Ceknricek.com -- Rencana Umroh kali ini terpaksa saya batalkan. Padahal sudah terbayang Salat Jumat nanti, serta ziarah ke tempat bersejarah di dua kota suci Madinah dan Makkah. Di Makkah tentu lebih asyik lagi tawaf dan sa’i dalam cuaca dingin seperti di Eropa. Karena itulah antara lain sejak awal bulan saya dan isteri memutuskan untuk Umrah.
Rencana berangkat dari Jakarta ke Madinah Kamis (27/2) dengan Garuda GA 960. Visa sudah saya kantongi minggu lalu, suntik vaksin meningitis sebagai kelengkapanya, seperti kartu kuning yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan sudah di kantong juga.
Baca Juga : Ketua MPR Harap Arab Saudi Kaji Penghentian Sementara Jamaah Umrah Indonesia
Seperti tahun lalu, Umrah kami sekarang pun tanpa travel. Urus sendiri. Dari booking tiket dan hotel. Di Madinah maupun Mekkah. Mutawwif baru semalam kami kontak. Referensinya dari Dirut Anta Umrah, Iwan Giwangkara. Pak Bos Iwan ini juga yang mengurusi visa kami yang selesainya cepat, cuma dua hari.
Umrah dengan kunjungan pertama di kota Madinah baru untuk pertama kali kami jalani. Sebelumnya terbalik. Masuk Mekkah dulu baru ke Madinah. Kami akan menetap di Madinah 5 hari dari 27 Februari sampai 2 Maret. Setelah itu berangkat ke Mekkah dengan kereta cepat Harramain Highspeed. Dengan kereta ini Madinah -Mekkah ditempuh hanya dalam tiga jam. Saya sudah pernah mencobanya tahun lalu.
Tapi, semalam berubah situasinya. Rupanya, kereta cepat itu hanya beroperasi Kamis sampai Minggu. Maka semalam itu juga saya kontak Ustaz Jumdan, mutawwif kami di Mekkah. Minta carikan mobil GMC untuk tumpangan dari Madinah - Mekkah, Senin (2/3) pagi selepas sarapan.
Sampai jam 12 malam baru rampung urusan handeling di Tanah Suci. Habis salat subuh periksa kembali barang bawaan. Beres. Tidak ada yang terlupa. Selanjutnya siap-siap jogging pagi satu jam.
Baca Juga : Takut Virus Corona, Arab Saudi Tunda Masuk Jamaah Umrah
Saat mengenakan sepatu, sekitar jam 6 pagi, dr Yassin Bintang, putera nomer dua kirim pesan lewat WhatsApp. Isinya mengejutkan. Dia mengcapture isi FB Jamal Bilad, boss Travel Al Bilad. Isinya: Saudi menghentikan pemberian visa Umrah. Bagi yang sudah memperoleh visa pun ditolak masuk Tanah Suci.
Saya tidak hirau lagi dengan Marah Sakti Siregar, wartawan senior, tetangga yang datang menjemput untuk jogging pagi tadi. Kebetulan pula mendadak hujan, sehingga jogging boleh dilupakan. Saya segera mengontak beberapa kawan yang punya hubungan dengan Saudi atau Umrah. Tapi sepagi itu tak mudah mengontak orang.
Hanya Iwan Giwangkara yang menyahut. Jamal saja, sumber pertama penyebaran info itu sama sekali tidak merespons. Tiga jam kemudian baru merespons. Dia sakit vertigo. Tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Dari Iwan sekejap saja informasi jadi terang benderang. Saudi memang betul melarang jamaah umrah masuk di Tanah Suci untuk sementara. Secara eksplisit disebut juga Saudi melarang masuk Masjid Nabawi. Artinya, jamaah yang sudah terlanjur tiba di Madinah pun dilarang beribadah ke Masjid Nabawi.
Iwan melengkapi informasinya dengan foto dan video jamaah Umrah Indonesia yang tiba di Bandara King Abdul Azis, Jeddah dengan pesawat Saudi. Foto-foto dan video itu diambil Rabu (26/2) malam. Menggambarkan satu persatu jamaah diperiksa suhu badannya di atas pesawat. Pemeriksaan itu berlanjut menjelang check - in di Imigrasi.
Setelah mempelajari semua informasi itu, saya dan isteri dengan berat hati memutuskan membatalkan keberangkatan. Langkah selanjutnya mengontak Garuda, hotel, dan Mutawwif. Di Tanah Suci, mungkin karena masih subuh di sana, Mutawwif baru menjawab dua jam kemudian. Itu pun masih akan mengkonfirmasi semua informasi kepada pihak yang terkait. Mutawwif di Madinah malah sempat balas saya, menganggap larangan itu hoax. Dalam hati dia pasti menjerit. Banyak jamaahnya akan tiba Kamis malam ini di Madinah.
Meski kecewa saya dapat memahami keputusan pemerintah Arab Saudi. Ini menyangkut keselamatan jiwa warganya. Mereka tidak mau mempertaruhkan jiwa warganya dengan tujuh juta jamaah yang berumrah tiap tahun. Pemasukan besar dari jamaah itu tidak membuat mereka tergiur. Seperti itulah sikap pemerintah di mana pun. Apalagi menghadapi virus corona yang tidak berwujud. Tidak bisa sembarangan menerima tamu masuk negaranya. Apalagi sampai menawarkan berbagai fasilitas untuk dikunjungi di tengah kecamuk wabah itu di seluruh dunia.
Berumroh dalam cuaca dingin kami batalkan. Tetapi tetap saja sulit mengusir bayangan nikmatnya beribadah di Tanah Suci, Mekkah dan Madinah. Masih terbayang-bayang nikmatnya salat subuh dan salat Jumat di masjid Nabi pas Jumat besok.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.