Mengenal Thomas Nast, Bapak Kartunis Politik Amerika | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Mengenal Thomas Nast, Bapak Kartunis Politik Amerika

Ceknricek.com -- Amerika Serikat memiliki julukan tersendiri dalam dunia internasional, dengan nama Uncle Sam yang merupakan representasi sosok Samuel Wilson, seorang penyuplai daging kepada Amerika dalam perang melawan Britania pada 1812.

Sosok samuel Wilson alias paman Sam kemudian dipersonifikasikan oleh kartunis bernama Thomas Nast pada dekade 1860-an yang mempopulerkannya kepada masyarakat Amerika dengan menambahkan janggut dan bintang garis-garis sebagaimana poster terkenal yang sering kita lihat.

Selain dikenal sebagai kartunis politik Amerika, lelaki yang meninggal hari ini,117 tahun yang lalu, tepatnya pada 7 Desember 1902, itu juga menciptakan citra karakter modern Santa Claus dan simbol Keledai-Gajah, maskot Partai Republik dan Demokrat di Amerika. 

Foto: Istimewa

Kisah Hidup Thomas Nast

Thomas Nast lahir di Landau, Jerman pada 27 September 1840, dari pasangan Joseph Thomas Nast, seorang pemain trombon band militer dari Bavaria dengan Apolonia Abriss seorang wanita dari Jerman. 

Tahun 1846, karena iklim politik dualisme Jerman antara Austria-Prusia yang memunculkan konflik ke permukaan, memaksa Nast senior untuk mengirim istri dan kedua anaknya, Thomas Nast dan Andie Nast, mengungsi ke New York.

Baca Juga: Kisah Hidup Wolfgang Amadeus Mozart, Komposer Klasik Dunia

Foto: Istimewa

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1849, sang pemain trombon kemudian menyusul keluarganya ke New York setelah menyelesaikan tugasnya di kapal Amerika. Di New York, Nast kecil kemudian menempuh pendidikan dengan ogah-ogahan dan lebih senang menggambar daripada mengerjakan tugas sekolah.

Nast kemudian tumbuh dengan bakat menggambar yang cukup luar biasa, ia sering menggambari tembok rumahnya sehingga mengakibatkan berang kedua orang tuanya dan menyekolahkannya kepada Theodore Kaufman, seorang seniman potret dan militer terkenal asal Amerika Serikat untuk ditatar pada 1854.

Setelah beberapa tahun belajar dari Kaufmann, Thomas Nast lalu bekerja di Galeri Thomas, “Seni Kristen” Jefferson Bryant,  di mana ia juga menyalin beberapa lukisan bersejarah koleksi galeri tersebut. Tak lama berselang Nast dipekerjakan sebagai ilustrator untuk surat kabar bergambar Frank Leslie yang kelak dikenal dengan Leslie's Weekly

Dari koran inilah kemudian nama Thomas Nast mulai dikenal sebagai kartunis politik dengan fokus pada topik-topik seperti Perang Sipil, perbudakan dan korupsi. Selain itu, ia juga akan dikenal kelak  karena representasi modern Santa Claus sebagai seorang lelaki periang yang tinggal di Kutub Utara.

Foto: Istimewa

Tahun 1859, Thomas Nast pindah bekerja sebagai ilustrator di majalah politik Amerika Serikat terbitan Harper & Brother yang bernama Harper's Weekly, A Journal of Civilization. Ia kemudian mendapat tugas untuk melakukan perjalanan ke Eropa dan melakukan beberapa publikasi lain setelah ia berkunjung ke kampung halamannya di Jerman. 

Baca Juga: Mengenang Goethe: Sastrawan Terbesar Jerman

Pada 1861, hanya enam bulan setelah kepulangannya dari Eropa, di bulan September, Nast kemudian menikahi Sarah Edwards, seorang wanita muda dari masyarakat kelas atas New York. Mereka pun berbagi kecintaannya terhadap dongeng dan mitologi, yang lalu digunakan Nast untuk memperkaya kartun dan humor dalam karya-karyanya yang terkenal.

Thomas Nast dalam Konstelasi Politik Amerika

Tahun 1875, Thomas Nast membuat karya kritik di majalah Harper’s Weekly yang memicu isu sektarian di Amerika ketika ia membuat ilustrasi kartun berjudul The American River Ganges yang menggambarkan sekumpulan buaya yang tengah bersiap menerkam kerumunan anak-anak di tepi sungai.

Foto: Istimewa

Sepintas karya itu jika diperhatikan sekilas memang biasa saja. Namun jika diperhatikan lebih seksama, mulut buaya yang menganga di tepi sungai memiliki motif khas topi Keuskupan Katolik Roma. Dalam ilustrasi tersebut digambarkan bagaimana anak-anak juga nampak ketakutan, dan beberapa di antara mereka bersimpuh sambil menengadahkan wajah ke langit untuk berdoa.

Kartun karya Thomas Nast ini memang tidak kontroversial, namun bagi Fiona Deans Halloran, penulis biografi tokoh kita ini, pada waktu itu Thomas Nast sedang mengilustrasikan kondisi sosial politik AS pada pertengahan abad ke-19.

Foto: Istimewa

Baca Juga: Marie Antoinette, Akhir Tragis Sang Ratu Hura-hura

Nast memang dikenal sebagai seorang Protestan yang amat menentang masuknya ide-ide Katolik ke dalam sistem pendidikan publik. Di mana pada waktu itu sebuah organisasi mesin politik Partai Demokrat bernama Tammany Hall mengusulkan pajak baru untuk mendukung keberlangsungan sekolah paroki Katolik di AS.

Mendengar hal tersebut Nast pun naik pitam dan menumpahkan kemarahannya itu lewat kartun yang menggambarkan para uskup sebagai buaya perongrong anak-anak sekolah. Bentuk protes Nast pada waktu itu bukanlah kritik yang lumrah. Perlu diingat, pada waktu itu warga Protestan menjadi mayoritas di AS dan memiliki sentimen tersendiri terhadap umat Katolik, termasuk Nast.

Foto: Istimewa

Dikutip dari Politico, kartun Nast adalah representasi sikap sebagian besar warga Protestan yang merendahkan, melecehkan, dan meminggirkan umat Katolik di Amerika. Nast juga banyak bersikap mencerca para pendatang Katolik dari Irlandia sebagai orang-orang pemabuk dan barbar serta tidak layak mendapat kewarganegaraan AS.

Keadaan ini kemudian dibesar-besarkan oleh beberapa media di sana dan hingga awal abad ke-20 diskriminasi kebencian pun masih berlangsung di mana pada waktu itu beberapa koran di AS mempropagandakan kebencian anti-Katolik dan menyebarkan kabar bohong bahwa orang katolik berencana mengambil alih Amerika.

Foto: Istimewa

Dalam beberapa sinema, kondisi situasi politik ini  cukup digambarkan dengan gamblang salah satunya lewat film Gangs of New York (2002) besutan Martin Scorsese yang diperankan oleh aktor-aktor kawakan seperti Leonardo DiCaprio, Daniel Day-Lewis, Cameron Diaz hingga Liam Neeson.

Pada tahun 1886, Nast meninggalkan Harper's Weekly dan jatuh dalam masa-masa sulit setelah beberapa tahun menjalani hubungan kerja yang tidak sehat di tempatnya bekerja-Nast sering beradu argumen dengan editor koran tersebut. Setelah itu, kontribusinya terhadap jurnal-jurnal lain pun menjadi jarang.

Kondisi ekonominya pun juga mengalami kemerosotan setelah ia  kehilangan hampir semua tabungannya akibat kegagalan rumah pialang Grant & Ward pada tahun 1884. Nast pun hidup dalam kemelaratan. Di akhir hayatnya, ia  sempat diangkat menjadi konsul jenderal di Guayaquil, Ekuador, hingga ia meninggal pada 7 Desember 1902, akibat menderita demam kuning.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Thomas Rizal


Berita Terkait