Sejarah Hari Ini: Jepang Menyerah Terhadap Sekutu | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: Istimewa

Sejarah Hari Ini: Jepang Menyerah Terhadap Sekutu

Ceknricek.com -- Tepat tanggal hari ini 74 tahun lalu, tepatnya 2 September 1945, Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu. Pernyataan itu dilakukan di atas kapal USS Missouri di Teluk Tokyo. 

Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan diri Jepang, disaksikan Jenderal Richard K. Sutherland. Peristiwa itu sekaligus menjadi penanda berakhirnya Perang Dunia II. 

Sumber: Wikipedia

Kalah di Semua Lini

Perang Dunia II memasuki babak akhir pada pertengahan tahun 1945. Di Benua Eropa, pada 8 Mei, Jerman telah menyerah pada Sekutu dan memadamkan perang di sana. Namun tidak di Asia Pasifik. Jepang masih gigih melawan Amerika dengan sisa kekuatan yang mereka miliki.

Setelah hancurnya Angkatan Udara Jepang, Sekutu kemudian memblokade laut Jepang dan melakukan pengeboman ke kota-kota di negara itu. Upaya ini diperparah dengan jatuhnya Pulau Iwo Jima dan Okinawa ke tangan Sekutu. Hal ini menyebabkan mereka dengan mudah meluncurkan serangan ke pulau-pulau lain di Jepang. 

Baca Juga: Hiroshima Peringati Tragedi 74 Tahun Jatuhnya Bom atom

Sementara perang masih berkecamuk di Pasifik, pada 17 Juli 1945, para pemimpin Sekutu bertemu dalam Konferensi Potsdam, Jerman. Perang melawan Jepang merupakan salah satu dari berbagai isu yang dibicarakan dalam konferensi itu. Salah satu agenda krusial yang dibicarakan adalah bagaimana memaksa Jepang harus menyerah tanpa syarat. 

Namun, Pemerintah Jepang menolak dan tidak menerima ultimatum dari pihak Sekutu tersebut. Sehari setelahnya, surat-surat kabar Jepang melaporkan, negeri itu menolak isi Deklarasi Postdam, meskipun pada dasarnya mereka telah kalah di semua lini setelah garis pertahanan di Pasifik terbuka.

Sumber: Wikipedia

“Samudera Pasifik yang luas itu kini menjadi semacam danau bagi Armada Amerika. Dia dapat berlayar dan berhenti sesukanya. Jenderal MacArthur lalu menyusun rencana untuk mendarat di pulau-pulau Jepang dalam bulan November 1945,” tulis P.K. Ojong dalam Perang Pasifik (2001: 334).

Menyikapi Jepang yang masih ngotot, Sekutu kemudian mencari cara lain. Amerika Serikat yang sebelumnya telah merancang proyek pembuatan senjata pemusnah massal lewat "Proyek Manhattan" di gurun pasir New Mexico bermaksud untuk menggunakan bom tersebut terhadap Jepang.

Hasil dari proyek tersebut adalah dua buah bom atom berjuluk Little Boy dan Fat Man yang kemudian digunakan untuk menekan Jepang. Bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dari atas pesawat B-29 Superfortress. Kota ini dipilih lantaran menjadi pusat industri dan markas militer terbesar di negara itu. 

Sumber: Fox

Baca Juga: Fakta di Balik Jatuhnya Bom Atom di Jepang

Setelah serangan tersebut, sebuah faksi dewan tertinggi Jepang mendukung penerimaan Deklarasi Postdam, namun mayoritas anggota lainnya menolak. Kala itu, Pemerintah Jepang tidak bisa mengambil keputusan dalam situasi tersebut. Selang tiga hari setelahnya, bom kedua dijatuhkan di Nagasaki oleh pesawat berjuluk Bock's Car. 

Nagasaki dipilih lantaran menjadi salah satu pelabuhan terbesar Jepang. Pengeboman kedua kota penting itu mengakibatkan Jepang luluh lantak. Puluhan ribu orang menjadi korban tewas dan luka. Hingga pada malam harinya, Kaisar Jepang Hirohito mendukung proposal Perdana Menteri Suzuki untuk menerima Deklarasi Postdam.

Sumber: Istimewa

Jepang Menyerah

Hancurnya dua pusat kota Jepang dan tewasnya ribuan orang tak berdosa akhirnya membuat sang kaisar memilih menyerah dan mengakhiri perang setelah perdebatan sengit terjadi di antara para pemimpin Jepang.

“Menghentikan peperangan sekarang adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan rakyat dari kehancuran. Saya putuskan bahwa perang ini harus diakhiri,” demikian titah Kaisar Hirohito sebagaimana dikutip Ojong (hlm. 336).

Sumber: Istimewa

Esoknya, pada 10 Agustus 1945, pesan tersebut diterima oleh pihak Sekutu melalui duta besarnya di Swedia dan Swiss. Isinya: Pemerintah Jepang secara resmi menerima deklarasi Postdam dengan tambahan klausul bahwa kedudukan kaisar tidak diganggu-gugat. Sekutu menjawabnya dua hari kemudian dengan menekankan Jepang harus menyerah tanpa syarat.

Pada 15 Agustus 1945, dini hari, sebuah upaya kudeta militer terhadap kaisar Hirohito diluncurkan oleh sebuah faksi yang dipimpin oleh Mayor Kenji Hatanaka. Para pemberontak tersebut ingin merebut kendali atas istana dan kekaisaran Jepang. Mereka bahkan membakar rumah PM Suzuki, tak lama setelah kudeta diluncurkan. Namun kudeta ini gagal.

Siang harinya, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang di radio nasional. "Kami telah memutuskan untuk membuka jalan bagi perdamaian besar bagi semua generasi yang akan datang dengan menanggung yang tak tertahankan dan menderita apa yang tak tertahankan," ucap Hirohito waktu itu. 

Baca Juga: Perjalanan Hidup Tenno Heika Hirohito

Sumber: Istimewa

Upacara penyerahan Jepang kemudian dilakukan pada 2 September 1945. Pada hari itu, Sekutu mengerahkan 250 kapal perang yang berada di Teluk Tokyo. Tepat pukul 09.00 waktu Tokyo, Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu atas nama pemerintah Jepang menandatangani deklarasi yang disusul Jenderal Yoshijiro Umezu atas nama angkatan bersenjata Jepang. 

Panglima Tertinggi MacArthur selanjutnya menandatangani deklarasi tersebut atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seiring selesainya upacara penandatanganan, perang yang paling menghancurkan dalam sejarah umat manusia itu pun resmi berakhir.

BACA JUGA: Cek SENI & BUDAYA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait