Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China! | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: bpbd.or.id

Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China!

Ceknricek.com -- Luhut Binsar Panjaitan benar-benar sudah kecanduan dengan China. Apa-apa resepnya China. Paling mutakhir, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini menyampaikan resep defisit BPJS Kesehatan dengan mengundang perusahaan asuransi China.

Luhut pun makin banyak mengoleksi campur tangannya di banyak bidang. Bidang kemaritiman mungkin dianggap sudah beres semua. Kini menteri berjuluk “prime minister” ini mulai masuk urusan kesehatan, urusan yang seharusnya menjadi wilayah Menko Sosial dan Pembangunan SDM, Puan Maharani.

Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China!
Sumber: Istimewa

Baca Juga: BPJS Kesehatan Siapkan Penghargaan Bagi Fasilitas Kesehatan Terbaik

Beberapa waktu lalu, Luhut menemui Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris. Dalam pertemuan itu Fahmi melaporkan kondisi tidak sehat BPJS Kesehatan. Nah, di situlah Luhut mulai masuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Ia “mendorong” BPJS Kesehatan bekerja sama dengan Ping An Insurance, asuransi terbesar China.

Terbesar

Apakah Luhut sudah berpindah profesi menjadi sales asuransi? Lalu, apa urusan Luhut ikut campur dalam masalah defisit BPJS Kesehatan? Ataukah Luhut sudah menjadi Dubes Kehormatan China untuk Indonesia?

Pertanyaan setengah tuduhan dan ejekan seperti itu belakangan diarahkan kepada Luhut. Baiklah sebelum Luhut menenteng BPJS Kesehatan ke pangkuan China, mari kita simak promosi Luhut tentang Ping An Insurance.

Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China!
Sumber: Yicai Global

Ping An Insurance adalah perusahaan asuransi terbesar di China dengan kapitalisasi pasar sebesar US$230 miliar. Grup Ping An mengelola jasa keuangan pada tiga divisi yaitu asuransi, investasi dan perbankan dengan aset total mencapai US$1,3 triliun. Asuransi ini, menurut Luhut, memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan dan sukses mendorong efisiensi dalam bisnis mereka. Ping An adalah perusahaan publik yang menjadi pelopor sistem manajemen kesehatan berbasis teknologi di 282 kota di China. Layanan ini telah dimanfaatkan lebih dari 403 juta orang.

Sementara Forbes menyebut Ping An menjadi salah satu pelopor penerapan teknologi canggih di bidang asuransi. Ping An Good Doctor, portal kesehatan miliknya memiliki pengguna aktif 30 juta per bulan. Ping An Healthcare and Technology, aplikasi seluler untuk pemesanan berobat ke rumah sakit digunakan oleh 800 juta pelanggan di 70% kota di China.

Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China!
Sumber: Biospectrumasia

Ping An Insurance juga dikenal sebagai salah satu pelopor penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam industri asuransi. Ping An sudah mengembangkan AI untuk influenza, diabetes hingga penyakit lainnya. Ping An juga memiliki sistem IT facial recognition technology sampai voice print recognition technology.

Luhut bilang Ping An menyampaikan beberapa saran yang bisa dilakukan oleh BPJS untuk mengatasi defisitnya yang diperkirakan mencapai Rp28,4 triliun. "Yang pertama dilakukan adalah mengevaluasi sistem teknologi informasi yang dimiliki BPJS. Dari sana baru bisa diketahui apa yang menjadi kelemahan badan asuransi ini dan bagaimana memperbaikinya," terang Luhut. 

Perlindungan Data

Rupanya, Luhut menangkap tawaran itu dengan polos-polos saja. Terang saja, ini mengundang reaksi Rizal Ramli. Pendahulu Luhut di Menko Kemaritiman ini mencemaskan adanya pencurian data oleh asing bila kerja sama itu dilakukan. Ada potensi data-data kesehatan masyarakat Indonesia bisa disimpan oleh negara tersebut. Rizal khawatir perpindahan data-data kesehatan rakyat Indonesia ke Beijing. Ia pun mempertanyakan maksud pemerintah yang mempertimbangkan tawaran bantuan tersebut.

Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China!
Sumber: Twitter @Rizal Ramli

Baca Juga: Jaga Mutu Layanan Kesehatan Peserta JKN-KIS, Status Akreditasi Rumah Sakit Harus Pasti

"Masa sih soal BPJS saja minta bantuan China. Segitu tidak kreatifnya (pemerintah) atau ada 'udang di balik batu'. Ntar semua data-data kesehatan rakyat Indonesia ada di Beijing. Kayaknya ada yang pantas dapat gelar “Dubes Kehormatan Tiongkok di Indonesia” deh," cuit @RamliRizal, Sabtu (24/8). 

Kekhawatiran Rizal tidak berlebihan. “Data is the new oil” sudah menjadi sebuah ungkapan penting kalangan pebisnis belakangan ini. Itu sebabnya, banyak pihak mengkhawatirkan hal yang sama ketika banyaknya investor asing menyuntik dana ke unicorn dalam negeri. 

Sebagai perusahaan berbasis Teknologi Informasi (TI), para unicorn nasional tentu memiliki pusat data para pengakses aplikasinya. Dengan kepemilikan mayoritas, para investor asing ini dapat menguasai dan memanfaatkan database tersebut untuk kepentingan bisnis maupun lainnya.

Bagi Luhut, Resepnya Cuma Satu: China!
Sumber: Tribunnews

Lebih dari itu, data sangat krusial dalam perkembangan ekonomi dan kemandirian digital nasional. Di sisi lain, data juga sangat rentan disalahgunakan.

Soal itu Luhut berkilah. "Saya rasa BPJS sebagai lembaga asuransi dengan ratusan juta peserta, sangat paham bagaimana melindungi data pesertanya agar tidak bocor ke pihak lain,” dalihnya. 

Lebih dari itu, sejauh ini Luhut seakan menutup mata bahwa selama ini China banyak memberi masalah. Sebaliknya, ada kesan, di mata yang tertutup itu, Luhut memandang China adalah solusi. Semua masalah solusinya adalah China. Mulai dari kereta api cepat, listrik, Garuda, BPJS, hingga tenaga kerja, semua meminta bantuan dari China untuk mengatasinya. “Sudah nyerah sehingga semua minta ke China?,” cuit Eks Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu, Sabtu (24/8).

BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait