Ceknricek.com -- Apa kabar Nurul Arifin? Baiklah, di usia genap 54 tahun, mungkin hari ini, 18 Juli, ia usai meniup lilin putih. Atau memotong kue tart. Mensyukuri perjalanan panjang hidupnya, yang kaya warna dan nuansa. Baik sebagai artis, lebih-lebih kesuksesan dirinya sebagai politisi. Tepatnya, politisi Partai Golkar, karena ia bukan tipe politisi 'kutu loncat'.
Menarik jika sudah mengulik soal ini. Ini bukan lantaran Nurul punya determinasi tinggi di dunia politik, hingga ia mungkin bisa jadi teladan. Publik selama ini sudah jengah dengan politisi musiman. Utamanya menimpa para artis, yang akan memilih mana parpol yang berani bayar tinggi. Di situlah ia masuk. Sebagai vote getter. Semata itu. Dan ini menyebalkan.
Sumber: Istimewa
Nurul beda. Saat 2003 memutuskan masuk dunia politik,ia lepas dunia keartisan. Ia punya prinsip, saat memegang satu pekerjaan, maka pekerjaan lain harus di buang. Meski di tahun 2004 ia kalah dan tidak masuk Senayan, Nurul terus memupuk asa, melakukan kerja-kerja politik, hingga akhirnya lolos ke Senayan di 2009-2014.
Begitupun saat di 2014 kembali gagal jadi anggota DPR, Nurul tetap setia disatu partai. Hingga di 2019, ia kembali sukses melenggang ke Senayan, setelah kalah di Pilkada Walikota Bandung tahun 2018. "Bagi saya konsistensi dan eksistensi itu penting. Kalau kita gagal terus pergi, kita akan susah dipanggil kembali,"kata Nurul dalam sebuah wawancara dengan media.
Kubur Masa Lalu
Publik mungkin masih berfikiran 'nakal' jika melihat tampilan Nurul di awal-awal karir. Sempat tersemat gelar artis panas,betapapun Nurul mencoba terus mengikis stigma itu. Dengan jujur, Nurul mengaku saat terjun di dunia akting masih polos. Tak ada pilihan lain yang bisa dijual,selain keindahan tubuh.
"Tapi saya bukan artis panas, karena tidak pernah ada adegan ranjang. Istilahnya, saat itu hanya boleh dipandang, tapi tidak boleh dipegang,"ujar Nurul, satu ketika.
Nurul pun mencoba mengingatkan baik-baik pada sebuah media online, yang memajang foto-fotonya saat masih aktif di film Warkop dan lain-lain. Ia keberatan, karena tanpa seijin dan foto itu bersifat koleksi pribadi. Untunglah, foto-foto itu lantas dihapus. Ada permintaan maaf juga dari media tersebut. Clear.
Sumber: Istimewa
Eksistensi dan konsistensi Nurul memunculkan imej baru. Nurul politisi yang 'berisi'. Bekal pendidikan S2 Universitas Indonesia dibidang politik mendukung kiprahnya. Setidaknya, ia bukan 'gerombolan' artis yang ramai-ramai nongol tiap ajang pemilihan anggota legislatif, bergenit-genit dengan media, setelah tak terpilih kemudian hilang entah ke mana.
Nurul mungkin sama seperti Rieke Dyah Pitaloka. Bedanya, Rieke gagal mengelola jalinan hubungan dengan suaminya, Nurul hingga kini masih bersama Mayong Suryolaksono setelah pernikahan mereka di tahun 1991. Memang Nurul agak tertutup untuk soal pribadi. Tapi setidaknya, ia masih baik-baik saja. Masih sesekali mengunggah foto-foto dengan dua anaknya; Maura Magnalia Madyaratri dan Melkior Mirari Manusaktri.
Sumber: Istimewa
Tentu menarik apa yang jadi alasan Nurul bersetia pada Partai Golkar, ditengah banyak politisi kutu loncat bergentayangan. Soal ini Nurul coba jelaskan. Salah satunya tak lepas dari ayahnya yang tentara. Selain itu, Nurul melihat Golkar partai yang tidak otoriter, karena tidak terpusat pada satu orang.
Sumber: Istimewa
"Golkar pascareformasi menjadi partai yang terbuka dan modern. Di mana kepemilikan itu tidak ada. Kepemilikan itu kepemilikan bersama. Karena ada Munas, ketuanya berganti setiap lima tahun, bahkan sebelum lima tahun berganti lewat Munaslub,"katanya, dalam sebuah wawancara dengan juru warta.
Baca juga: Sempat Gagal, Nurul Arifin Kembali ke DPR Lagi
Nurul juga mengaku senang karena di Gokar ia benar-benar belajar tentang politik. Mengatur strategi. Semua orang kalau punya kapasitas, punya modal, bisa menjadi ketua umum, bisa bercita-cita sampai sana. Karena tidak ada lagi secara biologis partai itu punya siapa. Dari Golkar pula, kata Nurul, banyak muncul SDM yang berkiprah di partai-partai lain.
"Dan partai lain berhasil juga, seperti Gerindra, Nasdem, Hanura, PKPI, di situlah kebanggaan kita sebagai kader, bahwa Golkar menghasilkan kader-kader baru yang bisa menyebarkan ideologi partai di tempat-tempat lain. Dan meraih follower banyak. Tapi Golkar sebagai partai induk tidak pernah terdegradasi,"ujarnya.
Langganan Nominasi Piala Citra
Putri pasangan M. Yusuf Arifin dan Anne Marie ini, masuk industri perfilman di usia sangat belia. Usianya baru 18 tahun, saat ia membintangi film Hati yang Perawan. Sejak itulah, satu demi satu filmnya mengalir.
Judul-judul yang identik dengannya, adalah Naga Bonar yang dibuat pada 1986. Setahun kemudian ia membintang film berjudul Lupus di tahun 1987. Setelah itu, di tahun 1988, ia sukses bermain dalam film Pacar Ketinggalan Kereta. Pada tahun berikutnya, Nurul Arifin mendapat predikat artis terlaris 1989.
Baca juga: Iyek, Rocker Gaek Berjiwa Muda
Kesuksesan ibu dua anak ini, juga ditandai dengan pencapaiannya sebagai langganan masuk nominasi Piala Citra. Dan, tidak sulit baginya untuk memenangi penghargaan tertinggi dalam Festival Film Indonesia (FFI) itu. Misalnya saja, nominasi Piala Citra sebagai pemeran pembantu 1989 (Pacar Ketinggalan Kereta), nominasi Piala Citra sebagai aktris terbaik 1990 (Dua dari Tiga Laki-Laki), serta nominasi Piala Citra sebagai aktris terbaik 1992 (Catatan Si Emon).
Sumber: Istimewa
Tapi sebelum itu, pada 1988, melalui film Istana Kecantikan, Nurul sudah mendapatkan Piala Citra untuk kategori aktris terbaik. Setelah itu, penghargaan tertinggi lain yang pernah diraih adalah Aktris Terpuji Festival Film Bandung 1990 lewat film Kipas-kipas Cari Angin.
Malang melintang di dunia akting, di tahun 1990-an Nurul tergerak untuk menjadi seorang aktivis sosial. Ia terlibat sebagai sukarelawan korban AIDS, narkoba, dan kekerasan terhadap perempuan. Sepak terjangnya sebagai aktivis membuatnya memperoleh berbagai penghargaan beberapa di antaranya yaitu Artis Peduli AIDS dari Yayasan Pelita Ilmu, penghargaan nasional Wira Kencana dari BKKBN Pusat pada 2004, serta penghargaan bertaraf internasional dari World Forum-Swiss, sebagai Young Global Leaders yang diserahkan pada Januari 2015.
Sumber: Istimewa
Tak hanya itu, Nurul juga menerima beasiswa dua kali dari Ford Foundation untuk mengikuti studi gender dan seksualitas pada tahun 1999 dan 2000 di FISIP Universitas Indonesia. Kini ditengah kesibukannya sebagai politisi, Nurul juga masih menyempatkan diri untuk berkebun di rumahnya. Apalagi saat pandemic corona, membuatnya lebih banyak bekerja di rumah. Ia bahkan mengusulkan agar gaji anggota DPR dipotong 50 persen untuk disumbangkan pada masyarakat yang terdampak corona.
Selamat ulang tahun Mbak Nurul...
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini