Sejarah Hari Ini: Rapat Raksasa Lapangan Ikada | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: travesia.co.id

Sejarah Hari Ini: Rapat Raksasa Lapangan Ikada

Ceknricek.com -- Tepat pada tanggal hari ini, 74 tahun lalu, 19 September 1945, ratusan ribu orang berkumpul di Lapangan Ikada (sekarang komplek Monas) untuk memperingati satu bulan kemerdekaan Indonesia. Mereka memiliki satu tekad bulat, yakni menegaskan kembali kemerdekaan Indonesia dan ke mana kemerdekaan tersebut akan dibawa.

Peristiwa Ikada

Tidak lama setelah kemerdekaan diproklamasikan dari Jalan Pegangsaan, sebuah rapat raksasa yang diprakarsaai oleh Comite van Actie yang terdiri dari berbagai elemen pemuda dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta).

Tujuan dari aksi ini karena para pemuda ingin kembali mepertemukan rakyat dengan para pemimpinnya sekaligus sebagai show of force di hadapan Gunseikanbu (pemerintah Militer Jepang) yang ngotot mempertahankan ststus quo sampai datangnya Sekutu.

Sumber: Dinosaurus

Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Peristiwa Penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok

Historia mengutip Ben Anderson dalam buku Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, menuliskan para penggerak utama dari rapat ini adalah kelompok-kelompok pemuda asrama Menteng 31 yang ditugaskan oleh Komite Nasional Kota Besar Jakarta yang  kemudian menyebar ke daerah disekitar Jakarta untuk membujuk rakyat hadir.

Para pemuda pun segera bergerak. Namun karena persiapannya terlalu mepet, maka peringatan yang harusnya dilaksanakan pada 17 September itu diundur menjadi 19 September 1945. Melihat hal ini, Jepang kemudian juga mengeluarkan pengumuman tandingan dan mengancam akan mengambil tindakan bagi yang mengikuti rapat.

Sumber: Kompas

Baca Juga: Napak Tilas Kemerdekaan, Ini 6 Tempat Bersejarah di Jakarta yang Patut Dikunjungi

Namun yang terjadi kemudian justru membuat Jepang gelagapan. Jumlah massa yang turun ke lapangan begitu besar. “Secara psikologis kekuatan tentara Jepang yang bertindak atas nama Sekutu untuk mempertahankan status quo dapat dipatahkan,” sebut Soejono Martosewojo dalam Mahasiswa ’45 Prapatan-10: Pengabdiannya (1) sebagaimana dikutip dari Historia.

Meskipun demikian, para pemimpin republik tidak mau mengambil risiko dengan melawan Jepang. Bahkan, Presiden Soekarno dan para pejabat lainnya semula menolak untuk menghadiri rapat raksasa itu setelah dibujuk oleh pemuda dari Asrama Prapatan 10 untuk memberikan pidato. Ia akhirnya luluh setelah didesak terus menerus.

Pidato Singkat

Rakyat yang datang dari berbagai pelosok dan menunggu para pemimpin revolusi di lapangan Ikada sejak pagi hari baru bertemu dengan Soekarno pada sore harinya. Sambil menunggu kedatangan para pemimpin republik dan untuk menjaga semangat, mereka menyanyikan lagu-lagu.

Sumber: Istimewa

Baca Juga: Napak Tilas Tempat Pembuangan Sang Proklamator

Tirto menuliskan, salah satu lagu yang dinyanyikan adalah lagu berjudul “Darah Rakyat”: “Dari pagi, di bawah terik panas matahari khas Jakarta, tidak minum, tidak makan, segala macam nyanyi perjuangan dan yel-yel sudah dikumandangkan,” ucap seorang letnan kolonel Jepang bernama Miyamoto, seperti dikutip Harry Poeze dalam Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid I Agustus 1945-Maret 1949 (2008).

Jelang sore hari, Soekarno dan para pemimpin republik baru kemudian datang. Riuh pekik merdeka pun seketika membahana tatkala Soekarno naik podium menggantikan posisi Soewirjo (Walikota Jakarta).  “Saudara-saudara, kita akan tetap mempertahankan proklamasi kemerdekaan kita. Kita tidak mundur satu patah katapun! […] Pulanglah dengan tenang. Tinggalkan rapat ini sekarang juga dengan tertib dan teratur dan tunggulah berita dari para pemimpin di tempatmu masing-masing,” ucapnya.

Meskipun massa cukup kecewa karena pidato Soekarno sangat singkat, saat hari menjelang gelap mereka akhirnya menurut kembali pulang secara baik-baik ke rumahnya masing-masing. Dalam lautan manusia itu juga nampak salah satu penggagas dari terjadinya aksi massa terbesar pertama setelah kemerdekaan tersebut. Tan Malaka. Sosok yang dipuja para pimpinan pemuda di kala itu, yang namanya sebagai penggagas baru dibuka setelah reformasi tiba. 

BACA JUGA: Cek AKTIVITAS KEPALA DAERAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait