Ceknricek.com -- Industri otomotif dalam negeri tetap menggeliat pada tahun depan. Merek Jepang dan Korea Selatan berlomba menambah investasi. Hyundai akan membenamkan Rp21 triliun untuk membangun pabrik dan fasilitas lain. Honda dan Toyota tak mau kalah. Honda akan membelanjakan Rp5,1 triliun untuk pengembangan model baru dan lokalisasi. Sedangkan Toyota menyiapkan Rp28,3 triliun juga untuk pengembangan model dan elektrifikasi.
Kabar terbaru tentulah rencana Hyundai Motor Company (Hyundai) yang akan ekspansi di Indonesia mulai awal tahun 2020. Perusahaan ini akan membangun pabrik otomotif di Indonesia dengan investasi senilai US$1,55 miliar atau setara dengan Rp21 triliun.
Sumber: Istimewa
Janji Hyundai tersebut tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Hyundai dengan Pemerintah Indonesia. MoU itu diteken ketika Euisun Chung, Executive Vice Chairman Hyundai Motor Group, saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Korsel, November lalu.
Sumber: Otomart
Pabrik Hyundai di Indonesia nantinya digadang-gadang akan menjadi pusat basis produksi pertama Hyundai di kawasan Asean. Pabrik Hyundai seluas 78 hektare. Lokasinya berada di Kota Deltamas, Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, investasi produsen mobil asal Korea ini tidak dalakukan sekaligus. Pada tahap pertama Hyundai akan mengucurkan US$750 juta. Sisanya, dikucurkan bertahap hingga 2030.
Sumber: Istimewa
Bahkan belakangan Reuters memberitakan Hyundai akan menambah lagi kucuran fulusnya ke Indonesia lebih banyak lagi. Total duit yang bakal ditanam di Indonesia bisa mencapai US$51,8 miliar atau setara dengan Rp725 triliun. Tambahan investasi tersebut menyusul rencana Hyundai mengembangkan teknologi mobil masa depan di Indonesia. Seperti kendaraan yang dapat dioperasikan tanpa sopir.
Baca Juga: Otomotif: Lesu di Dalam, Gairah ke Luar
Presiden Direktur Hyundai Mobil Indonesia, Mukiat Sutikno, menjelaskan pabrik baru Hyundai nantinya memiliki fasilitas full manufacturing seperti stamping dan rantai pasokan komponen. Pabrik ini juga akan menjadi pabrik Hyundai yang terbesar di Kawasan Asia Tenggara.
Pabrik Hyundai. Sumber: kabarbisnis
Pabrik ini dirancang untuk mampu memproduksi 200.000 ribu unit mobil per tahun. Pabrik ini diperkirakan mampu menampung pekerja antara 5.000 hingga 6.000 orang. Mobil yang akan diproduksi adalah dari jenis SUV, MPV, dan model sedan untuk pasar Indonesia. Mobil listrik juga dipertimbangkan untuk diproduksi. Rencananya pabrik ini akan mulai berproduksi pada 2022.
Honda dan Toyota
Honda dan Toyota juga sudah menyampaikan rencana menambah kucuran dana untuk pengembangan bisnis di tanah air kepada pemerintah Indonesia. Honda sudah membeberkan plan terkait dengan ekspansi ke depan. “Investasi Rp5,1 triliun itu dimanfaatkan untuk roda empat, pengembangan model baru, dan pendalaman lokalisasi industri,” papar Direktur Inovasi Bisnis, Marketing dan Aftersales PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy, 24 November lalu.
Toyota. Sumber: Istimewa
Baca Juga: Penandatanganan IK-CEPA Memperburuk Defisit Transaksi Berjalan Indonesia?
Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan bahwa one-on-one meeting yang dilakukan perwakilan Indonesia secara maraton dengan delapan korporasi menghasilkan beberapa rencana ekspansi. Honda disebut akan merealisasikan investasi Rp5,1 triliun yang dimulai pada 2019-2023.
Menurut Billy, angka itu hanya untuk pengembangan mobil konvensional dan belum termasuk mobil elektrifikasi atau mobil ramah lingkungan. Artinya, ada investasi terpisah yang nanti disiapkan secara khusus oleh Honda terkait dengan elektrifikasi.
Selain Honda, sang kompetitor, Toyota, juga akan melakukan hal yang sama. Menteri Agus menjelaskan bahwa Toyota bakal menambah investasi untuk pengembangan Toyota, Daihatsu, dan Hino. Investasi itu akan direalisasikan dalam periode lima tahun, yaitu 2019-2023.
Agus menuturkan, pihaknya mengajak para investor tersebut membawa atau membangun pusat research and development (R&D) di Indonesia. “Kami jelaskan ada regulasi PP Nomor 45 Tahun 2019 yang memberikan fasilitas superdeduction tax. Jadi, industri yang bangun R&D bakal dapat superdeduction tax 300%,” ujarnya.
Rasio Kepemilikan Mobil
Hyundai akan tercatat paling ekspansif mulai tahun depan. Langkah itu tergolong nekat. Soalnya, ekspansi Hyundai di tengah pasar mobil yang lesu. Hanya saja ada yang berpendapat apa yang dilakukan Hyundai bukan nekat, melainkan sudah lazim. Di saat kondisi pasar tengah turun, maka jadi waktu yang tepat untuk melakukan investasi atau mengembangkan sayap bisnis.
Sumber: Detik
Pertimbangannya, investasi yang dilakukan saat kondisi pasar turun, relatif lebih murah. Di sisi lain, Indonesia memang tengah membuka pintu lebar-lebar bagi investor, untuk membuka usaha di tanah air. Di sisi lain terpuruknya pasar otomotif di Indonesia lebih disebabkan imbas dari kondisi ekonomi secara global. Pasalnya menurut kajian tim ekonomi Fitch Ratings, penjualan mobil global di tahun ini akan susut sekitar 3,1 juta unit.
Baca Juga: Industri Baterai: Pemainnya China Lagi
Memang sih, jika yang digunakan data penjualan 2018, maka pasar otomotif masih menjanjikan. Sepanjang 2018, penjualan kendaraan roda empat secara nasional mencapai 1.151.413 unit. Jumlah itu melewati penjualan 2017 sebanyak 1.079.886 unit. Indonesia juga pasar yang amat besar. Produsen mobil asal China, Wuling, pun sudah lebih dulu membangun pabriknya di sini.
Sumber: Istimewa
Wakil Ketua Umum Kadin, Johnny Darmawan, pernah mengatakan rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru menyentuh 87 per 1.000. Artinya dari rata-rata 1000 penduduk ada 87 unit kendaraan. Rasio ini jauh lebih rendah dari Thailand yang mencapai 230 kendaraan per 1.000 orang. Jadi walaupun, terjadi perlambatan pada penjualan kendaraan, namun potensi pasarnya masih besar. Johnny pun mangatakan dalam jangka pendek untuk dua hingga tiga tahun ke depan pasar otomotif Indonesia masih menjanjikan. “Bisa jadi dalam 2-3 tahun lagi pasar mobil kembali booming,” katanya.
Peluang Hyundai meningkatkan penjualan juga makin lebar. Itu terkait keputusan Chevrolet dan Datsun yang berhenti berproduksi. Ceruk pasar yang ditinggalkan dua merek mobil ini pun dapat “dicuri” oleh Hyundai. Apalagi, investasi Hyundai salah satunya diarahkan untuk pengembangan mobil listrik yang belum dikembangkan oleh produsen mobil asal Jepang di Indonesia.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.