu adegan paling absurd yang hingga kini dapat mengocok perut anda, yakni sebuah rapat bersama jajaran hotel, di mana empat tokoh utama itu menonjolkan kepiawaiannya dalam berakting. Namun, lawakan paling jenaka tentu saja sumpah serapah Kasino di mana ia melontarkan makian dari hewan yang telah punah hingga kadal bintitan.

Selain itu ia juga berhasil menyanyikan lagu klasik The Beatles Ticket to Ride hingga Jali-jali dan Burung Kakak Tua yang dinyanyikan oleh Dono dan Indro. Bahkan, mereka juga membawakan (I Can't Get No) Satisfaction milik Rolling Stone.

Aksi Bikin Ngakak Kasino, Maju kena Mundur Kena (1983)

Dono dan Indro adalah teman satu kos dan anak buah Kasino di bengkel. Kasino melarang Dono dan Indro untuk tidak tertarik oleh wanita. Padahal secara diam diam, Kasino selalu merindukan seorang gadis yang fotonya ia temukan di sebuah majalah. Tanpa sengaja, ketika Dono sedang jaga malam, ia harus memperbaiki mobil Marina (Eva Arnaz).

Sumber: Istimewa

Hal tersebut membuat Kasino marah marah, karena Marina belum membayar ongkosnya. Di luar dugaan, ternyata Marina pindah kos ke tempat Dono dan kawan kawan. Kasino terperanjat, karena ternyata Marina adalah gadis yang ia rindukan selama ini. 

Baca Juga: Kiprah Hidup Suzzanna, Sang Ratu Horor Indonesia

Kasino selalu berusaha mendekati Marina, tetapi justru Dono yang mendapat untung. Karena Marina yang ditemui kakek neneknya untuk dikawinkan mengaku sudah menikah dengan Dono.

Banyolan ini disambung dengan banyolan lain di bengkel, di rumah kos itu sendiri, antara lain Indro memainkan peran kembar, dan pertandingan sepak bola perempuan yang juga diikuti oleh Dono.

Kekonyolan Kasino, Mana Tahaaan… (1979)

Ini adalah film pertama dari Warkop DKI yang diproduksi pada tahun 1979. Dalam film ini, Warkop masih berformat kuartet, dengan keberadaan almarhum Nanu. Film ini berkisah mengenai penderitaan dan tingkah lucu anak perantauan yang tinggal di sebuah rumah kos di Jakarta. 

Sumber: Istimewa

Mereka berempat, Kasino, Dono, Indro, dan Nanu ternyata menyukai satu wanita yang sama, Halimah (Elvy Sukaesih) yang merupakan pembantu di rumah tersebut. Sial bagi mereka, di penghujung film ini diketahui bahwa Halimah telah hamil dan mengandung anak dari pacar majikannya. 

Film berdurasi 107 menit dan disutradarai oleh Nawi Ismail ini berhasil menggaet sekitar 400 ribu penonton, jumlah yang sangat fantastis tentunya kala itu. Tingkah Kasino juga mampu mengocok perut yang merepresentasikan kenakalan pemuda kebanyakan, dari mengintip orang mandi hingga mengibuli teman-temannya dengan tingkah konyol.

Maka, Tertawalah Sebelum Dilarang

Sumber: Istimewa

Tertawa memang perlu dan sangat, menurut beberapa penelitian tertawa memiliki dampak psikologis bagi tubuh, di mana dapat  membantu proses penyembuhan kondisi patologis lewat humor dan serangkaian cara lain yang menyebabkan hipotalamus melepaskan hormon serotonin hingga menimbulkan perasaan senang dan gembira.

Tertawa juga dapat meningkatkan kerja sistem pernafasan, penggunaan oksigen, dan detak jantung, tulis Teguh Wangsa dalam Menghadapi Stress dan Depresi Seni Menikmati Hidup Selalu Bahagia (2010). Selain itu, tertawa bisa juga membantu stimulasi sistem peredaran darah yang membawa cairan limfatik sehat menuju sel-sel tubuh yang berpenyakit dan untuk sementara bisa menurunkan tekanan darah.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Thomas Rizal


Berita Terkait