Sejarah Hari Ini: Kedaulatan Rakyat, Surat Kabar Tertua Setelah Kemerdekaan Terbit | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Google

Sejarah Hari Ini: Kedaulatan Rakyat, Surat Kabar Tertua Setelah Kemerdekaan Terbit

Ceknricek.com -- Tepat pada tanggal hari ini, 74 tahun yang lalu, 27 September 1945, atau 40 empat puluh hari setelah kemerdekaan Indonesia, koran Kedaulatan Rakyat terbit untuk pertama kalinya di Yogyakarta.

Dalam sejarahnya, surat kabar tersebut sempat berganti-ganti nama akibat politik kekuasaan. Meskipun demikian, koran yang pada awalnya dibuat sebagai media propaganda Jepang tersebut, tetap masih eksis hingga kini.

Harian Sinar Matahari dan Propaganda Jepang

Tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Segera setelah menguasai Sumatera dan Jawa, Jepang meluncurkan berbagai macam proyek propagandanya agar dapat membantu mereka selama Perang Asia Pasifik berlangsung.

Salah satu strategi yang ditempuh adalah dengan membentuk Sendenbu (Departemen Propaganda). Fungsi departemen yang paling independen di dalam badan pemerintahan militer Jepang ini adalah bertanggung jawab atas propaganda serta informasi yang menyangkut pemerintahan sipil.

Biro-biro khusus kemudian dibentuk. Lewat Jawa Shinbunkai, atau Perusahaan Surat Kabar Jawa, Sendenbu memprakarsai untuk diterbitkannya media propaganda yang bertugas untuk menyebarkan program-program politik pemerintahan Jepang dalam surat kabar bernama Sinar Matahari.

Harian Sinar Matahari sendiri terbit pertama kali pada 1 Juli 1942 dan dipimpin oleh Miyakawa. Hoofdredacteur atau pemimpin redaksinya RM Gondhojuwono dan Sekretaris Redaksi, R. Soemijatno Ardinoto. RM Gondhojuwono merupakan mantan interniran Digul dan sebelumnya pernah bekerja di Dagblad Mataram (Surat kabar di zaman Belanda).

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Adrian Valckenier dan Rapat Darurat Dewan Hindia Belanda

Namun, sebagaimana dikutip Tirto, Mahtisa Iswari meyebutkan, dalam tulisan bertajuk “Kedaulatan Rakyat: Saksi Jatuh Bangunnya Pemerintahan Indonesia” yang terhimpun dalam Seabad Pers Kebangsaan (2007), Sinar Matahari justru mewartakan berita-berita yang menguntungkan bangsa Indonesia, terutama setelah Jepang mengalami kekalahan beruntun dalam Perang Pasifik.

Kantor KR tempo dulu di Jalan Malioboro No.22. Sumber: Kemdikbud

Pejuang-pejuang pers yang memotori pewartaan dalam ipaya mendukung kemerdekaan Indonesia ini antara lain seperti: Bramono, Soemantoro, Moeljono, Samawi, Djoemadi, dan Moehammad Noer. Mereka inilah yang kemudian menjadikan surat kabar yang seharusnya menjadi media propaganda Jepang justrru sebagai media informasi untuk masyarakat Indonesia, khususnya Yogyakarta dan sekitarnya.

Berita-berita yang diterbitkan Sinar Matahari itu akhirnya menimbulkan ketidaksenangan dari militer Jepang. Namun, alih-alih menyikapi hal tersebut, mereka kemudian memilih untuk tidak menerbitkan surat kabar itu untuk sementara waktu. Tak lama berselang, Jepang benar-benar kalah dalam Perang Asia Pasifik. Kejadian ini juga disusul dengan momentum kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Sumber: Istimewa

Lahirnya Kedaulatan Rakyat

Empat puluh hari sesudah kemerdekaan, tepatnya pada 27 September 1945, setelah mati suri selama beberapa waktu, koran Sinar Matahari pun kembali terbit, namun dengan nama yang berbeda. Mereka menamai surat kabar tersebut dengan Kedaulatan Rakyat yang saat itu momentumnya pas dengan jiwa rakyat yang berkobar setelah kemerdekaan dan revolusi Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Pemindahan Ibu Kota Bandung

Kedaulatan Rakyat dicetak dan diedarkan ke seluruh wilayah Yogyakarta dengan menggunakan sisa kertas harian Sinar Matahari. Nomor perdana belum mencantumkan nama pengasuh (anonim). Pada hari pertama berhasil dicetak 2.000 eksemplar. Pada hari kedua dicetak 3.000 eksemplar dan hari ketiga 4.000 eksemplar, semua habis terjual. 

Sinar Matahari Edisi 55 Tahun III. Sumber: kemdikbud

Berita yang dimuat dalam gegap gempita kemerdekaan ini pun memberikan sumbangan yang besar bagi para pejuang kemerdekaan, seperti berita Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pernyataan Sultan Hamengku Buwana IX dan Paku Alam VIII yang menyatakan berdiri di belakang pemerintahan RI, serta seruan-seruan yang mengobarkan semangat juang para pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Mengenang Tragedi Semanggi II

Susunan pengelola Kedaulatan Rakyat yang pertama, antara lain Bramono sebagai pemimpin umum, Soemantoro sebagai pemimpin redaksi, Samawi sebagai wakil pemimpin redaksi, Soeprijo Djojosoepadmo dan Mardisisworo sebagai staf redaksi. Mesin yang digunakan untuk mencetak adalah Snelpress (untuk cetak) dan Intertype (untuk pracetak). Mesin untuk melipat koran diambil dari Semarang. Sedangkan, mesin cetak Heidelberg mampu mencetak seribu eksemplar setiap jam.

Dan kini, setelah melintasi berbagai generasi serta perubahan struktural di internal surat kabar tersebut. Kedaulatan rakyat tetap masih eksis den menjadi salah satu surat kabar yang paling mendominasi di Yogyakarta. Di bawah PT BP (Badan Penerbitan) Kedaulatan Rakyat Group, lahir juga sejumlah produk media lainnya dengan payung Kedaulatan Rakyat. Media tersebut antara lain, Koran Merapi, Minggu Pagi, Swara Kampus, KR Radio, KRjogja.com dan yang lainnya.

BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait