Ceknricek.com -- Tepat tanggal hari ini, 273 tahun lalu, 26 Agustus 1746 kantor pos pertama di Hindia Belanda berdiri di kota Batavia (Jakarta), pada zaman Gubernur Jenderal Willem Baron van Imhoff (1743-1750).
Tujuan kantor pos ini untuk menjamin kemanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa, dan mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda.
Hal yang melatarbelakangi diperlukannya institusi pos di Hindia Belanda di antaranya adalah wabah malaria pada 1773, dan tragedi pembunuhan besar-besaran terhadap orang Cina pada 1740 yang ternyata sangat merugikan perdagangan.
Sumber: tropen
Louisa Balk dan kawan-kawan dalam buku The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (2007) menyatakan, Van Imhoff kemudian mencari jalan keluar dengan membentuk badan-badan untuk memperlancar pelayaran bebas dan kegiatan dagang. Salah satunya adalah melalui pos.
Pos di Era Kolonial
Setelah Kantor pos didirikan di Batavia, empat tahun kemudian didirikan Kantor pos di Semarang agar tercipta jalur perhubungan pos yang teratur antara kedua kota besar itu serta mempercepat pengiriman. Rute perjalanan pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon, dan Pekalongan.
Dibukanya jalan Raya Pos atau De Grote Postweg pada 1808 yang membentang dari Anyer sampai Panarukan kian memperlancar akses distribusi informasi di Hindia Belanda. Jalan raya ini dibangun pada masa awal Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang kini dikenal sebagai jalur Pantai Utara (Pantura).
Tahun 1869, Terusan Suez dan kapal uapa mulai berkembang di dunia sehingga membuat jasa pos semakin krusial. Terlebih setelah pesawat berkembang, jasa pos lewat udara menjadi pilihan tercepat untuk mengirimkan surat via pos.
Sumber: tropen
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Kantor Pos Cikini
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Wilhem van Lansberge (1875-1881) ini pemerintah Hindia Belanda sudah berhubungan dalam pengiriman surat dan barang secara internasional, sehingga tercatat sebagai anggota Union Postale Universelle (UPU).
Dua tahun sebelumnya, di awal masa pemerintahannya, anak dari Gubernur Suriname juga telah menyatukan dinas pos dengan dinas telegraf dengan status jawatan bernama Posten Telegrafdienst.
Dari Jawatan ke BUMN
Jawatan Pos dan Telegraf di Hindia Belanda kemudian berganti nama lagi menjadi Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT) pada 1906 seiring mulai krusialnya kebutuhan telekomunikasi dengan telepon yang tidak hanya dapat mengirim pesan tertulis, namun pesan suara.
Sumber: tropen
Pada masa pendudukan Dai Nippon, jawatan PTT kemudian dikuasai oleh militer Jepang. Di masa itu seluruh pegawai PTT belanda ditangkapi dan semua pekerjaan kemudian dialihkan kepada bangsa Indonesia dari pimpinan sampai bawahan, sebagaimana dicatat Pramoedya Ananta Toer dan kawan-kawan dalam Kronik Revolusi Indonesia; 1948 (1999).
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Konferensi Meja Bundar dan Status Quo Papua Barat
27 September 1945, Angkatan Muda PTT kemudian mengambil alih kekuasaan selang sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan di Jakarta. Semenjak itu PTT secara resmi berubah menjadi Jawatan PTT Republik Indonesia. Peristiwa tersebut diperingati menjadi Hari Bakti PTT atau Hari Bakti Postel.
Sumber: tropen
Setelah perkembangan sektor pos dan telekomunikasi berkembang pesat, pada tahun 1961 jawatan PTT kemudian menjadi Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta berganti nama menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Empat tahun kemudian, perusahaan ini kemudian dipecah menjadi dua, yakni PN Pos dan Giro serta PN Telekomunikasi.
Pada era Orde Baru, tepatnya pada 1978 perusahaan milik negara ini berganti status kembali sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giro pos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri dan berubah namanya menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro.
Setelah 17 tahun berstatus Perusahaan Umum. Pada tanggal 20 Juni 1995, Perusahaan Umum Pos dan Giro lagi-lagi berubah statusnya dan menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero) hingga kini.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.