Ceknricek.com -- Dunia bulu tangkis Indonesia kembali kehilangan salah satu talenta terbaiknya. Legenda bulu tangkis nasional, Johan Wahyudi tutup usia pada Jumat (15/11) siang. Johan mengembuskan nafas terakhir pada usia 66 tahun di RS Panti Waluya Sawahan RKZ, Kota Malang, Jawa Timur, setelah dirawat karena demam berdarah.
Kabar duka wafatnya salah satu pemain ganda putra Indonesia itu diunggah akun Twitter PBSI @INABadminton, pada Jumat (15/11). Rencananya, Johan akan dikebumikan pada Selasa (19/11).
"Telah meninggal dunia salah satu putra terbaik, salah satu legenda, Johan Wahjudi. Atas nama keluarga besar PBSI, kami mengucapkan turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga almarhum mendapat tempat kita di sisi Tuhan YME. Amin," tulis PBSI.
Lahir pada 10 Februari 1953 di Malang, Jawa Timur, Johan Wahyudi merupakan bagian dari generasi emas tim bulu tangkis putra Indonesia di era 1970-an. Saat itu, ia bersama Tjun Tjun mendominasi beragam kejuaraan bergengsi seperti All England, Asian Games hingga Kejuaraan Dunia. Johan Wahyudi dikenal memiliki permainan yang selalu waspada dan konsisten di setiap pertandingannya.
Baca Juga: Mengenang Agus Salim: The Grand Old Man Indonesia
Layaknya saat ini dimana pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan sering memunculkan All Indonesian Final di partai puncak, Johan Wahyudi/Tjun Tjun terlebih dahulu menancapkan dominasi Indonesia di sektor ganda putra, dengan menciptakan All Indonesian Final menghadapi Ade Chandra/Christian Hadinata.
Setidaknya pertemuan kedua pasangan itu terjadi di 7 edisi All England yakni di tahun 1973, 1974, 1975, 1977, 1978, 1979, 1980. Juga pada ajang Denmark Open 1972 dan 1974. Begitu pula di Asian Games Tehran, Iran 1966. Terakhir di Kejuaraan Dunia 1977 yang saat itu masih bernama IBF World Championships di Swedia.
Dalam hal ini, Ade Chandra/Christian Hadinata kebanyakan harus rela hanya merebut medali perak, setelah Johan Wahyudi/Tjun Tjun sukses mendominasi kompatriotnya itu. Tercatat, Ade/Christian hanya berhasil memenangi satu final menghadapi Johan/Tjun Tjun, yakni di final All England 1973.
Baca Juga: Mengenang Ir Sutami “Menteri Kere” Kesayangan Sukarno dan Suharto
Di periode yang sama, Indonesia juga memiliki Rudy Hartono di sektor tunggal putra, yang membuat tim putra Indonesia di era 70-an itu begitu digdaya menghadapi para lawan-lawannya. Johan Wahyudi turut menjadi bagian tim putra Indonesia yang merebut piala Thomas 1976 dan 1979.
Saling Mengisi
Dalam sebuah wawancara dengan Harian Kompas seperti dilansir dari Kompas.com, Sabtu (16/11), Johan mengatakan kunci keberhasilannya bersama Tjun Tjun bukan pada permainan cepat dan bertenaga, atau permainan yang mengandalkan refleks. Namun karena keduanya mampu mengisi kekurangan dan memperkuat kelebihan satu sama lain.
"Tjun Tjun dulu lemah kakinya, saya lemah pukulan kiri. Setelah mampu memahami itu, ketika bermain kami bisa saling mengisi," kata Johan.
Saling klop antar dua pemain ini berkat komunikasi yang terjalin antara keduanya. Johan mengaku setiap malam usai latihan, mereka berdiskusi dan saling memberikan masukan. Tentu, hal itu bukan proses yang terjadi dalam sekejap.
Tjun Tjun sendiri sebelumnya berpasangan dengan Rudy Hartono, sebelum sang maestro memilih untuk fokus di tunggal putra. Hal ini yang membuat Rudy menunjuk Johan sebagai penggantinya dalam kejuaraan Invitasi Dunia 1972 di Jakarta, yang hanya diikuti 32 peserta terbaik dunia berdasarkan undangan.
Baca Juga: Sekelumit Kisah Des Alwi, Anak Angkat Bung Hatta dan Bung Sjahrir
Johan/Tjun Tjun sukses menjuarai turnamen itu dan akhirnya kolaborasi keduanya berlanjut hingga merebut medali emas Asian Games Tehran 1974, juara dunia 1977, tiga gelar juara Denmark Open 1972-1974, serta enam gelar All England 1974, 1975, 1977, 1978, 1979, dan 1980.
Selain itu, keduanya juga merebut gelar juara di German Open 1973 dan Singapore Open 1973. Johan juga sempat berpasangan dengan Regina Masli di nomor ganda campuran, dan merebut gelar juara Singapore Open 1972.
Hall of Fame
Setelah gantung raket di 1982, Johan Wahyudi sempat menjadi manajer pemain junior All England di tahun 1986. Dirinya menetap di Jakarta selama 17 tahun hingga 1998, sebelum kembali ke kampung halamannya di Malang, Jawa Timur.
BWF memasukkan nama Johan Wahyudi dan Tjun Tjun sebagai anggota kehormatan Hall of Fame pada 2009. Meski diakui di mata dunia, Johan Wahyudi justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Baca Juga: Eddie Lembong: Legenda Industri Obat dan Penyambung Multikulturalisme Indonesia
Akhirnya pada tahun 2013 di saat peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) di Yogyakarta, ia memperoleh hadiah rumah dari pemerintah. Tangis haru Johan pun tak bisa dibendung, karena prestasinya sewaktu muda akhirnya mendapat penghargaan dari pemerintah.
Tak ingin Indonesia kehilangan bibit unggul para pemainnya, Johan juga turut serta sebagai tim pencari bakat saat audisi umum beasiswa Djarum Bulu Tangkis 2015. Akhirnya, sang legenda tutup usia pada Jumat, 15 November 2019.
Terima kasih Johan Wahyudi.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar