Ceknricek.com -- Sebagai liga top Eropa pertama yang memulai kembali kompetisi pasca ditangguhkan akibat pandemi virus korona (COVID-19), Bundesliga kini menjadi primadona tersendiri bagi para pencinta sepak bola dunia. Tak heran apabila laga paling bergengsi, Der Klassiker antara Borussia Dortmund kontra Bayern Muenchen pada Selasa (26/5) menjadi laga yang menyita perhatian.
Tak berlebihan rasanya jika diyakini laga Der Klassiker ke-126 ini menjadi laga sepak bola yang paling banyak ditonton dari layar kaca. Tidak hanya ditonton oleh para suporter sejati kedua tim atau para penggemar Bundesliga semata, tapi juga ditonton para pencinta sepak bola lainnya, termasuk pemain dan pelatih dari liga lain yang saat ini belum bisa berkompetisi.
Baca Juga: Thomas Mueller: Liga Jerman Tanpa Fans Bak Pertandingan Orang Tua!
Bagi saya pribadi, laga Der Klassiker paling berkesan selama ini adalah kala kedua tim bersua di partai puncak Liga Champions musim 2012/2013, 25 Mei 2013. Ya, partai yang digelar di Stadion Wembley itu memang berjalan dengan tensi tinggi dan akhirnya dimenangi Bayern 2-1 secara dramatis lewat gol Arjen Robben (89').
Kembali ke Der Klassiker ke-126, apa yang membuat laga ini berbeda dari duel klasik lainnya ialah lantaran partai kali ini digelar tanpa penonton. Ini merupakan bagian dari protokol kesehatan yang harus dilaksanakan oleh para klub supaya sepak bola bisa kembali merumput.
Tentu terasa canggung ketika Dortmund main di markasnya, Signal Iduna Park tanpa didampingi oleh Yellow Wall, apalagi ketika berhadapan dengan rival abadinya Bayern Muenchen. Seingat dan sepengetahuan saya, ini menjadi kali pertama kedua tim bermain tanpa penonton.
Lantaran tak adanya chants-chants dari suporter kedua tim, kita bahkan bisa mendengar dengan jelas desiran rumput ketika bola-bola itu bergulir di atas lapangan. Begitu pula suara dentuman bola ketika membentur dari kaki ke kaki. Sunyi sekali!
Baca Juga: Akhirnya Sepak Bola Kembali Merumput
Kita juga bisa mendengar dengan jelas teriakan dan instruksi para pelatih dari pinggir lapangan. Bahkan saya sempat khawatir, jangan-jangan para pelatih ke depannya akan lebih memilih untuk diam supaya instruksi strateginya tidak didengar kubu lawan.
Pertandingan ini sendiri berjalan menarik dan relatif berimbang. Tercatat menurut statistik dari Bundesliga, kedua tim sama-sama menguasai penguasaan bola sebesar 50 persen. Kedua tim juga sama-sama mencatat 13 tembakan, dimana Dortmund membukukan 5 tembakan ke arah gawang, sedangkan Bayern 1 tembakan lebih banyak.
Salah satu momen yang paling menarik dari laga ini terjadi di menit 32. Saat kedudukan masih 0-0, penyerang Dortmund, Erling Braut Haaland mendapatkan peluang emas untuk mendekati kotak penalti dan menembakkan bola ke gawang Manuel Neuer.
Tiba-tiba Alphonso Davies berlari dengan kecepatan 35,3 kilometer per jam untuk merebut bola dari Haaland. Kecepatan pemain berusia 19 tahun ini bahkan sempat menggemparkan sosial media, dimana penyerang Inter Milan, Romelu Lukaku dan para pemain sepak bola lainnya yang terpaksa menjadi "penonton dadakan" turut mengtomentari kecepatan asal Kanada itu.
Partai ini akhirnya berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Bayern. Gol semata wayang dalam laga itu dicetak oleh Joshua Kimmich di menit 43. Melihat kiper Roman Buerki meninggalkan posnya, Kimmich dengan cerdik men-chip bola yang tak mampu dihalau Buerki.
Usai laga, pemain senior Bayern Thomas Mueller mengaku senang dengan permainan timnya. "Kami bermain dengan luar biasa. Mungkin tidak dengan bola tapi dengan hati dan itu yang paling penting," ucap Mueller.
"Pertandingan ini mungkin menjadi penentu (gelar juara) dan kami memenanginya. Ini perasaan yang luar biasa. Ini lebih baik dari sebelumnya," tambah pemain berusia 30 tahun itu.
Kemenangan ini sekaligus menggenapkan rekor pertemuan Bayern dengan Dortmund (di semua kompetisi resmi) menjadi 60 kali menang, 33 kali imbang dan 33 kalah. Die Roten juga kini mantap berada di puncak klasemen musim 2019/2020 dengan koleksi 64 poin, unggul 7 poin dari Dortmund. Musim ini sendiri masih menyisakan 6 laga.
Pada akhirnya, memang laga Der Klassiker ke-126 mungkin tidak se-esensial final Liga Champions 2012/2013. Meski begitu, rasanya Der Klassiker tersunyi ini tetap menjadi salah satu duel klasik paling dikenang sepanjang sejarah. Setuju?
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Thomas Rizal