Ceknricek.com -- Serikat Buruh kereta api dan trem pertama di Hindia Belanda atau Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) didirikan di Semarang, hari ini 111 tahun silam, tepatnya pada 14 November 1908.
Organisasi buruh yang memiliki akar gerakan radikal dalam melawan ketidakadilan pemerintah kolonial ini kelak menjadi awal gerakan sosial modern yang menggantikan gerakan-gerakan sosial sebelumnya yang berbasis tradisional.
Buruh Mogok Pemerintah Kelabakan
Tahun 1923, menjadi tahun yang merepotkan bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda. Apa pasal? Pada bulan Mei hingga Agustus terjadi aksi mogok besar-besaran lebih dari 10 ribu buruh kereta api rendahan di Hindia Belanda yang menuntut perbaikan kesejahteraan.
Gerakan yang dimulai sepuluh hari sebelum lebaran tiba tahun 1441 Hijrah oleh penjaga palang kereta, tukang wessel, pengawas rel, juru api, tukang rem, hingga kuli pelat ini mengakibatkan layanan kereta api penumpang dan barang lumpuh total di negeri jajahan.
Aksi massa ini sebenarnya dipicu pengaruh resesi ekonomi dunia yang melanda negeri Hindia Timur dimana hanya sedikit hasil bumi yang dapat diekspor ke Eropa hingga terjadinya penurunan penumpang kereta secara drastis.
Sumber: Tropen
Menyikapi hal itu perusahaan-perusahaan kereta api swasta dan negara kemudian membuat kebijakan yang sangat merugikan kaum buruh, yakni menghapus sejumlah tunjangan hidup dan memangkas kenaikan gaji.
Namun aksi ini dibalas oleh pemegang tampuk kekuasaan lewat ancaman pemecatan. Pemerintah kolonial juga turut andil membantu. polisi dan tentara dikerahkan untuk masuk ke perkampungan buruh kereta api, menyisir rumah dan menangkap para buruh pemogok di Surabaya, Madiun, Semarang, dan Cirebon.
“Pada tanggal 13 Mei, Perusahaan Kereta Api Negara meningkatkan tekanan mereka dengan memerintahkan semua pemogok yang tinggal di rumah-rumah milik perusahaan kereta api untuk mengosongkannya dalam waktu 24 jam,” tulis John Ingleson dalam “Pemogokan Buruh Kereta Api Tahun 1923” yang dimuat di Tangan dan Kaki Terikat Dinamika Buruh, Sarekat Kerja dan Perkotaan Masa Kolonial.
Sumber: Historia
Baca Juga: Orient Express, Kereta Mewah yang Tinggal Kenangan
Meskipun pemogokan akhirnya dapat diredam, namun aksi yang dilakukan oleh sarekat buruh kereta api di Semarang ini menjadi momentum penting dalam sejarah perburuhan di Hindia Belanda dan menimbulkan efek yang luas di kalangan buruh lain.
Pemogokan buruh di pelabuhan Semarang adalah yang terbesar di Hindia Belanda dan memiliki pengaruh terhadap kondisi politik Semarang kala itu, tulis Agustinus Supriyono dalam Buruh Pelabuhan Semarang: Pemogokan-Pemogokan Pada Zaman Kolonial Belanda, Revolusi, dan Republik 1900- 1965. (2008: 123).
Tercatat selain di Jawa, aksi mogok ini juga merembet dan dilakukan oleh buruh di Atjeh Tram pada 12 Mei 1923, dan buruh kereta api di Medan pada bulan Juli. Menurut Pemberita Makassar mengutip Tirto, aksi mogok itu dipicu karena pengurangan gaji 5 sen per hari.
VTSP dari Eksklusifitas, hingga Tanpa Sekat
Lima belas tahun sebelum aksi pemogokan besar-besaran di Hindia Belanda, sebuah serikat dibangun oleh 63 buruh Eropa yang bekerja di tiga perusahaan kereta api yang berbasis di Semarang, yakni Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), Semarang--Joana Maatschappij (SJS) dan Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).
Pada awalnya pembentukan serikat buruh di perusahaan-perusahaan ini untuk meniru serikat yang sudah lebih dulu dibentuk di perusahaan kereta api milik negara. Pada masa itu memang belum ada monopoli perkeretaapian seperti di masa sekarang, masih banyak perusahaan swasta kereta api yang beroperasi.
Razif, menuliskan dalam “Buruh Kereta Api dan Komunitas Buruh Manggarai” termuat di Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa, di awal abad ke-20 di Hindia Belanda terdapat 12 perusahaan kerta apai, satau perusahaan milik negara, yakni Staats Spoorweg (SS) dan 11 lainnya adalah perusahaan milik swasta.
Sumber: Historia
VSTP pada awalnya seperti serikat-serikat buruh Eropa yang tak pernah mengakui buruh-buruh Indonesia, mereka hanya mengakui buruh Indonesia tingkat atas meskipun tanpa hak voting. Buruh Eropa terus menjadi mayoritas bahkan hingga tahun 1914, dan memonopoli posisi-posisi eksekutif baik itu di pusat maupun cabang VSTP.
Kedatangan Henk Sneevliet pada tahun 1913 di Hindia Belanda dapat memecah sekat rasial tersebut. pada bulan Oktober dipengaruhi pendapat Sneevliet yang mendesak bahwa sebuah organisasi harus bersifat multirasial, mereka lalu memutuskan merekrut anggota dari kalangan pribumi dan memberi hak untuk duduk di dalam kepemimpinan serikat buruh.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Bagaimana Kabel Menghubungkan Hindia Belanda dan Dunia?
Gerakan yang semula eksklusif bagi orang kulit putih Eropa itu kemudian menjadi gerakan bersama dari buruh dalam menentang sistem kapital. Dalam rapat yang digelar bulan Februari 1914, VSTP kemudian setuju untuk mengalokasikan 3 dari 7 posisi eksekutif pusat bagi buruh pribumi.
Peristiwa Ini menandai babak baru perubahan VSTP dari semula serikat buruh yang didominasi orang-orang Eropa menjadi serikat buruh yang dikontrol oleh orang-orang pribumi Indonesia.
Dari sinilah dikenal nama-nama tokoh serikat buruh seperti Semaoen (Semarang), Djaid (Cirebon), Kartaatmaja (Surabaya), dan Mohammad Sanoesi (Bandung). Beberapa di antara mereka dikenal juga sebagai tokoh Sarekat Islam dan Partai Komunis Indonesia.
Semaoen (Semarang), Sumber: Wikipedia
Gambaran umumnya bisa dilihat dari komposisi kebangsaan para buruh. Pada akhir tahun 1913 dari 1.242 orang anggota VSTP, jumlah buruh Eropa dalam serikat itu adalah 673 orang, sementara buruh pribumi 669. Porsi mayoritas itu berbalik pada Januari 1915, dari 2.292 buruh anggota VSTP terdapat 1.439 orang buruh pribumi.
Seperti serikat-serikat buruh lainnya, VSTP juga membuat penerbitan yang diberi nama Si Tetap yang merupakan edisi Melayu dari jurnal yang sebelumnya sudah ada dan diterbitkan lagi pada 1915.
Lewat majalah inilah mereka mempunyai pengaruh cukup besar dalam menumbuhkan kesadaran buruh kereta api di Hindia Belanda hingga terjadinya aksi pemogokan terbesar dalam sejarah kereta api tersebut.
BACA JUGA: Cek OPINI, Opini Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar