Ceknricek.com -- Berbicara mengenai sejarah Tiongkok atau China tidak dapat meninggalkan satu sosok, Chiang Kai Shek. Ia seorang prajurit, pemimpin militer, politisi, yang akhirnya menjadi pemimpin negara tersebut.
Chiang Kai Shek merupakan salah satu tokoh yang membentuk sejarah China dan juga Formosa (Taiwan). Lelaki yang lahir hari ini 132 tahun yang lalu, tepatnya 31 Oktober 1887 di kota Xikou di Provinsi Zhejiang, China juga dikenal diktator kejam.
Awal Kehidupan
Chiang Kai Shek lahir dan memiliki nama resmi Chiang Chung-cheng. Ia dibesarkan dalam keluarga pedagang dan petani yang sederhana, meskipun demikian ia tetap dianggap memiliki status sosial tinggi karena keturunan kelas atas.
Sang ayah, Chiang Zhaocong meninggal dunia saat Chiang Kai Shek masih berusia tiga tahun. Chiang Kai Shek memulai kariernya sebagai seorang prajurit di Akademi Militer Paoting dan sempat menjalani pendidikan militer di Jepang.
Sumber: Wikipedia
Dia bahkan pernah bergabung dengan Angkatan Darat Kerajaan Jepang. Di sana Chiang Kai Shek belajar cara hidup dan mental militer yang membuatnya menjadi seorang republikan dan revolusionaris.
Ketika mendengar kemunculan gerakan revolusi di China, Chiang kembali ke tanah kelahirannya dan turut berperan dalam perang yang menjungkalkan Dinasti Qing.
Ia kemudian membantu kubu Republikan China dan gerakan revolusi lainnya pada 1911 hingga 1916 untuk melawan presiden baru China, Yuan Shikai. Pada 1915 hingga 1916 Shikai memproklamasikan diri sebagai kaisar baru China.
Baca Juga: Sejarah hari Ini: Kediktatoran Thanom dan Pemberontakan Mahasiswa Thailand
Sumber: Britannica
Chiang kemudian bergabung dengan KMT atau Kuomintang bentukan Sun Yat Sen pada 1918, setelah hampir dua tahun menghilang dari publik dan disinyalir bergabung dengan Qing Bang, sebuah kelompok rahasia yang terlibat dalam praktik manipulasi keuangan.
Berkat kemampuannya sebagai prajurit dengan karier yang sangat menonjol, Chiang Kai Shek terus menanjak hingga dipercaya oleh Sun Yat Sen untuk menjabat Komandan Akademi Militer Whampoa milik Partai Guomindang pada tahun 1924.
Dari sinilah Chiang membangun Tentara Nsionalis hingga Sun wafat setahun kemudian, dan ia menjadi pemimpin KMT. Chiang lalu menginisiasi Ekspedisi Utara untuk menyatukan kembali sebagian besar wilayah China di bawah pemerintaan yang berbasis di Nanjing pasca runtuhnya Dinasti Qing.
Perang Saudara
Di bawah kepemimpinan Chiang, partai nasionalis yang awalnya berdekatan dengan komunis mulai berseteru satu sama lain hingga akhirnya pecah perang saudara pada 1927. Chiang pun bertekad mengalahkan komunis yang menjadi lawannya.
Setahun setelah perang dimulai, dia mengangkat dirinya menjadi pemimpin nasional Republik China pada 1928. Chiang Kai Sek yang memiliki latar belakang militer pun memimpin dengan keras sehingga disebut sebagai diktator, terlebih jika berkaitan dengan komunis.
Sumber: Britannica
Baca Juga: Muammar Khadafi Sang Diktaktor yang Digulingkan Rakyat
Perang saudara melawan Partai Komunis China masih terus berlangsung hingga Jepang menginvasi daratan China pada tahun 1937. Karena mendapat ancaman dari luar, kedua kubu kekuatan di China, nasionalis dan komunis kemudian sepakat melakukan gencatan senjata dan bersama berjuang mengusir penjajahan Jepang.
Pecahlah Perang Tiongkok-Jepang II. Jepang yang tertekan dalam Perang Dunia II, akhirnya mengakhiri penjajahannya di China setelah kalah oleh pasukan sekutu gabungan Inggris, Rusia, Amerika Serikat dan China pada 1945.
Sumber: Life
Setelah Perang Dunia II usai dengan kemenangan Sekutu di Pasifik, perseteruan antara nasionalis dan komunis di China kembali berkobar. Pasukan nasionalis yang baru saja diterpa perang melawan Jepang belum mampu memulihkan kekuatan tempurnya.
Dalam perang saudara yang kedua ini, Partai Komunis yang dipimpin Mao Zedong berhasil menekan pasukan nasionalis hingga mengusirnya keluar dari wilayah daratan China dan mengungsi ke Taiwan. Mao kemudian memprokalmasikan Cina sebagai Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 1949.
Pemerintahan Taiwan dan Akhir Hidup
Chiang dan para pendukungnya yang kalah memutuskan keluar sementara dan pindah ke pulau Formosa (Taiwan) pada 1949, dengan maksud akan kembali pada suatu saat untuk merebut kembali daratan China.
Di tempat inilah Chiang mendirikan kembali Ibu kota sementara Republik China dengan pusat pemerintahannya yang berada di Taipei. Ia mengangkat dirinya menjadi presiden pada 1 Maret 1950 atau lima bulan berselang setelah Mao diangkat menjadi Presiden RRC.
Sumber: Sunstar
Selama menjalankan pemerintahan di Taiwan, Chiang terus membangun kekuatan militernya dengan tujuan menginvansi kembali wilayah daratan China sekaligus menguatkan pertahanan dan bersiap menangkal serangan pasukan komunis.
Di masa awal pemerintahan di Taiwan, Chiang Kai Shek memimpin dengan keras. Tak jarang ia menindak penduduk yang tidak setuju dengan pemerintahan nasionalis yang dijalankan partainya.
Namun seiring dengan waktu, Chiang Kai Shek mulai melakukan perubahan dan bertujuan menyejahterakan rakyat Taiwan. Di bawah pimpinannya, Taiwan berubah menjadi wilayah industri yang modern, sebuah kekuatan baru dalam perdagangan antar bangsa.
Sumber: Asiannews
Chiang meninggal dunia di usia 87 tahun pada 5 april 1975. Beberapa bulan sebelum meninggal, Chiang mengalami serangan jantung dan menderita radang paru-paru, hingga akhirnya meninggal karena gagal ginjal.
Jenazah sang diktator kemudian disimpan di dalam sebuah peti mati yang terbuat dari tembaga dan dikebumikan di Cihu, distrik Daxi, kota Taoyuan, di barat daya Taiwan. Posisinya digantikan wakilnya Yen Chia Kan yang hanya memerintah selama tiga tahun, menghabiskan masa kepresidenan Chiang.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar