IMR & AMR
NILAI IMR
(Indonesia Movie Rating)
4 : Terserah
5 : Biasa Saja
6 : Cukup
7 : Lumayan
8 : Menarik
9 : Bagus
10 : Luar Biasa
NILAI AMR
(Anjuran Menonton Rating)
4 : Membuang Waktu dan Uang
5 : Tunggu, tak Perlu Ditonton
6 : Boleh Nonton kalau ada Waktu
7 : Memenuhi Syarat Tontonan
8 : Asyik sebagai Hiburan
9 : Direkomendasikan untuk Ditonton
10 : Jangan Lewatkan!
---
IMR 008
GREEN BOOK
Sopir Italia, Pianis Hitam, & Rasisme di Amerika Selatan
Ulasan : Yan Widjaya

Credit Title
Produksi : Participant Media, DreamWorks, Amblin Partners
Produser : Jim Burke, Bryan Hayes Currie, Peter Farrelly
Sutradara : Peter Farrelly
Cerita & Skenario : Nick Vallelonga, Bryan Hayes Currie, Peter Farrelly
DOP : Sean Potter
Para Pemain : Viggo Mortesen, Mahershala Ali, Lindan Cardellini, Sebastian Maniscalco, Dimitri D. Mannou, Mike Hatton
Genre : Drama
LSF : Untuk 17 Tahun ke Atas
Durasi : 130 Menit
Tayang : Mulai 30 Januari 2019
BRONX, 1962, Frank Vallelonga alias Tony Lip bekerja sebagai sekuriti sebuah kelab malam Italia. Menjelang akhir tahun kelabnya ditutup untuk renovasi. Tony tak ingin menganggur melamar bekerja menjadi sopir pribadi Dr Don Shirley, pianis klasik jenius yang akan tour ke Amerika Selatan selama dua bulan nonstop. Honornya besar karena Tony bukan cuma menyopir tapi sekaligus juga mengawal sang pianis. Masalahnya, Don berkulit hitam, dan pada masa itu sebagian besar masyarakat, apalagi yang puritan, sangat rasialis, khususnya di kawasan Selatan! Toh, Tony bersedia karena butuh uang daripada menganggur, asal bisa pulang ke rumah pas malam Natal untuk berkumpul dengan isteri dan keluarga, sesuai adat orang keturunan Italia.
Maka Tony yang seumur hidupnya belum pernah ke luar dari New York, berpedoman pada Buku Hijau, peta perjalanan bermobil yang aman bagi kulit hitam di Amerika Selatan. Dari semula saling kurang menyukai, kedua lelaki ini berkembang menjadi sahabat yang saling membantu dalam berbagai hal.
Demi lewat negeri bagian Kentucky, Tony bersorak girang, ingin mencicipi ayam goreng asli Kolonel Sanders. Ia membeli seporsi besar, menggeragotinya sambil menyetir, bahkan memaksa Don untuk mencicipi. Don yang perlente ogah, tapi kemudian malah melahap dua potong. Tony seenaknya membuang tulang ke luar jendela mobil, tapi ketika gelas minumnya juga dibuang, Don mendelik, dan menyuruhnya mengambil kembali dari jalan!
Don mengajarkan Tony menulis surat kepada isterinya dengan kosa kata yang benar.
“Bukan Deer, itu rusa, hewan, yang benar Dear,” koreksi Don.
Surat-surat yang ditulis dengan indah berkat petunjuk Don, membuat isterinya sangat bangga sampai ipar-iparnya iri.
Banyak masalah dihadapi kendati Don adalah tamu terhormat, toh ia dilarang memakai toilet orang kulit putih. Sekali juga ia diciduk Sheriff kota kecil karena kepergok bersama seorang remaja kulit putih. Nyaris perjalanan terhambat, kalau saja si sheriff tidak ditelepon Jaksa Agung Robert Kennedy dari Washington DC.
Perjalanan selama dua bulan menjadi penuh warna, suka-duka, sekaligus membukakan mata Tony, betapa hakekatnya Don tengah berjuang untuk mengangkat harkat kulit hitam agar setara...

Foto: IMDB
Rasis & Karma
Ribuan orang kulit hitam diculik dari tanah-airnya di Afrika oleh para pedagang budak, diboyong ke Amerika untuk dijadikan budak belian. Nasib mereka sangat sengsara, lebih menderita daripada ternak, sapi, kerbau, dan kuda. Antara lain bisa dibaca dalam buku Uncle Tom’s Cabin karya Harriet Beecher Stowe yang pertama terbit pada tahun 1852.
Disebut Negro, kemudian Afrika-Amerika, karma dari Yang Maha Kuasa, berlaku 150 tahun kemudian, ketika Barack Obama, menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44, selama dua periode (2009 – 2017). Presiden kulit hitam pertama, orang nomor satu Amerika Serikat, yang bisa membuat para rasialis dari Amerika Selatan terbalik dalam kubur mereka! Suatu hal yang mustahil dipecaya bisa terwujud seratus tahun lalu!
Demikian sekilas tentang sejarah orang kulit hitam di Amerika, dalam dunia sinema, pernah dibuat Driving Miss Daisy (1989) karya Bruce Beresford, yang meraih empat Oscar, selain Best Pictures, juga Best Actress Jessica Tandy, Skenario Adaptasi, dan Tata Rias. Inti kisahnya tentang seorang nenek Yahudi dan sopirnya yang kulit hitam (diperani Morgan Freeman), bersetting negara bagian Atlanta pada era 1950-an.
Sekarang Green Book terasa sebagai pembalikan film klasik tersebut, namun karya Peter Farrelly ini diilhami dari kisah nyata persahabatan sejati yang benar terjadi. Farrelly, 62 tahun, sudah bikin 20 film, sebagian besar bertema komedi yang sangat sukses seperti Dumb & Dumber (1994), dan There’s Something About Mary (1998).
Sang sopir Italia diperani Viggo Mortensen, aktor berusia 60 tahun ini sudah bermain 58 film, termasuk trilogi The Lord of the Rings. Lawan mainnya yang sepadan aktor kulit hitam Mahershala Ali, 45 tahun, merampungkan 43 film dan televisi, yang menyabet Oscar sebagai Aktor Terbaik 2017 lewat Moonlight.
Tidak kepalang tanggung lima nominee Oscar disabet; yakni untuk Best Picture, Best Actor Viggo Mortensen, Best Supporting Actor Mahershala Ali, Best Script Nick Vallelonga, Brian Currie, Peter Farrelly, serta Best Editing Patrick J. Don Vito.
Ada delapan judul yang menjadi unggulan Film Terbaik, toh hanya empat film yang sudah beredar di bioskop kita (Black Panther, A Star is Born, Bohemian Rhapsody, dan Green Book), sedangkan empat lainnya (Blackkklansman, Favourite, Roma, dan Vice) rasanya takkan dirilis di sini.
Kategori mana saja dari Green Book yang akan menggondol piala supremasi Oscar? Kita tunggu pengumuman resminya pada malam puncak Academy Award ke-91, Minggu malam, 24 Februari 2019, atau Senin pagi, 25 Februari 2019, di Indonesia.
***
Nilai IMR : 8
Nilai AMR : 8.2
...
Untuk Iklan dan Partnership:
Whatsapp: 0816710450