Ceknricek.com -- Kontingen Indonesia merebut posisi empat daftar perolehan medali SEA Games 2019 di Filipina. Atlet Merah Putih mendulang 72 emas, 83 perak, 111 perunggu. Total jenderal 266 medali. Lumayan. Capaian ini sudah melampaui target yang dipasang oleh Komandan Kontingen (CdM), Menpora, bahkan Presiden Joko Widodo.
Asal tahu saja, dalam adu jago bidang olah raga se-Asia Tenggara ini CdM hanya menargetkan 45 emas, target Menpora 54 keping, dan Presiden Jokowi menargetkan 60 medali emas. Target yang pesimistis. Hasilnya, lebih dari itu.
Sumber: Okezone.com
Bagi Indonesia, capaian SEA Games di Filipina ini lebih baik dibanding SEA Games tahun 2017 di Malaysia. Kala itu, Indonesia menorehkan prestasi terburuk sepanjang keikutsertaannya di SEA Games sejak tahun 1977. Atlet Indonesia hanya bisa duduk di peringkat kelima dengan perolehan 38 medali emas, 63 medali perak, dan 90 medali perunggu.
Kendati demikian, publik tentu bertanya, mengapa dalam SEA Games di Filipina ini Indonesia hanya ranking empat? Pertanyaan itu wajar saja. Soalnya, pada Asian Games yang kontingennya meliputi seluruh negara di Benua Asia, Indonesia duduk di peringkat keempat dari total 37 peserta dengan perolehan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Sumber: Istimewa
Kala itu, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara terbaik dalam ajang empat tahunan itu. Logikanya, mestinya Indonesia bisa melibas semua negara ASEAN pada SEA Games ke-30 ini. Masalahnya memang tidak sesimpel itu.
Baca Juga: Indonesia vs Thailand, Nostalgia Kejayaan Tim Garuda di SEA Games 1991
Asian Games sangat berbeda dengan SEA Games. Mayoritas cabang pertandingan Asian Games adalah cabang-cabang Olimpiade. Sementara, mayoritas cabang SEA Games adalah cabang-cabang pilihan tuan rumah. Hanya ada 30-an cabang Olimpiade dari 56 cabang di SEA Games 2019. Alhasil, tuan rumah sangat diuntungkan untuk mencapai prestasi terbaik.
Sumber: tempo
Di samping itu, selain faktor bukan tuan rumah, ada perbedaan nyata antara kontingen Indonesia saat ini dan sebelum-sebelumnya. Pada edisi SEA Games yang lalu-lalu, kontingen Indonesia selalu didominasi para atlet senior. Kali ini, pemangku kepentingan di bidang olahraga memberikan instruksi khusus untuk menggunakan atlet muda atau pelapis.
Strategi itu diambil bukan karena meremehkan SEA Games 2019, melainkan demi proses regenerasi. Adapun atlet senior difokuskan pada ajang lebih besar, seperti Asian Games dan Olimpiade. Para atlet muda yang turun nanti sebagian besar belum punya pengalaman berlaga di ajang multicabang internasional seperti SEA Games. Oleh karena itu, harus dimaklumi jika para atlet muda itu belum bisa berbuat banyak.
Kontingen Indonesia yang dikirim ke ajang SEA Games yang digelar pada 30 November hingga 11 Desember 2019 ini berjumlah 841 atlet. Mereka mengikuti 45 cabang olahraga (cabor) dari total 56 cabor yang dipertandingkan.
Bukan Lagi Aib
Lepas apa pun dalihnya, lewat ajang SEA Games ini publik menyaksikan dalam hal urusan olahraga era Orde Baru lebih baik. Pada zaman Orde Baru, Indonesia selalu jadi langganan juara umum SEA Games. Cuma dua kali Indonesia jadi peringkat kedua. Tahun 1985 dan 1995. Dua-duanya digelar di Bangkok.
Kala itu, jangankan juara kelima, peringkat kedua pun sudah dianggap aib. Bahkan sampai Presiden Soeharto merasa risau melihat hal itu. Mangombar Ferdinand Siregar dalam buku “Guru-Guru Keluhuran, Rekaman Monumental Anak tiga Zaman” yang diterbitkan Kompas menulis, Menpora Abdul Gafur langsung dipanggil untuk memberikan laporan lengkap soal turunnya peringkat Indonesia. "Presiden Soeharto amat risau dengan kegagalan Indonesia meraih juara umum SEA Games XIII di Bangkok," tulis tokoh olahraga Indonesia ini yang ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
Baca Juga: SEA Games Filipina 2019 Berakhir, SEA Games Vietnam 2021 Menanti
Sumber: Istimewa
Seluruh cabang olahraga dievaluasi habis-habisan. Presiden Soeharto menegaskan jangan sampai kekalahan Indonesia terulang pada SEA Games XIV yang akan digelar di Jakarta tahun 1987. MF Siregar, Menpora Abdul Gafur dan Menkokesra Alamsyah Prawiranegara diperintahkan menyiapkan SEA Games dengan sebaik-baiknya. Semua kementerian di bawah Kemenko Kesra diminta untuk memberikan dukungan penuh pada SEA Games XIV. Bahkan Pak Harto menerbitkan instruksi presiden khusus.
Hasilnya memang sangat membanggakan. Indonesia menang telak dan tak memberi napas lawan-lawannya di SEA Games XIV. Kala itu atlet Indonesia mampu meraih 183 medali emas, 136 medali perak, dan 84 perunggu. Total 403 medali dipersembahkan. Bandingkan dengan juara kedua Thailand yang cuma dapat 63 medali emas dan Malaysia yang dapat 35 medali emas.
Sumber: Istimewa
Prestasi ini terus dipertahankan di setiap SEA Games. Indonesia terus juara umum, kecuali tahun 1995 di Bangkok. Pada 1997 kembali Indonesia membalas dendam dan merebut juara umum.
Namun sejak era reformasi MF Siregar mengaku merasa sedih. Prestasi Indonesia di SEA Games terus menurun. Tak lagi cuma peringkat dua, Indonesia juga merasakan pahitnya posisi tiga dan empat. Parahnya lagi hal itu dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja. "Zaman Pak Harto posisi nomor dua saja sudah dianggap sebagai tamparan pada sebuah bangsa," tulisnya.
Baca Juga: Di Hari Anak Nasional, Momen Si Kecil Hamli Bertanya Kepada Soeharto
Sejak reformasi tahun 1998, tercatat sudah 10 kali SEA Games digelar. Hasilnya, Indonesia hanya sekali merasakan manisnya juara umum. Itu pun saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games yang digelar di Jakarta dan Palembang.
Sumber: Istimewa
Hasil terakhir SEA Games belakangan ini hendaknya menyadarkan kita untuk berbenah diri. Harus ada evaluasi menyeluruh, dan dibutuhkan komitmen kuat baik dari pemerintah maupun stakeholder untuk menjadikan olahraga sebagai progam strategis.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.