Politik Dinasti dan Aji Mumpung | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Tribunnews

Politik Dinasti dan Aji Mumpung

Ceknricek.com -- Pada Kamis (12/12), bertepatan dengan hari belanja online nasional atau harbolnas, Gibran Rakabuming Raka, mendaftarkan dirinya sebagai calon Wali Kota Solo. Putra sulung Presiden Joko Widodo ini mendapatkan tiket mencalonkan diri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP untuk bertarung pada pilkada 2020. Gibran naga-naganya bakal sukses. Setidaknya dia sukses memanfaatkan aji mumpung. Mumpung sang ayah jadi presiden. Soal pengalaman dalam politik, Gibran masih hijau.

Nan jauh di sana, pada Jumat  (13/12), di Pendopo Ronggo Hadinegoro Blitar, Jawa Timur, Wakil Bupati Blitar, Marhaenis Urip Widodo, menyaksikan dua istrinya dilantik menjadi kepala desa oleh Bupati Blitar Rijanto. Mereka adalah Halla Unaryanti (48) dan Fedriana Anitasari (33).

Istri pertama Marhaenis, Halla Unaryanti, menjadi Kepala Desa Bendosewu sedangkan istri kedua, Fendriana Anitasari, menjadi Kepala Desa Wonorejo. Dua istri Marhaenis itu ikut bertarung dalam pilkades serentak. Mereka merupakan calon petahana dari dua desa di Kecamatan Talun itu dan memenangkannya.

Foto: Istimewa

Marhaenis adalah kader PDI Perjuangan. Ia menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar. Marhaenis mengaku tak hanya lega, namun juga puas atas kemenangan kedua istrinya pada pertarungan pemilihan kepala desa serentak  pada 15 Oktober silam.

Apa yang dipraktikkan Gibran juga dua istri Wakil Bupati Blitar sama saja. Politik dinasti. Lantaran Gibran adalah putra sulung Presiden Jokowi, maka banyak pihak akan membantu, sehingga berpeluang menang besar di Pilkada Solo 2020. "Kapasitas dinomorduakan. Jadi, lebih pada aji mumpung,” ujar pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, kepada wartawan Jumat (13/12).

Baca Juga: Menyemai Dinasti Politik Jokowi

Gibran mirip Puan Maharani. Ketua DPR yang juga putri Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri ini diuntungkan sebagai putri Presiden RI. Yang membedakan, Puan sudah membuktikan kualitasnya di bidang politik. Sebelum menjabat Ketua DPR RI, Puan adalah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 2014-2019. Sedangkan Gibran? Dia hanya karena dilahirkan sebagai putra Jokowi.

Foto: Istimewa

Aji mumpung di keluarga Jokowi tak hanya dipraktikkan Gibran. Menantu Jokowi, Bobby Nasution, tak mau melewatkan. Ia memilih maju menjadi bakal calon Wali Kota Medan pada 2020. Hanya saja, sejauh ini belum ada parpol yang mengusungnya.

Harga Diri Presiden

Dalam demokrasi, apa yang dilakukan Gibran, Bobby, dan para petualang aji mumpung itu memang tidak haram. Boleh saja. Sah. Siapa pun bisa terpilih dalam pilkada baik figur yang memiliki kapasitas maupun yang tidak. "Hantu belau pun yang enggak jelas bisa terpilih," tambah Ujang. Kans Gibran menang cukup besar, karena berstatus putra presiden. Namun, harga diri Presiden Jokowi bisa jatuh kalau Gibran kalah.

Sumber: Antara

Jokowi juga bilang tak jauh beda. Menurutnya, majunya Gibran dan Bobby ke bursa pemilihan kepala daerah merupakan hak pribadi sebagai warga negara Indonesia. "Siapapun punya hak pilih dan dipilih. Ya kalau rakyat enggak memilih gimana. Ini kompetisi bukan penunjukan. Beda. Tolong dibedakan," katanya seusai meresmikan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II di Bekasi, Kamis (12/12).

Sumber: Gesuri

Jokowi bisa memenangkan dirinya menjadi Presiden RI dua periode. Maka, membuat Gibran menang di Solo tentu urusan kecil. Apalagi, Gibran diusung oleh PDIP yang memiliki 30 kursi dari 45 kursi di DPRD Kota Solo.

Jokowi mengatakan menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam politik. "Kan sudah saya sampaikan bolak-balik. Bahwa itu sudah menjadi keputusan. Tanyakan langsung ke anaknya," jelasnya.

Bambang Wuryanto, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP, tak menampik bahwa Gibran diuntungkan sebagai putra Presiden RI. Langkah Gibran itu turut serta membuat lumrah dinasti politik. Kendati demikian, Gibran tetap harus menunjukkan kualitas dan kompetensinya. "Kalau enggak, ditertawakan. Republik  akan menertawakan," ujarnya, Rabu (11/12).

Foto: Istimewa

Baca Juga: "Mega” Politik

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Syarifuddin Hasan,  mengatakan bahwa yang paling penting saat ini adalah proses pemilihan harus betul-betul transparan dan akuntabel. Hal itu betul-betul harus dijaga. ”Penyelenggara pemilu betul-betul harus netral. Aparat harus betul-betul netral. Tapi berdasarkan pengalaman kemarin ini, agak sulit untuk kita dapatkan itu saat ini,” jelasnya.

Pengusaha Martabak

Gibran adalah generasi milenial. Ia lahir di Solo, 1 Oktober 1987. Usianya 32 tahun. Selama ini ia dikenal sebagai pengusaha martabak bertajuk Markobar. Di luar itu, sudah sejak Desember 2010, ia membuka usaha katering yang diberi nama Chilli Pari. Gibran adalah Ketua Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJBI) Kota Solo.

Foto: Istimewa

Saat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2002, Gibran mengenyam pendidikan di Orchid Park Secondary School, Singapura. Selanjutnya pada tahun 2007, ia lulus dari Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan melanjutkan studinya ke University of Technology Insearch, Sydney, Australia hingga lulus pada tahun 2010.

Baca Juga: Putra Jokowi, Gibran, Daftar Calon Wali Kota Solo Lewat PDIP

Gibran beristrikan Selvi Ananda. Pada 10 Maret 2016, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki, Jan Ethes Srinarendra. Pada 15 November 2019, lahir anak perempuan bernama La Lembah Manah.

Selain urusan kuliner, Gibran adalah pendiri sebuah aplikasi pencari pekerja lepas dan paruh waktu yang bernama Kerjaholic. Ini adalah sebuah aplikasi yang bisa menghubungkan para pencari kerja dengan pihak-pihak yang sedang mencari pekerja lepas dan paruh waktu.

Di dunia politik, Gibran memang masih awam. Betul kata Bambang, ia diuntungkan karena sang ayah adalah presiden. PDIP mencalonkan Gibran sudah barang tentu juga karena sang ayah orang nomor satu di negeri ini. Soal aroma kental dinasti ini, Bambang berpendapat politik dinasti di wilayah dunia timur, termasuk di Indonesia, merupakan hal yang biasa. "Dinasti atau tidak dinasti kita ini di timur ada jarak dengan kekuasaan, itu biasa," ujarnya.

Kini, silakan saja membayangkan Gibran akan mengikuti jejak sang ayah. Dari Wali Kota Solo, ia meloncat ke Jakarta sebagai gubernur, lalu buru-buru nyapres. "Sudah saya sampaikan bolak-balik, saya enggak ngurusin survai-survei, enggak ngurus copras-capres, ngurusnya kaki lima. Sudahlah cukup, ngurus kaki lima aja," ujar Jokowi, 5 Oktober 2013 silam. Setelah itu, ia mencalonkan diri dan menang. Lalu, Gibran?

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait