Ceknricek.com -- Diah Mutiara Sukmawati Soekarnoputri bikin ulah lagi. Ia gemar bertindak vivere pericoloso, nyerempet-nyerempet bahaya. Dulu, tahun lalu, ia membanding-bandingkan cadar dengan konde, azan dengan kidung ibu Indonesia, dalam puisinya. Kini putri Sang Proklamator ini membandingkan Nabi Muhammad dengan sang ayah, Ir. Sukarno.
Ini kali, Sukmawati berbicara dalam diskusi "Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme", pada Senin (11/11). Kegiatan itu dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2019.
Sukmawati melontarkan pertanyaan nyeleleh kepada forum. "Mana lebih bagus, Pancasila sama Alquran? Gitu kan. Sekarang saya mau tanya ini semua, yang berjuang di abad 20 itu nabi yang mulia Muhammad, apa Insinyur Sukarno? Untuk kemerdekaan. Saya minta jawaban, silakan siapa yang mau menjawab berdiri, jawab pertanyaan Ibu ini," ujar Sukma.
Sumber: Indopolitika
Sejarah mencatat Sukarno bersama rakyat Indonesia berjuang untuk kemerdekaan. Di antara rakyat kebanyakan, Sukarno memang menonjol. Dia sejajar atau mungkin lebih hebat dari Tan Malaka, Hatta, atau Syahrir. Sukarno membaca naskah proklamasi 17 Agustus 1945. Syahrir mendeklarasikan kemerdekaan sebelum itu. Tan Malaka berjuang untuk kemerdekaan 100%. Mereka adalah tokoh-tokoh hebat. Pembacaan proklamasi 17 Agustus 1945 diperingati bangsa ini sebagai hari kemerdekaan.
Di situlah Sukarno hebat. Namun tetap saja ia menjadi kecil di hadapan Nabi. Tak hanya di depan Nabi Muhammad, tapi juga nabi yang pernah lahir di dunia ini. Hal itu disadari betul oleh Si Bung.
Sumber: Istimewa
Pada saat viral pidato Sukmawati membandingkan Sukarno dengan Nabi Muhammad, viral juga Kisah Istimewa Bung Karno yang diterbitkan Kompas Media Nusantara (2010).
Pada 1955, Presiden pertama Indonesia itu mengunjungi Arab Saudi. Ia berjalan di Kota Madinah bersama Raja Saudi. Saat dekat makam Rasulullah, Presiden Soekarno melepaskan atribut-atribut pangkat kenegaraannya. "Kenapa Anda melepaskan itu semua?," tanya Raja Saudi keheranan.
Sumber: Istimewa
"Yang ada di sana itu Rasulullah Saw., pangkatnya jauh lebih tinggi dari kita, aku dan dirimu," jawab Bung Karno. Lantas Bung Karno berjalan merangkak sampai ke makam Baginda Nabi Agung Muhammad Saw.
Cerita tentang betapa Sukarno sangat menjunjung tinggi Nabi itu disampaikan oleh Sayyid Husein Muthahar yang mengikuti perjalanan Bung Karno saat itu. Sayyid Husein Mutahar adalah pencipta lagu-lagu perjuangan yang masyhur itu.
Sukmawati mungkin lupa membaca siapa sejatinya sang ayah. “Aku tak tahu Syariat Islam,” ucap Sukma melantunkan puisinya “'Kidung Ibu Indonesia” dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018.
Sumber: Gelora
Baca Juga: Giliran Sukmawati Dapat SP3
“Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah. Lebih cantik dari cadar dirimu. Gerai tekukan rambutnya suci. Sesuci kain pembungkus ujudmu. Rasa ciptanya sangatlah beraneka. Menyatu dengan kodrat alam sekitar. Jari jemarinya berbau getah hutan. Peluh tersentuh angin laut,” lanjutnya.
“Aku tak tahu syariat Islam,” ucapnya lagi. “Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok. Lebih merdu dari alunan azan mu. Gemulai gerak tarinya adalah ibadah. Semurni irama puja kepada Illahi…”
Puisi ini sejatinya juga sebagai pengakuan Sukma bahwa dirinya memang awam syariat Islam. Banyak orang tak tahu tentang Islam dan syariat Islam. Yang lucu dari Sukma, biar tak tahu dia mencoba membanding-bandingkan hal-hal yang terkait Islam dengan yang lain. Tanpa disadari Sukma telah berlaku mengangkat yang satu lalu menginjak yang lain.
Sakral
Hari-hari di bulan November ini kali memang agak sakral. Pada 9 Novermber, umat Islam sedunia memperingati hari kelahiran atau maulid Nabi Muhammad. Di sisi lain, pada 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Di Indonesia, dua peringatan itu sama-sama penting. Bahkan, bagi sebagian umat Islam, memperingati maulid Nabi diyakini bernilai ibadah.
Ada yang mengartikan peringatan maulid adalah sebuah momen spiritual untuk mentahbiskan beliau, Nabi Muhammad, sebagai figur tunggal yang mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup bagi umat Islam. Maulid merupakan perenungan dan pengisian batin agar tokoh sejarah tidak menjadi fiktif dalam diri tiap muslim, tapi betul-betul secara kongkrit tertanam, mengakar, menggerakkan detak-detak jantung dan aliran darah mereka.
Sumber: Gelora
Sedangkan peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk melakukan introspeksi. Sampai seberapa jauh setiap komponen bangsa dapat mewarisi nilai-nilai kepahlawanan, melanjutkan perjuangan, mengisi kemerdekaan demi mencapai NKRI yang sejahtera, adil dan makmur.
Maulid dan Hari Pahlawan tidak perlu dibanding-bandingkan. Apalagi dipertentangkan. Dua hari “sacral” itu bisa bersanding. Membandingkan itu, nggak appel to appel. Itu sama saja, membandingkan Nabi Muhammad dengan para pahlawan Indonesia. Para pahlawan muslim, menjadikan kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai inspirasi besar perjuangan mereka.
Sumber: Assuniyah
Bagi tiap muslim, juga para pahlawan muslim, meyakini bahwa berjuang meraih kemerdekaan Indonesia adalah sesuai ajaran Islam. Islam adalah agama pembebasan dari belenggu kelaparan dan kemiskinan. Selain itu, Nabi Muhammad adalah sosok sebaik-baiknya panutan dan manusia pilihan sehingga tidak tepat untuk disepadankan atau dibanding-bandingkan dengan manusia lainnya.
Tak Bermaksud
Pada kasus konde, sejumlah pihak menganggap puisi Sukma tersebut telah menistakan ajaran Islam. Tak tanggung-tanggung, ada 30 laporan dilayangkan ke Polda dalam kasus ini.
Sukmawati menangis meminta maaf. Dia menyebut puisinya itu sama sekali tidak berniat untuk menghina umat Islam. Pernyataan tersebut disampaikan Sukmawati dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, 4 April 2018. "Dari lubuk hati yang paling dalam saya mohon maaf lahir dan batin, kepada umat Islam Indonesia," ujarnya, kala itu.
Sumber: Berkabar
Baca Juga: Wamenag Angkat Bicara Soal Kontroversi Pernyataan Sukmawati
Kini, dalam kasus Nabi-Sukarno, Koordinator Bela Islam (Korlabi) juga melaporkan Sukma ke polisi atas tuduhan penistaan agama Pasal 156a KUHP. Selain Korlabi, Sukmawati dilaporkan oleh Forum Pemuda Muslim Bima (FPMB) ke Bareskrim Polri. Mereka melaporkan Sukmawati atas dugaan penistaan agama sesuai dengan Pasal 156a KUHP juncto Pasal 28 ayat (2) UU ITE.
Sukma memang membikin gaduh. Muhammadiyah menilai pernyataan Sukmawati tak enak didengar. Sejauh ini MUI belum bersikap, namun secara pribadi Wakil Sekjen MUI, Misbahul Ulum, menyesalkan pidato Sukmawati itu. Kadiv Hukum PA 212 Damai, Hari Lubis, merasa kasihan dengan Sukmawati karena tidak paham agamanya sendiri. Sedangkan Wakil Presiden ke-9 RI, Hamzah Haz, menasihati Sukmawati agar berhati-hati dalam berkata-kata.
Sukmawati sendiri membantah jika dikatakan menistakan agama terkait ucapannya itu. Ia menyebut tidak pernah memiliki niat menistakan agama. Dia juga mengakui memiliki kecintaan terhadap Rasul. "Saya kira apa yang saya bicarakan, apa yang saya ucapkan di forum FGD Humas Polri itu dengan judulnya--kan kamu tahu ya--itu sama sekali tidak ada maksud itu. Saya cinta kok para nabi, kok jadi dianggap menistakan agama?," ucapnya.
Sumber: Kongkrit
Rois Syuriah PBNU, M Mustofa Aqil Siradj, menyarankan semua tabayun. Cek & ricek. Namun dia menilai, perkataan Sukmawati itu tidak tepat. "Barangkali ngomongnya nggak sadar. Barangkali ngomongnya lagi tidur. Barangkali. Mungkin," ujarnya.
Lalu, apakah pernyataan Sukmawati masuk sebagai penistaan agama? "Nggak ada masalah. Orang nggak ngerti nggak apa-apa. Orang nggak tau, mau ngomong silakan. Udah nggak apa-apa," tutur Mustofa.
Ya, sudah, kalau gitu. Anggap saja, Sukma sedang cari perhatian. Dia perlu sensasi.
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar