Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: Perpusnas

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia

Ceknricek.com -- Indonesia pernah memiliki seorang ilmuwan yang memiliki jasa penting dalam memajukan tenaga atom di Indonesia dan membangun reaktor untuk kepentingan riset mengenai teknologi nuklir.  

Dia adalah Prof. G.A. Siwabessy yang dikenal sebagai Bapak Atom Indonesia. Lelaki asal Saparua, Maluku ini meninggal hari ini, 37 tahun yang lalu, tepatnya pada 11 November 1982 di Jakarta. 

Dari aktivis hingga dokter, Siwabessy kemudian mendalami pengetahuan radiologi di Inggris dan membawa teknologi nuklir ke Indonesia. Kiprah inilah yang kemudian mengantarkannya menjabat sebagai Direktur Jenderal Badan tenaga Nuklir Nasional (Batan). 

Perjalanan Awal Sang Upuleru 

Gerrit Agustinus Siwabessy adalah putra bungsu dari empat bersaudara yang lahir dari pasangan Enoch Siwabessy dan Naatje Manuhutu pada 19 Agustus 1914, di negeri Ullath Saparua, Maluku.

Agustinus hanya sempat bercengkrama sejenak dengan ayahnya yang seorang petani cengkeh, lantaran Enoch Siwabessy wafat ketika ia masih berumur satu tahun dalam gendongan ibunya.

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia
Sumber: Istimewa

Natje Manuhutu, sang Ibu kemudian menikah lagi dengan Yakob Leuwol, seorang guru sekolah terpandang di Saparua. Sejak saat itulah Gerrit pindah ke Ambon menyertai ayah tirinya. Seluruh jenjang sekolahnya pun diselesaikan di kota musik ini.

“Beta senantiasa menyertai ‘tuan guru’ Leuwol yang berturut-turut ditempatkan sebagai guru di Larike, Tawiri, dan Lateri (semuanya di pulau Ambon),” tulis Gerrit Siwabessy dalam memoar berjudul Upuleru (1979: 11).

Tahun 1931, Siwabessy berhasil menyelesaikan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) kota Ambon dan menerima beasiswa pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya. 

Dari sinilah Siwabessy mulai tersadar akan identitas ke-Maluku-annya dan mulai aktif dalam organisasi pergerakan nasional dengan turut serta menjadi aktivis  dan turut andil membentuk Vereniging Ambonsce Studenten (VAS) bersama Johanes Leimena dan Jo Picauly.

Lain itu ia juga menginisiasi sebuah organisasi kebudayaan Maluku yang dinamai Memadjoekan Cultuur Maloekoe (MCM). Oleh teman-temannya, Siwabessy juga mulai dipanggil dengan julukan Upuleru, yang dalam bahasa Maluku Tengah berarti Dewa atau Pelindung.

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia
Sumber: Istimewa

Baca Juga: Mengenang Agus Salim: The Grand Old Man Indonesia

Pada 1941, Siwabessy berhasil menyelesaikan kuliah dokternya pada bulan Desember, yang bertepatan pula dengan berkobarnya Perang Pasifik. Ia sempat menjalani dinas sebagai dokter di pusat pengeboran  perusahaan minyak Belanda BPM di Cepu, Jawa Tengah.

Tak lama menikmati pekerjaan sebagai dokter, tahun 1942 Jepang mendarat dan merangsek Pulau Jawa. Gerrit Siwabessy yang kala itu baru menikah dengan Reny Poetiray langsung mengungsi ke Surabaya. 

Meski sempat menganggur beberapa waktu, Siwabessy kemudian mendapatkan pekerjaan pada masa pendudukan Jepang dengan menjadi pimpinan bagian Radiologi dan Bagian Paru-paru Rumah Sakit Simpang, Surabaya.

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia
Sumber: Istimewa

Pada mulanya Ia enggan menerima pekerjaan yang diberikan oleh kawan lamanya di NIAS, Dokter Sutjahyo di rumah sakit tersebut. Minat utamanya adalah fisika dan psikiatri, tidak hanya itu, bidang tersebut adalah adalah bidang baru baginya.

Namun ia tak punya jalan lain, kelak putusan inilah yang akan membuka jalan hidupnya di masa depan. “Tidak kuduga ketika itu, bahwa keputusan yang kuambil secara terpaksa ini akan menentukan jalan hidup kemudian, baik di masa krisis pada masa pendudukan Jepang maupun dalam masa revolusi dan masa merdeka,” tulis Si Upuleru dalam memoarnya (hlm. 20). 

Ke Inggris dan Membawa Pulang Nuklir

Tahun 1949, Siwabessy melanjutkan pendidikan di bidang radiologi setelah berhasil mendapatkan beasiswa untuk studi lanjutan di London. Hal-hal pokok yang ia pelajari mencakup radiologi, radioterapi, dan pengetahuan dasar bidang atom.

Saat memperdalam bidang radiologi inilah Siwabessy banyak berkenalan dengan para ahli atom dari bidang terkait, seperti fisika nuklir, kimia, biologi, fisika-radiasi, kimia-radiasi, biologi radiasi, dan radioterapi. 

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia
Sumber: Istimewa

Baca Juga: Mengenang Arthur Rimbaud, Si Anak Angin dari Prancis

Selain itu Siwabessy juga melihat bahwa pengobatan kanker di London sudah banyak menggunakan hasil penemuan dan penyinaran atom. Hal-hal inilah kemudian banyak memberi wawasan baru yang kelak diterapkan di Indonesia.  

Memang, sepulangnya belajar di Inggris, selain ilmu kedokteran Siwabessy  turut juga membawa salah satu ilmu baru di Indonesia, yakni bidang nuklir. Meski demikian ia bukanlah soeorang praktisi nuklir, mungkin lebih tepat jika disebut sebagai birokrat yang membawa jalan baru bagi pengembangan nuklir di Indonesia. 

Kesempatan pertama Siwabessy datang di era 1950-an ketika Amerika Serikat meledakkan bom hidrogen di kawasan Pasifik. Karena khawatir terhadap dampak percobaan bom nuklir tersebut bagi Indonesia, Presiden Soekarno menunjuk Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan untuk melakukan penyelidikan.

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia
Sumber: Danish.net

Dikutip dari Historia, Sukarno kemudian mengeluarkan Keppres No 230/1954 tentang pembentukan Panitia Negara untuk Penjelidikan Radio-Aktivitet pada 23 November 1954, yang dipimpin oleh Siwabessy bersama tim telah yang dibuat. 

Mereka lalu bergerak dengan prioritas tempat-tempat yang berdekatan dengan Samudera Pasifik, seperti Manado, Ambon, dan Timor. Hasil penyelidikan tim kemudian menyimpulkan, Indonesia aman dari dampak uji coba bom Amerika Serikat.

Tahun 1958 Siwabessy membentuk Lembaga Tenaga Atom (LTA) yang berada di bawah Sekretariat  Negara dan menjabat sebagai pimpinan lembaga tersebut. Ia lantas membuat blue print pengembangan nuklir nasional dan mengirim  anak bangsa untuk belajar teknologi nuklir ke luar negeri. 

Enam tahun berjalan, pada 1964 Presiden Sukarno meresmikan berdirinya Badan Tenaga Atom Nasional dengan Siwabessy sebagai Direktur jenderal BATAN pertama. Atas jasanya mengembangkan teknologi atom, Ia mendapat Bintang Mahaputera III pada 1968 dan dinobatkan sebagai Bapak Atom Indonesia. 

Menteri Kesehatan dan Akhir Hayat 

Atas permintaan Presiden Sukarno, pada 1966 Siwabessy diangkat menjadi Menteri Kesehatan. Tugas ini diembannya hingga 29 Maret 1978 saat Presiden Soeharto berkuasa, sekaligus menjadikannya sebagai menteri kesehatan yang menjabat paling lama sepanjang sejarah.

Sederet pencapaian ditorehkannya selama 12 tahun menjabat. Sejak tahun 1967, ia aktif dalam program Global Smallpox Eradication Programme (SEP) dan 5 tahun kemudian WHO mengakui keberhasilannya memberantas penyakit cacar di Indonesia.

Mengenang Gerrit Agustinus Siwabessy: Bapak Atom Indonesia
Sumber: Satuharapan

Di bidang sanitasi, ia juga mewariskan program Samijaga, singkatan dari Sanitasi, Air Minum, dan Jamban Keluarga. Program ini diterapkannya di seluruh Indonesia, bersama dengan pembangunan sarana kesehatan seperti Puskesmas dan seluruh tenaganya. 

Atas jasanya di bidang kesehatan, pada 1973 Siwabessy mendapat anugerah Bintang Mahaputera II dari Pemerintah Indonesia. Ia meninggal di suatu malam yang tenang di Jakarta, tepat hari ini 37  tahun yang lalu pada 11 November 1982, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait