Legacy Atawa Warisan | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: CNN

Legacy Atawa Warisan

Ceknricek.com -- Tiap orang tentu berharap bisa meninggalkan atau mewariskan hal-hal yang baik bagi generasi penerusnya. Kalau bisa, warisan yang baik itu bisa dikenang sepanjang masa oleh anak cucu. Kaum cerdik pandai biasa mewariskan buku-buku karangannya yang abadi. Hamka, misalnya, meninggalkan Tafsir Al-Azhar. Sayid Qutb meninggalkan karya Ma’alim fi al-Thariq dan seterusnya.

Warisan dalam bahasa Inggris disebut legacy. Namun warisan sejatinya berasal dari bahasa Arab yakni, al-miirats yang artinya bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Sedangkan ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan (mewarisi) orang yang meninggal.

Warisan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring adalah sesuatu yang diwariskan, seperti harta, nama baik; harta pusaka.

Jadi, warisan ini tidak selalu harus berupa uang, namun bisa berupa bisnis atau usaha yang bisa diteruskan pada ahli waris yang diinginkan. Nah, lantaran itu sebagian orang membuat perencanaan warisan atau legacy planning agar nantinya bisa mewariskan hal-hal yang berharga.

Legacy Pemimpin

Sama dengan kebanyakan orang, seorang pemimpin juga ingin selalu dikenang sepanjang masa. Legacy adalah nilai utama kepemimpinan yang membedakan apakah seseorang pemimpin sejati atau hanya sekadar seorang penguasa. Pemimpin dengan legacy adalah seorang pemimpin besar. Pemimpin yang hidup dengan nilai-nilai untuk kemudian mentransformasikannya dalam bentuk kebaikan dan kemaslahatan bagi banyak orang yang dipimpinnya.

Baginya, legacy bukan hanya pencapaian, tapi juga sebuah panggilan. Dengan demikian kekuasaan baginya berarti kesempatan untuk berbuat dan memberikan yang terbaik bagi kemajuan dan kemanusiaan. Pemimpin dengan legacy memiliki kekuatan karakter dan keluasan visi untuk menerapkan manajemen berpikir dan bertindak konkret.

Sumber: Isitimewa

Baca Juga: Tamparan Keras dari Papua

Presiden Joko Widodo boleh jadi memahami akan hal itu. Ia tentu saja tak ingin dikenang hanya sebagai penggemar cebong atau presiden dengan dukungan “kaum cebong” semata. Sebagai pemimpin, ia tentu ingin meninggalkan sesuatu yang lebih elok. Dicatat dalam sejarah dengan tinta emas.

Selama lima tahun memimpin, sudah banyak yang patut dikenang dari Jokowi. Dia, misalnya, sempat diberi julukan sebagai “Bapak Pembangunan Desa”. Lalu, ada juga yang menyebut dirinya sebagai “Bapak Infrastruktur”. Ratusan kilometer jalan tol dibangun selama ia memimpin. Belum lagi bendungan dan lainnya.

Jokowi patut juga dikenang sebagai pemimpin yang membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI. Ia tidak suka dengan Front Pembela Islam atau FPI, lalu tidak memperpanjang izinnya. Lebih jauh lagi, ia juga kurang akrab dengan tokoh Islam serta organisasi Islam. Di masa pemerintahan Jokowi banyak ulama dikriminalisasi.

Itu adalah tiga hal yang menonjol dan bakal dikenang di kemudian hari nanti. Hanya saja, memberi julukan “Bapak Pembangunan Desa” kepada Jokowi bisa menjadi perdebatan. Soalnya, UU Desa yang menjadi payung hukum pemerintah menyalurkan dana desa sudah terbit di era Susilo Bambang Yudhoyono. Itu bermakna bahwa siapa pun presidennya, dana desa sudah pasti akan ada. Dana desa merupakan perintah UU yang memaksa tiap presiden untuk menjalankannya.

Sebagai “Bapak Infrastruktur” boleh jadi agak dekat. Sayangnya, jalan tol dan bandara yang dibangun di era Jokowi adalah duit dari utang. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, menteri yang diangkat Jokowi, diberi julukan menteri pencetak uang. Parahnya lagi, uang hasil utangan Menteri Sri kelewat besar bunganya.

Sumber: Merdeka

Bunga utang bon yang diterbitkan Sri kabarnya lebih menguntungkan kreditor dan rugikan rakyat hingga  Rp317,7 trilliun. Sudah begitu, gara-gara infrastruktur Badan Usaha Milik Negara atau BUMN utangnya jadi membengkak. Jika di kemudian hari BUMN ini gagal bayar utang sehingga harus dijual, maka Jokowi justru bakal dikenang sebagai pemimpin yang buruk. Pemimpin yang ceroboh dan kurang perhitungan.

Lalu, jika Jokowi dibilang menjauhi ulama dan umat Islam rasa-rasanya juga kurang tepat. Buktinya, Jokowi menggandeng Kiai Ma’ruf Amin sebagai wakilnya.

Baca Juga: Ironi Ekonomi Papua

Sejatinya, banyak peristiwa besar dan khas terjadi di masa lima tahun perintahan Jokowi. Ada pilpres yang penuh konflik, sebagai pertarungan “cebong dan kampret”. Ada 700an orang petugas pemilu yang tewas saat menjalankan tugasnya. Ada kerusuhan di depan Bawaslu sehingga menewaskan sejumlah orang, termasuk anak di bawah umur. Namun, legacy semacam itu jelas kurang elok untuk dikenang.

Jokowi mesti berjuang untuk membuat legacy yang lebih nendang untuk dikenang anak cucu bangsa ini. Nah, memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur tampaknya akan menjadi warisan yang akan dikenang sepanjang masa. Itu sebabnya proyek ini mesti direalisasikan. Jangan sampai bernasib seperti proyek mobil nasional Esemka yang cuma jadi alat pencitraan saja. Digembar-gemborkan, tapi hasilnya nol.

BACA JUGA: Cek OLAHRAGA, BeritaTerkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait