Ceknricek.com -- Tepat pada tanggal hari ini, 173 tahun yang lalu, 10 Oktober 1846, Triton, salah satu dari 14 satelit alami Neptunus ditemukan oleh William Lassel, seorang pembuat bir dari Bolton, Inggris.
Penemuan satelit dari planet yang dinamai berdasarkan dewa lautan Romawi ini hanya berselang 17 hari sesudah Planet Neptunus ditemukan oleh Johann Gottfried Galle, seorang astronom dari Jerman, pada 23 September 1846.
William Lassel Si pembuat Bir
Tahun 1884, William Lassel, seorang astronom amatir dari Inggris menemukan satelit Planet Neptunus, Triton, dengan menggunakan teleskop buatannya sendiri bernama Newton dan Gregorian.
Sumber: Wiki
Teleskop tersebut adalah teleskop pertama buatannya dengan menggunakan cermin besar di mana harus ia pasangi ‘ekuatorial’ untuk memudahkan pelacakan bintang-bintang yang memungkinkan Lassel melihat objek di langit dengan metode sederhana.
Lassel sebenarnya adalah seorang pengusaha kaya sekaligus pembuat bir yang sukses setelah ia pindah ke Liverpool dan kemudian meneruskan hobinya sebagai peminat astronomi serta membangun sebuah observatorium yang berada di Pier dan dibuka sejak 1844.
Selain menemukan satelit Triton, dengan teleskop buatannya, William juga menemukan bulan kedelapan saturnus, Hyperion pada tahun 1848. Setelah itu ia juga menemukan satelit Ariel dan Umbriel, dua bulan alami Planet Uranus pada 1851.
Sumber: Wiki
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Planet Neptunus Ditemukan
Pada 1855 karena tidak puas dengan kinerja teleskop-teleskopnya, Lassel kemudian membuat teleskop yang lebih besar dan ia pasang di Malta, sebuah negara di kepulauan Eropa Selatan. Pilihan untuk memasang teleskop tersebut di Malta dikarenakan di tempat itu langit dapat terlihat lebih jelas.
Pada tahun-tahun sebelum kamatiannya pada 4 Oktober 1880, Lassel juga melakukan pekerjaan tebaiknya di Malta. Di tempat tersebut ia membuat penemuan-penemuan baru terhadap Trapezium Cluster atau yang dikenal dengan sebutan Bayer Theta¹ Orionis. Sebuah gugusan bintang terbuka yang rapat dan terletak di rasi bintang Orion.
Sebelum meninggal, Lassel sempat menjadi Presiden Royal Astronomical Society pada 1870 serta mendapatkan medali emas dari lembaga tersebut pada tahun 1849. Ia juga merupakan anggota kehormatan Royal Society of Edinburgh dan Upsala, serta menerima gelar kehormatan dari University of Cambridge.
Bagaimana Triton Mendapatkan Nama
Semua bulan-bulan Neptunus, menurut pedoman International Astronomical Union memang dinamai sesuai dengan karakter mitologis Romawi atau Yunani yang terkait dengan Neptunus, Poseidon atau lautan.
Dalam mitologi Yunani nama Poseidon dikenal sebagai dewa penguasa laut yang memiliki anak bernama Triton, dimana dalam kebudayaan Romawi Poseidon juga dikenal dengan nama Neptunus.
Sebelumnya, satelit yang meiiliki diameter 1.680 (2.700 kilometer) ini hanya dikenal sebagai ’satelit Neptunus’ hingga 1949, ketika satelit kedua, Nereid, dari planet tersebut ditemukan.
Sumber: NASA
Tidak seperti satelit planet besar lain di Tata Surya, Triton memiliki orbit menghulu atau berlawanan arah dengan planetnya sendiri, yang menandakan bahwa Triton terjebak oleh gravitasi Neptunus.
Selain itu, bukannya terbentuk di tempat; Triton diduga juga pernah menjadi planet kerdil di sabuk Kuiper. Sabuk Kuoer adalah sebuah sabuk astroid kedua yang berada di luar orbit Neptunus. Pluto dan Eris merupakan contoh dari objek sabuk Kuiper yang cukup terkenal.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Voyager 2 Berhasil Capai Neptunus
Salah satu satelit yang juga dikenal memiliki permukaan terdingin di tata surya, yakni sekitar 34,5 K atau (minus) -238,65 derajat celcius ini juga memiliki permukaan yang sangat terang karena memantulkan 60-95 persen cahaya yang mengenainya bila dibandingkan dengan bulan yang hanya memantulkan 10 persen cahaya matahari.
Terkait hal ini, jika misalnya satelit Triton menggantikan bulan kita di langit Bumi, maka malam hari akan sepuluh kali lebih terang dibandingkan sekarang.
Pada tahun 1989, pesawat ruang angkasa nirawak Voyager 2 berhasil melintasi Triton serta mengambil gambar satelit tersebut. Tahun 2010, sebuah pengamatan inframerah jarak jauh dengan Very Large Telescope dari European Southern Observatory juga sempat mengungkapkan bahwa atmosfer tipis Triton berubah seiring dengan pergantian musim.
Sumber: NASA
Seorang ahli astrobiologi juga mempertimbangkan bahwa Triton dapat memiliki air di bawah permukaan esnya. "Saya pikir sangat mungkin bahwa ada lautan yang kaya amonia di bawah permukaan Triton," kata Saswata Hier-Majumder dari Universitas Maryland.
“[Tapi] ada sejumlah ketidakpastian dalam pengetahuan kita tentang interior dan masa lalu Triton, yang membuatnya sulit untuk diprediksi dengan kepastian absolut." Sebagaimana ditulis Majalah Astrobiology 2012 yang diterbitkan ulang di Space.com.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini