Ceknricek.com -- Cemburu? Ah, yang benar saja. Mana mungkin Presiden Joko Widodo cemburu mendapati Surya Paloh berpelukan dengan Sohibul Iman. Itu jelas tidak mungkin. Hanya saja, jika mencermati dan merasakan ucapan Jokowi dalam mengomentari tindakan Surya Paloh itu, rasanya jika ada yang bilang Jokowi cemburu juga tidak terlalu keliru.
"Saya tidak tahu maknanya, tapi rangkulannya tidak biasa. Tidak pernah saya dirangkul seperti itu," ujar Jokowi saat berpidato pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Golkar ke-55, Rabu malam (6/11). Ucapan Jokowi ini ditujukan ke Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem), yang juga hadir pada malam itu.
Sumber: Tribunnews
Sudah barang tentu ucapan Jokowi membuat Surya serba salah. Sayang, Surya tak punya panggung untuk menjelaskan adegan rangkulan itu dalam HUT Golkar tersebut. Surya menganggap pernyataan Jokowi itu sebagai guyonan saja.
Baru dua hari kemudian, dalam pidato pembukaan di Kongres NasDem Surya mendapatkan panggungnya. Ia menyinggung pihak-pihak yang mencurigai pertemuannya itu. "Tingkat diskursus politik yang paling picisan di negeri ini, hubungan, rangkulan, tali silaturahmi, dimaknai dengan berbagai macam tafsir dan kecurigaan," tuturnya, Jumat (8/11). "Sehingga ketika kita berkunjung pun ke kawan, mengundang kecurigaan. Ini bangsa model apa seperti ini?"
Tak berhenti di situ. Surya juga menyinggung partai-partai yang mengaku Pancasilais, tetapi sinis. "Kalau partai yang masih mengundang cynical propaganda yang kosong, mengajak berkelahi satu sama yang lainnya, ah yang pasti itu bukan Pancasilais itu," katanya.
Pernyataan pertama tampaknya diarahkan kepada Jokowi. Sedangkan pernyataan kedua, tentang partai yang mengaku pancasilais, naga-naganya mengarah ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP.
Maka wajar saja, jika saling balas dalam pidato ini diterjemahkan banyak pihak ada masalah serius antara Jokowi dan Surya Paloh. Ada kesan, Surya Paloh ingin keluar dari kekuatan partai koalisi Jokowi-Ma’ruf Amin.
Sumber: Liputan6
NasDem sedang membangun jembatan politik jangka pendek dan panjang. Jangka pendeknya adalah Pilkada 2020, sedangkan jangka panjangnya Pilpres 2024. NasDem, misalnya, mengincar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, untuk diusung menjadi calon presiden pada 2024.
Sumber: Tribunnews
Bahkan bukan cuma Anies yang digadang-gadang. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa; dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, juga masuk dalam radar NasDem.
Baca Juga: Misi Surya Paloh, Apa Jokowi?
Sumber: Antara
Hal itu tersirat dengan diundangnya tiga kepala daerah di Kongres ke-2 NasDem. "Ada pilihan colorful, pelangi, dan kita pilih black and white, bodoh sekali kita. Iya kan? Pilihannya colorful lho, pelangi, beraneka ragam warna," kata Surya.
Dengan banyaknya pilihan ini, Paloh mengatakan, partainya bakal mencari sosok ideal untuk Pilpres 2024. "Dari pilihan itu kita cari yang terbaik dari yang baik. NasDem berencana menuju ke arah sana," ucapnya.
Ulang Tahun
NasDem adalah partai yang relatif baru. Masih hijau. Pada 11 November ini, 8 tahun. Partai ini baru dua kali mengikuti pemilihan umum atau Pemilu. Tapi jangan salah, pada Pemilu lalu, NasDem sukses mendulang 59 kursi.
NasDem bertengger pada urutan keempat di antara partai-partai lainnya. Mengalahkan partai lama macam Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional atau PAN dan Partai Persatuan Pembangunan atau PPP.
Selanjutnya, pada Kabinet Indonesia Maju (KIM) ada tiga kader NasDem yang duduk sebagai menteri. Ada Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian; Siti Nurbaya Bakar, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup; dan Johnny Gerard Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika.
Kursi menteri yang diduduki kader NasDem relatif strategis. Hanya saja, jaksa agung yang tadinya diberikan kepada NaDem, dioper ke PDIP. Kendati demikian, Surya Paloh sempat mengaku puas dengan jatah yang diterimanya itu.
"Kepuasan itu kan relatif, tapi itu adalah suatu hal yang harus disyukuri. Karena apapun juga kita memberikan dukungan tanpa syarat, kita terima seluruh konsekuensi," ujarnya, di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (25/10).
Baca Juga: Silaturahmi Kebangsaan PKS - Nasdem Gulirkan 3 Kesepahaman
Persoalannya, belum lagi usia KIM sebulan, Surya Paloh sudah beberapa kali membuat manuver yang mencerminkan dirinya sedang melakukan perlawanan terhadap Presiden Joko Widodo. Seperti yang disebut tadi, Surya antara lain bertemu dengan Presiden PKS, Sohibul Iman, di markas PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, pada Rabu (30/10) lalu.
Sumber: Kastra
Pada pertemuan ini Surya Paloh dan Sohibul Iman menandatangani "Kesepahaman Politik Partai NasDem-PKS" yang berisi tiga poin. Salah satunya adalah keduanya "berjuang bersama-sama menjaga demokrasi agar tetap sehat dengan memperkuat checks and balances di DPR RI”.
Lebih dari itu, dalam pertemuan itu Surya Paloh memeluk erat Sohibul Iman. Sudah begitu, pertemuan Surya-Sohibul menurut rencana akan diulang lagi untuk mematangkan pertemuan yang pertama. Keakraban Surya-Sohibul ini rupanya menjadi perhatian serius Jokowi.
Hanya saja, tidak sedikit yang menduga langkah Surya Paloh ini sepengetahuan Jokowi. Bahkan ada yang menyebut langkah Paloh tersebut sebagai bagian dari upaya Jokowi merangkul seluruh kekuatan partai politik. Singkat cerita, ada misi Jokowi dalam langkah zig-zag Surya Paloh.
Baca Juga: PKS dan Bahasa Oposisi
Sumber: Liputan6
Berarti ada sandiwara yang sedang dibangun Surya Paloh dan Jokowi. Sandiwara macam apa itu? Sandiwara melawan dominasi PDI Perjuangan.
Jokowi membutuhkan kekuatan penyeimbang dalam koalisi. Surya Paloh menjadi harapan untuk membangun kekuatan itu.
Surya menegaskan bahwa dirinya merasa tidak reaktif dan emosional terhadap candaan Presiden Joko Widodo. Ia menjelaskan, dirinya hanya memberikan pencerahan. "Nggak mungkin kita reaktif dengan Pak Jokowi. Artinya memang selalu bagaimana pun menawarkan alternatif pikiran-pikiran yang barangkali sesuatu mungkin menjadi bahan referensi baru," katanya.
BACA JUGA: Cek RISET & DUNIA KAMPUS Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini