CNR INDONESIA MOVIE RATING 0005: COLD PURSUIT | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
'Cold Pursuit' poster. LIONSGATE AND STUDIO CANAL

CNR INDONESIA MOVIE RATING 0005: COLD PURSUIT

IMR & AMR

NILAI IMR
(Indonesia Movie Rating)
4 : Terserah
5 : Biasa Saja
6 : Cukup
7 : Lumayan
8 : Menarik
9 : Bagus
10 : Luar Biasa

NILAI AMR
(Anjuran Menonton Rating)
4 : Membuang Waktu dan Uang
5 : Tunggu, tak Perlu Ditonton
6 : Boleh Nonton kalau ada Waktu
7 : Memenuhi Syarat Tontonan
8 : Asyik sebagai Hiburan
9 : Direkomendasikan untuk Ditonton
10 : Jangan Lewatkan!

---

IMR 005

COLD PURSUIT
Dendam Seorang Ayah Menyulut Perang Gangster
Ulasan : Yan Widjaya

Credit Title

Produksi : Elevation Pictures, Lions Gate, Studio Canal
Produser : Finn Gjerdrum, Stein B. Kvas, Michael Shamberg
Sutradara : Hans Peter Moland
Cerita : Kim Fupz Aakeson
Skenario : Frank Baldwin
DOP : Philip Ogaard
Para Pemain : Liam Neeson, Laura Dern, Emmy Rossum, Tom Bateman, Raoul Trujillo, Julia Jones, Tom Jakcson, William Forsythe
Genre : Action Thriller
LSF : Untuk 17 Tahun ke Atas
Durasi : 116 Menit
Tayang : Mulai 15 Februari 2019

KEHOE, kota di lembah pegunungan Rocky Mountains, Amerika Utara, yang hampir sepanjang tahun berselimut salju. Maka profesi Nelson Coxman sebagai petugas penyapu salju jalanan menjadi sangat penting. Tidak heran ia diangkat menjadi warga kota teladan karena baktinya setiap hari membersihkan timbunan salju. Kehidupan rutin dan ketentraman Nels dengan isterinya, Grace, mendadak berubah seratus delapan puluh derajat, demi putera tunggal mereka, Kyle, ditemukan tewas over-dosis. Padahal Kyle adalah pemuda baik-baik yang bekerja sebagai pengangkut bagasi di bandara lokal. Nels sama sekali tidak percaya, ia yakin puteranya difitnah dan dibunuh.


Memang benar, Kyle dihabisi oleh sindikat narkoba anak buah Viking yang kehilangan 10 kilogram kokain di bagasi bandara. Maka secara diam-diam Nels mulai melacak para pembunuh Kyle dan menuntut balas. Dari seorang lelaki baik-baik biasa, Nels berkembang menjadi pembunuh profesional.
Abangnya, mantan gangster bergelar Wingman, terheran-heran bertanya, “Di mana mayat-mayat korbanmu?”
“Kubungkus dengan kawat kandang ayam dan kubuang ke air terjun!”
“Kenapa kawat kandang ayam?”
“Agar bangkainya tidak timbul dan habis dimakan ikan di dasar sungai.”
“Dari mana kau belajar cara ini?”
“Dari novel-novel kriminil.”


Pelacakan Nels mengarah pada sang gembong sindikat narkoba Viking yang kelewat licik dan keji luar biasa, main bantai orang seperti menginjak remuk kecoa belaka di bawah sepatu mewahnya. Bahkan kemudian Nels menculik putera Viking yang masih anak-anak dari sekolahnya. Kehilangan anak-buahnya satu persatu, membuat Viking murka, dan mencurigai geng Indian yang dipimpin White Bull. Perang gangster tak terelakkan lagi, membuat panik pihak Kepolisian Kehoe. Mayat-mayat bergelimpangan dalam bentrokan baku tembak...

Remake
Ulang buat dilakukan oleh produser dan sineas Hollywood terhadap sebuah film yang sukses besar di negerinya. Dimulai dari film Jepang karya Master Akira Kurosawa, Seven Samurai (1954), dialihkan menjadi koboi The Magnificent Seven (1960) oleh pakar western John Sturges, sampai ke film polisi Hong Kong, Infernal Affairs (2002) karya duo sineas Andrew Lau-Alan Mak yang dibeli hak skenarionya oleh Martin Scorsese untuk digubah menjadi The Departed (2006).


Kini, Cold Pursuit, sesungguhnya adalah remake dari film Norwegia, Kraftidioten (2014) yang diberi judul internasional, In Order of Disappereance. Film aslinya diperani aktor watak handal Swedia, Stellan Skarsgaard berusia 67 tahun. Sayang filmnya tidak beredar di bioskop XXI, hanya sangat beruntung bagi saya, sempat menikmatinya dalam pekan film Europe on Screen beberapa tahun yang lalu.
Kini Skarsgaard digantikan oleh bintang aksi Liam Neeson yang hanya lebih muda setahun, dan telah merampungkan 128 film sepanjang kariernya. Nama aktor kelahiran Irlandia Utara ini melejit sebagai pemeran jagoan yang kalem tapi tangguh tak terkalahkan, khususnya lewat trilogi action Taken. Hanya bedanya dibandingkan para pahlawan super, penampilannya sebagai orang biasa, yang bisa saja terluka dan babak belur dihajar keroyokan lawan-lawannya.


Kalau film-film adaptasi dari luar negeri biasanya digarap ulang oleh sineas Amerika, maka film ini justeru dipercayakan langsung pada sutradara aslinya, Hans Peter Moland. Sineas berusia 63 tahun kelahiran Oslo ini, sudah membuat 15 film Norwegia dan ratusan film iklan untuk televisi. Keunikan penggarapan Moland yang dipertahankan adalah pada nama-nama para pendukung filmnya, setiap ada yang tewas, seantero layar menjadi gelap dan tercantum nama pemeran serta tokoh yang diperaninya dengan lambang salib. Kini ia diboyong ke Hollywood, khusus untuk mengulang buat karyanya yang paling tersohor dengan bujet besar tentunya.


Sampai sekarang, Hollywood memang menjadi kiblat bagi para sineas dan artis sedunia. Siapa orangnya yang tak tergiur untuk berkiprah di sana? Toh sampai hari ini masih bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, insan Indonesia yang sukses di Hollywood. Dari jajaran sineas, hanya Livi Zheng, satu-satunya sineas Indonesia yang berhasil bikin film Amerika. Minimal gadis asal Blitar ini sudah merampungkan tiga judul; Brush with Danger, Bali: Beats of Paradise, dan Insight. Sedangkan dari barisan aktor laga boleh dibanggakan lima nama: Iko Uwais, Joe Taslim, Yayan Ruhian, Cecep Arif Rahman, dan Yoshi Sudarso.


Kembali pada film Cold Pursuit, hakekatnya boleh dibilang termasuk black comedy (komedi hitam), karena terasa geli mengitik-itik urat syaraf tertawa, padahal bertutur tentang kekerasan, kesadisan dunia penjahat yang main bantai dengan kejam. Seperti tertera pada tagline-nya, “Revenge is Best Served Cold” – “Pembalasan Disajikan Terbaik dalam Kondisi Dingin”, itulah penuntasan dendam sang Ayah yang tidak terima anak tunggalnya yang baik dibunuh dan difitnah sebagai pemakai narkoba!


Inti cerita pembalasan seorang ayah ini sudah pernah dimainkan oleh Charles Bronson dalam franchise Death Wish (1974) yang diulang buat dengan Bruce Willis pada tahun 2018 kemarin. Pilihan saya pribadi tetap pada film klasiknya Michael Winner.
Begitu pun sejujurnya kalau ditanya mana yang lebih baik antara yang lama dengan yang baru, maka saya akan menjawab, “Lebih suka pada In Order of Disappereance yang terasa sekali orisinil, keasliannya.”
***
Nilai IMR   : 7.5
Nilai AMR  : 7,7

.

-------------
Untuk Iklan dan Partnership:
Whatsapp: 0816710450



Berita Terkait