Sengkarut Kerja Sama Kapal Selam | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Sengkarut Kerja Sama Kapal Selam

Ceknricek.com -- Dia adalah Franklin M Tambunan. Nama lengkap dan titelnya adalah Dipl. Ing. Dipl. Wirtsch. Ing. Franklin M Tambunan. Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara ini Direktur PT Taimex Konsultan Internasional. Sebuah perusahaan konsultan perkapalan, khususnya kapal selam.

Sebelum menjadi konsultan, Franklin bekerja di galangan kapal HDW, Kiel, Jerman. Banyak pos sudah ia duduki. Dia antara lain pernah menjadi direktur pendidikan pembuatan kapal selam untuk negara-negara asing di luar Jerman. “Salah satu negara yang kami didik adalah Korea Selatan. Saya paham dengan kemampuan dan kesanggupan dari Galangan Kapal Daewoo,” ujar Franklin.

Nah, pada 13 Januari 2020,  Franklin mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo terkait pengadaan dan pembelian kapal selam dari Korea Selatan. Dia berpendapat kerja sama dengan Korea ini tidak akan membantu pertahanan dan kemandirian industri pertahanan nasional Indonesia ke depan.

Ia menjelaskan bahwa dirinya ikut mengkonsepkan pembangunan galangan kapal  Daewoo. “Tim saya yang memberikan pendidikan kepada tenaga ahli Daewoo di tahun 1994 di Jerman,” tulisnya.

Franklin. Sumber: Istimewa

Lantaran itu, Franklin menyampaikan catatan khusus tentang dua kapal selam produk Korea yang sudah diterima Indonesia. Dia juga menanggapi pengadaan joint section pada kapal ketiga serta rencana-rencana pengadaan kerja sama dengan Korea Selatan ke depan ini.

Sebatas Perakit

Sebelum penandatanganan kontrak pengadaan kapal selam dengan Korea Selatan di tahun 2012, Franklin mengatakan telah menyampaikan Kepala Staf Angkatan Laut atau KSAL pada saat itu bahwa kontrak kerja sama dengan Korea Selatan harus dibatalkan, karena Korea Selatan bukanlah negara pembuat kapal selam dan hanya sebatas perakit/assembler.

Baca juga: Kapal Selam: Upaya Menyeimbangkan Saja

Korea Selatan belum pernah menciptakan satu kapal selam pun yang sudah teruji dan layak. Imbauan tersebut diabaikan. Kontrak pengadaan tersebut tetap ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia.

Selanjutnya, Franklin ditunjuk KSAL, Laksamana Suparno untuk menjadi tim pengawas dalam pembuatan kapal selam di Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, ia dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan kapal prototipe buatan Korea Selatan terdahulu sebagai contoh sebelum Indonesia menandatangani kontrak pembelian. Apes bagi Franklin. Sejak saat itu, ia tidak lagi diundang dalam rapat-rapat selanjutnya.

Kini, Korea Selatan telah menyerahkan 3 kapal selam prototipe atau kapal selam percobaan tidak teruji, tidak distandarisasi dan lisensi internasional dalam segala bentuk hal teknis.

Sumber: Istimewa

Uji kelayakan dari semua sistem yang ada di dalam kapal selam belum tersertifikasi. Franklin berpendapat, sebelum penandatanganan kontrak di tahun 2012 seharusnya tuntutan bangsa kita adalah agar Korea Selatan mempresentasikan kapal contoh dengan segala tes uji coba serta sertifikasi-sertifikasi nasional dan internasional dari kapal selam tersebut. “Korea Selatan harusnya menunjukkan satu contoh kapal selam sejenis yang kita mau beli sebagai kapal selam prototipe yang sudah teruji kelayakannya.”

Masa Kesenyapan

Juga fakta-fakta mengatakan sesuai kesaksian dari user/Angkatan Laut di Surabaya bahwa mereka menerima produk kapal selam yang sangat tidak layak pakai, baik secara teknis dan mereka ragu menggunakannya sebab belum ada data-data akurat menunjukkan kelayakannya.

Kapal selam ini memiliki masalah dalam hal kesenyapan dengan radiated noise level yang rendah. Maksudnya, tingkat kesenyapan ini dibutuhkan agar tidak dapat didengar atau dijangkau oleh lawan saat operasi. Selanjutnya, juga tidak memiliki tingkat kemampuan penghindaran deteksi (silent dan stealthy).

Sumber: Istimewa

Ketiga kapal selam ini sangat perlu dipertanyakan apakah memiliki senjata tempur yang teruji sesuai spesifikasi dan kebutuhan ALRI. “Saat penerimaan kapal selam pertama saya ketahui bahwa Korea Selatan belum mendapat alat senjata yang dapat diimplementasikan di dalam kapal selam yang pertama tersebut,” kata Franklin.

Sudah begitu baterai juga bermasalah. Baterai kapal selam adalah listrik penggerak kapal selam saat operasi menyelam. Baterai yang digunakan di kedua kapal selam yang baru dari Korea Selatan menggunakan baterai buatan Korea Selatan sendiri. Baterai ini tidak berfungsi sesuai dengan kebutuhan kapal selam tersebut. Hal ini membahayakan kondisi kapal saat beroperasi.

Menurut pengalaman, Franklin menuturkan, untuk memublikasikan satu produk kapal selam baru diciptakan, membutuhkan kurang lebih tujuh tahun proses segala tes uji kelayakannya. Sesudah teruji dan disertifikasi barulah dipublikasikan. Sedangkan ketiga kapal baru yang diterima Indonesia dari Korea tersebut belum pernah melalui uji tes sejenis sehingga diragukan kelayakannya.

Franklin berpendapat kedua kapal selam buatan Korea Selatan adalah kapal yang sangat berbahaya bagi penggunanya. Berbahaya karena jika terjadi kecelakaan, maut akibatnya. Bahaya dalam mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia jika kecelakaan, kerugian negara bukan hanya secara finansial tapi juga kehilangan awak AL yang berkualitas dan berpengalaman tinggi.

Kapal Prototipe

Korea Selatan mengembangkan teknologi kapal selam mereka dengan menggunakan uang rakyat Indonesia. Korea Selatan telah berhasil membohongi bangsa Indonesia.

Pada perjanjian antara Jerman dan Korea Selatan di tahun 1994, dituangkan dalam kontrak bahwa kapal selam tipe 209/1200 izin lisensi pembuatannya hanya boleh diproduksi untuk kepentingan nasional Korea Selatan saja. Tidak ada untuk izin ekspor.

Maka untuk menghindari pelanggaran kontrak itu, Korea Selatan menawarkan tipe 209/1400. Tipe ini belum pernah ada saat mereka menawarkan kontrak pembelian tersebut. “Ketiga kapal selam yang kita sudah terima di Surabaya adalah kapal prototipe, kapal percobaan Korea Selatan yang belum teruji kelayakannya,” tegas Franklin.

Sekitar 65% isi peralatan teknis dalam kapal selam adalah produk-produk berasal dari Jerman. Ini berarti bahwa ketergantungan Korea Selatan atas Jerman masih sangat besar.

Baca juga: Baca juga: Kapal Selam: Berharap dari Korea?

Jerman mengatur bahwa setiap peralatan senjata baik peralatan-peralatan senjata dan spare parts-nya harus memiliki izin ekspor dari pemerintahan Jerman dengan negara user/pengguna peralatan tersebut. Sementara dalam pengadaan kapal selam dengan Korea Selatan, Indonesia tidak mengadakan perjanjian-perjanjian apapun dengan pemerintahan Jerman tentang pengadaan kapal selam tersebut. Ini bisa menjadi masalah ke depannya.

Perjanjian Alih Teknologi

Franklin mengaku hadir pada saat pengadaan kontrak transfer of technology atau TOT dengan Korea Selatan. “Presentase program yang dipaparkan oleh Korea Selatan adalah program pendidikan yang saya dan tim saya di tahun 1994 di Jerman. Di rapat tersebut saya sangat tegas mengatakan kepada presenter dari Korea Selatan bahwa Korea Selatan mengkopi konsep saya tapi tanpa bukti pengalaman mendidik. Saya tegaskan untuk tidak membohongi dan membodohi bangsa Indonesia,” tuturnya.

Franklin. Sumber: Istimewa

Korea Selatan tidak memiliki pengalaman bagaimana mendidik negara asing untuk membuat kapal selam. Korsel masih murid Jerman dalam pembuatan kapal selam.

Menurut Franklin, dalam 10-15 tahun ke depan bangsa Indonesia tidak akan mampu mandiri membuat kapal selam sendiri. Fakta di lapangan mengatakan bahwa sejumlah putera Indonesia yang dikirim ke Korea Selatan ke galangan kapal Daewoo, mereka pulang dengan tangan kosong tanpa pendidikan yang diharapkan.

Daewoo baru memiliki teknologi pembuatan kapal selam yang berbobot 1400 ton. Artinya, Korea Selatan tidak akan mentransfer sesuatu yang baru kepada siapa pun, dalam hal ini ke Indonesia.

Pendidikan TOT dalam konteks lainnya adalah OJT- Training (on the job training). Belajar sambil bekerja. Hal ini bangsa Indonesia tidak akan pernah menerima pendidikan tersebut.

Franklin menyarankan ke depannya pengadaan dan pemeliharaan kapal selam hendaknya dikerjasamakan dengan negara yang bisa dan mampu memberikan kapal selam terbaik dan juga mampu memberikan pendidikan TOT yang bisa memampukan bangsa kita dalam waktu yang jelas dan terencana.

BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait