Ekspansi Bank Mandiri: Dunia Tak Selebar Daun Kelor | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: UberKota

Ekspansi Bank Mandiri: Dunia Tak Selebar Daun Kelor

Ceknricek.com -- Batal mengakuisi Bank Permata Tbk., Bank Mandiri Tbk. menengok ke luar negeri. Kali ini bank di Vietnam dan Filipina yang menjadi incaran. Selain bank, Mandiri  juga berniat mengambil alih  perusahaan multifinance. Rupanya Mandiri ingin memperkuat bisnis kredit kendaraan bermotor (KKB).

Bank dengan logo pita emas ini membidik bank berukuran menengah kecil (mid to small) untuk dikembangkan perseroan kelak. Langkah ini dianggap lebih efisien dibandingkan membangun cabang luar negeri dari nol.

Filipina dan Vietnam dipilih lantaran dari hitung-hitungan Bank Mandiri, dua negara tersebut punya potensi besar. Ditambah persaingan yang longgar dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya macam Singapura dan Malaysia.

Sebagai langkah awal, Bank Mandiri akan memulai kembali negosiasi dengan dua bank di Filipina yang sebelumnya gagal pada 2017. Sedangkan untuk di Vietnam, Bank Mandiri belum memiliki calon bank yang akan diakuisisi. “Masih cari-cari,” ujar Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rohan Hafas, di Gedung DPR, Selasa (9/7).

Maknanya, rencana ekspansi Bank Mandiri di dua negara tetangga tersebut akan butuh waktu lama. “Paling cepat, proses baru akan rampung dua tahun mendatang,” ujarnya.

Mandiri perlu melewati banyak tahapan. Terlebih calon perusahaan yang hendak diakuisisi berada di luar negeri. Pihaknya mesti mengirim tim dulu, melakukan survei, lalu mesti ketemu dulu sama pemerintah sana, mencari konsultan dan seterusnya.

Dalam rapat dengan DPR sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pengembangan lewat skema akuisisi akan lebih cepat. “Pengalaman kami di Singapura dan Malaysia, kalau buat branch dari nol, perkembangannya lama,” jelasnya.

Sumber: Detik

Sejalan dengan itu, dia juga masih belum merinci proyeksi dana yang akan diinvestasikan. Beberapa waktu lalu, Bank Mandiri menyatakan modal yang dimiliki untuk mendukung rencana akuisisi tersebut cukup tinggi, yakni lebih dari sekitar Rp30 triliun.

Dana ini sebelumnya dipersiapkan untuk mengakuisisi PT Bank Permata Tbk. sayangnya rencana tersebut gagal. Bank Mandiri membatalkan rencana aksi akuisisi lantaran tak ada kata sepakat terkait harga jual saham dengan pemegang saham Bank Permata (Standard Chartered Bank/Stanchart dan PT Astra International Tbk./ASII).

Rupanya, kegagalan ini tidak menyurutkan niat Bank Mandiri untuk tumbuh secara anorganik. Artinya, Bank BUMN ini tetap pada rencana semula yang ingin membeli bank. Dan dunia memang tak selebar daun kelor, maka Mandiri pun mengincar bank di negara lain.

Rencana Mandiri ekspansi ke luar negeri itu sejatinya sempat mengemuka dua tahun lalu. Hanya saja, pada saat itu, Bank Mandiri tengah terkendala kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang tinggi. Kini seiring dengan menurunnya NPL Bank Mandiri dan gagalnya mengakuisi Bank Permata, rencana untuk membeli bank di luar negeri kembali mengemuka. Kabarnya, rencana Bank Mandiri ini telah mendapat restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ekspansi bisnis Bank Mandiri tersebut dilakukan salah satunya untuk mendukung konsep Asian Banking Integration Framework (ABIF). Selain itu, dua negara tersebut dilirik karena punya potensi pasar cukup besar serta persaingan yang tak terlalu ketat dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Sumber: AP Migration

Filipina menjadi pilihan karena pertumbuhan ekonomi negeri itu yang tinggi, tetapi sektor perbankan di sana belum terlalu matang (mature) dan jenuh (saturated). Selain itu sektor konsumer dan mikro di sana belum terlalu berkembang sehingga Bank Mandiri ingin membawa keahliannya ke pasar Filipina.

Setidaknya saat ini sudah ada dua bank yang sedang dijajaki di Filipina dengan kategori menengah kecil. Bank tersebut fokus pada bisnis ritel yang nantinya akan dibesarkan oleh Bank Mandiri.

Wajib Akuisisi

Rencana akuisisi yang gagal juga terjadi pada Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN). Awalnya bank yang khusus menyalurkan kredit perumahan ini bermaksud ingin mengembangkan bisnis syariahnya. Salah satu strateginya dengan cara membeli bank syariah. Target dari rencana akuisisi ini adalah PT Bank Syariah Bukopin.

Sumber: Cdcindonesia

Sayangnya, upaya rencana BTN itu batal terlaksana. Alasannya, menurut Direktur Utama BTN Maryono, pihaknya ingin lebih fokus meningkatkan kinerja keuangan pada tahun ini. Gagalnya membeli Bank Syariah Bukopin bukan berarti rencana ekspansi BTN dengan mengakuisisi perusahaan lain batal.

Sebelumnya pada April lalu, BTN berhasil mengakuisisi saham PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNMIM). Perusahaan investasi ini merupakan anak perusahaan dari PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Dalam proses akuisisi ini, BTN membeli 33.000 lembar saham atau setara 30% saham PNM di PNMIM. Dari aksi pembelian ini, BTN mengeluarkan dana senilai Rp114,3 miliar.

Akuisisi BTN terhadap perusahaan manajemen investasi ini bisa dikatakan sebuah kewajiban bagi bank jika ingin terlibat dalam Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). Asal tahu saja, dalam aturan main BP Tapera, bank harus berstatus sebagai bank kustodian atau memiliki perusahaan manajemen investasi untuk terlibat dalam pengelolaan dana Tapera. Selama ini, BTN belum memiliki perusahaan manajemen investasi. Di sisi lain, mengelola dana Tapera jelas jadi salah satu market dari BTN.

Dimilikinya PNMIM oleh BTN, bisa semakin memperlebar bisnis bank BTN. Bank ini pun jadi lebih leluasa menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang. Alhasil, perseroan bisa memberikan skema pembiayaan perumahan yang lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Akuisisi PNMIM ini juga membuka peluang bagi BTN untuk meningkatkan pendapatan non-bunga (fee-based income) perseroan.

Aksi akuisisi BTN tampaknya masih akan terus berlanjut. BTN telah menganggarkan dana sebesar Rp6,7 triliun untuk kebutuhan itu. Perusahaan berikutnya yang dibidik adalah perusahaan asuransi. Meski demikian, pihak BTN belum bersedia mengungkapkan perusahaan asuransi incarannya.

Rupanya, bagi bank BUMN yang kelebihan duit, kinilah saatnya membeli.



Berita Terkait