Mengenang Ramang, Legenda Sepakbola Indonesia | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Merdeka

Mengenang Ramang, Legenda Sepakbola Indonesia

Ceknricek.com -- Tepat pada tanggal hari ini, 32 tahun yang lalu, 26 September 1987, legenda sepak bola Indonesia asal Sulawesi Selatan, Ramang meninggal dunia dalam usia 63 tahun.

Selama masa kariernya, Ramang adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. 

Selain pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan, Ramang juga sempat memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia dalam kancah sepak bola dunia.

Kiprah Si Macan Bola

Andi Ramang dikenal sebagai striker kelas atas Indonesia pada dekade tahun 1940-an akhir hingga 1960-an. Selama kariernya ia dikenal memiliki kemampuan tendangan yang keras dan akurat, kemampuan untuk melakukan tembakan salto, dan punya kecepatan di atas rata-rata.

Ramang memang sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola anyaman rotan dalam permainan sepak raga sejak berusia 10 tahun. Ayahnya, Nyo'lo, ajudan Raja Gowa Djondjong Karaenta Lembangparang, sudah lama dikenal sebagai jagoan sepakraga.

Baca Juga: Mengenang 19 Tahun Si Nomor Punggung 19

Bakat lelaki kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, 24 April 1924 ini memang menurun dari sang ayah. Selain juga karena juga didukung oleh dua kegiatannya sepulang sekolah, yakni bermain sepakbola atau berjualan ikan sejauh 50 km dari rumahnya di Pasar Segiri.

Pada 1945, setelah berkeluarga, Ramang memutuskan pindah ke Makassar. Andi Mattalatta, tokoh sepakbola Sulawesi Selatan, adalah orang yang menjadi penyebabnya. Melihat bakat Ramang, Andi menyarankan agar ia meniti karier sepak bola.

Tatkala pindah ke Makassar, Ramang membawa becaknya untuk berjaga-jaga. Namun, alih-alih dapat bermain bola ia malah terbentur masalah ekonomi. Penghasilannya sebagai penarik becak tidak mencukupi untuk membuat dapurnya ngebul. Tak jarang ia kemudian menjadi kenek truk dadakan dengan rute Sulawesi Selatan.

Meskipun demikian, niatnya untuk meniti karier di sepakbola tak pernah kendor. Melalui sebuah klub bernama Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi) ia ikut kompetisi PSM. Pada sebuah pertandingan, ia mampu mencetak sebagian besar gol dan membuat klubnya menang 9-0. Sejak itulah ia dilamar bergabung dengan PSM.

Perlahan tapi pasti Ramang lalu berkembang menjadi pesepak bola andal.  Ia kemudian bermain dalam dua periode di kompetisi liga Indonesia pada tahun 1947-1960 dan tahun 1962-1968. Hasilnya, Ramang mampu mempersembahkan dua gelar perserikatan kepada Juku Eja (Ikan Merah) julukan PSM Makassar.

Sumber: Wikipedia

Kisah sukses Ramang di Timnas Indonesia tak berhenti di situ. Ia hampir membawa Indonesia ke pra Piala Dunia 1958 setelah dua golnya menyingkirkan Tiongkok dengan skor agregat 4-3 di babak kualifikasi. Indonesia kemudian melaju ke putaran kedua kualifikasi dan tergabung dengan Sudan, Israel, dan Mesir. 

Sayang, Indonesia mengundurkan diri lantaran enggan bertanding melawan Israel karena alasan politik. Jika menjadi juara grup, Ramang dan kawan-kawan akan lolos ke Swedia untuk melakoni debut Piala Dunia dengan nama Indonesia.

Setahun kemudian, Ramang turut menginspirasi kesuksesan Indonesia menahan imbang Jerman Timur 2-2 dalam sebuah laga persahabatan di Jakarta pada 1959.

Sumber: Istimewa

Baca Juga: Mengenang Ramang, Lagenda Sepakbola Kita

Puncak karier profesionalnya di timnas Indonesia terjadi pada tahun 1960. Kala itu Ramang menjadi bagian dari tim Merah Putih menghadapi Uni Soviet (sekarang Rusia) di babak perempat final ajang Olimpiade. Saat itu, Ramang harus berhadapan dengan kiper terbaik dunia saat itu, Lev Yashin, meskipun skor berakhir 0-0. "Ketika itu saya hampir mencetak gol. Tapi kaus saya ditarik dari belakang," kenang Ramang.

Kasus Suap

Kisah gemilang Ramang di dunia sepakbola tidak semanis nasibnya di kehidupan sehari-hari karena jerat kemiskinan harus dipikulnya. Apalagi kasus suap yang kesohor dengan sebutan Skandal Senayan 1961 yang menyeret namanya membuat Ramang dilarang bermain untuk Timnas Indonesia seumur hidup. Akibatnya, nasibnya kian terpuruk. Ramang dituduh makan suap dalam pengaturan skor.

Semua bermula saat PSM Makassar, klub Ramang, bertanding melawan tuan rumah Persebaya Surabaya. Di lapangan PSM yang semula unggul 3-1 dan sebenarnya mampu mencetak gol lebih banyak lagi, namun malah tumpul di babak kedua dan kemasukan 2 gol, sehingga skor menjadi 3-3.

Sumber: Istimewa

Banyak pihak kemudian curiga pertandingan itu tidak berjalan normal, terlebih saat melihat para penyerang PSM yang terlalu sering membuang-buang peluang. PSM membentuk tim investigasi internal untuk menyelidiki pertandingan itu. Setelah beberapa minggu, tim investigasi menemukan bukti pengaturan skor dalam pertandingan itu. Yang mengagetkan, Ramang dan Noorsalam menjadi dalang di balik pengaturan skor itu.

Tahun 1962, Ramang dipanggil kembali, tapi pamornya sudah berkurang. Pada tahun 1968, dalam usia 40 tahun, Ramang bermain untuk terakhir kalinya membela kesebelasan PSM di Medan, yang berakhir dengan kekalahan.

Setelah itu, kariernya di sepak bola tidak betul-betul mati. Saat sedang berada di titik nadir, Ramang lalu mendapatkan panggilan Bupati Blitar untuk menjadi pelatih di sana.

Karier kepelatihan Ramang juga tercatat di PSM dan Persipal Palu. Sewaktu menjadi pelatih di Persipal, ia bahkan pernah dihadiahi satu hektare kebun cengkeh oleh masyarakat Donggala, Palu, karena prestasinya membawa Persipal menjadi satu tim yang disegani di Indonesia. Penghargaan seperti ini tak pernah ia dapatkan di PSM Makassar.

Tetapi menjadi pelatih sepak bola ternyata tidak mudah bagi seorang tamatan Sekolah Rakyat seperti Ramang. Ia kemudian harus disingkirkan pelan-pelan hanya karena tidak memiliki sertifikat kepelatihan. Dalam melatih, Ramang hanya mengajarkan pengalamannya ditambah dengan teori yang pernah ia dapatkan dari mantan pelatih PSSI, Tony Pogacknic, yang ia sangat hormati.

Baca Juga: Mengenal Legenda Sepabola Indonesia Yang Mendunia

Suatu malam pada tahun 1981, sehabis melatih anak-anak PSM, Ramang pulang dengan pakaian basah dan membuatnya sakit. Enam tahun ia menderita sakit di paru-parunya tanpa bisa berobat ke Rumah sakit karena kekurangan biaya. Mantan pemain sepak bola legendaris itu lalu meninggal dunia di rumahnya yang sangat sederhana yang ia huni bersama anak, menantu dan cucunya yang semuanya berjumlah 19 orang.

Ramang dimakamkan di TPU Panaikang. Untuk mengenang jasanya, sebuah patung di lapangan Karebosi dibuat untuknya. Selain itu, hingga sekarang salah satu julukan PSM Makassar adalah Pasukan Ramang. Kisah kehebatan Ramang juga sempat menginspirasi FIFA .

FIFA mengakui, Ramang sebagai sosok dalam puncak kejayaan sepakbola Indonesia di tahun 1950-an. Mereka bahkan pernah mengangkat kisah kehebatan Ramang ini secara khusus dalam situs resmi mereka saat peringatan ke-25 tahun kematiannya pada 26 September 2012 lalu. 

Sumber: goodnewsfromindonesia

Kisah tersebut diberi judul “Orang Indonesia yang Menginspirasi Puncak Sukses Tahun 1950-an (Indonesian who inspired ’50s meridian)", FIFA memusatkan kegemilangan Ramang ketika memperkuat Tim Merah Putih di Olimpiade Melbourne 1956 serta Piala Dunia 1938 dengan masih bernama Hindia-Belanda.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait