Ceknricek.com -- Universitas Indonesia (UI) ikut berpartisipasi dalam melakukan inovasi untuk menghadapi pandemi COVID-19. Sumbangsih UI tersebut lewat pengembangan termometer otomatis untuk screening COVID-19.
Termometer otomatis itu dikembangkan oleh Dosen Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Dr. Ir. Tomy Abuzairi ST, MSc, MT, PhD. Dalam keterangannya yang dipantau di Jakarta, Kamis, (5/11/20) Tomy demikian sapaan akrabnya mengungkapkan keunggulan termometer tersebut yakni tidak membutuhkan operator.
“Pada era normal baru, merupakan hal yang lumrah dilakukan pemeriksaan suhu. Umumnya menggunakan termometer gun atau handheld, yang mana membutuhkan seorang operator untuk mengoperasikannya,” katanya.
Berdasarkan penelitian, termometer yang memakai operator biasanya kurang optimal karena tergantung subjektivitas dari operator. Selain itu, jarak yang dekat dengan operator termometer juga menyebabkan operator rentan tertular COVID-19 dari orang yang diukur suhu tubuhnya.
Demi mengatasi risiko penularan, Tomy melakukan terobosan dengan membuat termometer otomatis tanpa memerlukan bantuan operator. Termometer otomatis dilengkapi dengan sensor jarak, sehingga saat jarak orang yang diukur suhunya sudah dekat maka sensor suhu akan mulai mengukurnya.
Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI PONG HARJATMO
Selain itu, termometer yang dikembangkan Tomy dilengkapi dengan LED hijau dan merah untuk memberitahu suhu tubuh. Apabila suhu tubuh normal maka LED hijau menyala sedangkan jika suhu tubuh tinggi maka LED merah dan alarm menyala selama lima detik.
Tomy Abuzairi menambahkan selain dapat mendeteksi otomatis, alat itu juga didesain dengan harga terjangkau.
“Untuk pembuatan purwarupa alat ini dibutuhkan biaya sekitar Rp500 ribu,” jelasnya.
Termometer otomatis ini baru dipasang di tempat-tempat percontohan dan dipantau fungsionalitasnya. Uniknya, termometer ini dapat beroperasi selama 1 hari tanpa perlu isi ulang baterainya. Dalam pengembangan termometer otomatis untuk screening COVID-19, Tomy mendapat dana Hibah Iptek bagi Masyarakat 2020 dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia.
“Untuk kekurangannya sendiri, masih dari sisi casing yang mana masih menggunakan 3D printer dan membuat harganya menjadi lebih mahal. Jika sudah diuji coba dan terbukti baik, maka kedepannya casing bisa diproduksi massal sehingga harganya lebih murah,” jelas Tomy.
Meski mengembangkan alat yang cukup membantu dalam pencegahan COVID-19, Tomy tetap mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan di manapun berada yakni dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.
Baca juga: UGM Perkenalkan Alat Deteksi COVID-19 GeNose C19
Baca juga: IDI Ajak Artis Jadi Contoh Pemakai Masker yang Baik dan Benar