Terpenting Dorong Terus Investasi | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: MNC

Terpenting Dorong Terus Investasi

Ceknricek.com -- Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya investasi untuk menumbuhkan ekonomi. Dibentuknya Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi memberi isyarat itu. Lalu bagaimana kondisi realisasi investasi saat ini?

Thomas Lembong meninggalkan rapor lumayan biru pada kuartal III tahun ini. Nilai realisasi investasi di sepanjang tiga bulan kemarin mencapai Rp205,7 triliun. Itu bermakna dibanding periode yang sama tahun lalu terjadi kenaikan sekitar 18%.

Pencapaian pada kuartal III itu membuat realisasi investasi di sembilan bulan tahun ini mencapai Rp601,3 triliun atau sekitar 76% dari target yang ditetapkan sebesar Rp792 triliun. Rinciannya, realisasi investasi asing (PMA) sebesar Rp317,8 triliun atau 65,7% dan investasi domestik (PMDN) sebesar Rp283,5 triliun atau 92%. Pencapaian PMA itu naik sebesar 8,2% dan PMDN 17,3%.  

Terpenting Dorong Terus Investasi
Sumber: Katadata

Ada beberapa penyebab kenaikan realisasi investasi di kuartal III tahun ini. Salah satunya adalah pemilu dan pilpres 2019 yang terlaksana dengan baik sehingga berdampak pada nilai realisasi. 

Baca Juga: Nyanyian Sumbang Lembong Soal Investasi dan Pajak

Kini, menjadi tugas Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadia untuk melanjutkan prestasi yang baik itu. Pada Kamis (31/10) kemarin, pengganti Thomas ini meyakini bahwa target investasi di tahun ini bisa dikejar, sebab sisanya yang sekitar Rp190,7 triliun masih dapat dicari di sisa waktu tahun ini. “Insyaallah kami punya keyakinan di tahun ini target bisa tercapai sekalipun pertumbuhan ekonomi global yang belum terlalu menggembirakan,” ujarnya. 

Terpenting Dorong Terus Investasi
Sumber: BKPM

Bahlil bilang untuk mengejar target itu pihaknya akan melakukan konsolidasi guna mengidentifikasi izin-izin mana yang selama ini menjadi keluhan bagi pengusaha. Mantan Ketua Umum Hipmi ini juga berjanji akan mengawal para investor agar mereka tidak kabur dari Indonesia. Bahkan, Bahlil menyatakan akan turun langsung ke lapangan menemui para investor. “Saya akan langsung memimpin untuk turun, memastikan agar seluruh investor yang masuk betul-betul merasa nyaman dan mendapat kepastian," ujarnya. 

Tugas Berat

Upaya Bahlil itu jelas tak lepas dari tugas-tugas berat yang menantinya. Banyak pekerjaan rumah yang ditinggalkan Lembong. Beberapa di antaranya adalah meningkatkan kemudahan berusaha (ease of doing business/EoDB). Dua tahun berturut-turut, peringkat EoDB Indonesia bertengger di peringkat 73. Presiden Joko Widodo meminta dirinya agar peringkat EoDB di Indonesia bisa naik ke peringkat 50.

Tugas berikutnya meningkatkan lagi promosi investasi dan meningkatkan lagi investasi di dalam negeri. Peningkatan investasi di dalam negeri penting dalam rangka mengantisipasi adanya ketidakpastian global, yang membuat para investor asing lebih memilih untuk menahan investasinya. "Ini kerja besar. Kita juga akan minta para investor dalam negeri untuk mau berinvestasi ke dalam sektor UMKM," tuturnya. 

Terpenting Dorong Terus Investasi
Sumber: Merdeka

Baca Juga: BKPM: Realisasi Investasi Triwulan III 2019 Capai Rp205,7 triliun

Menarik investasi agar masuk ke Tanah Air memang bukan perkara gampang. Tak cukup dengan kalimat-kalimat “heroik” macam turun langsung ke lapangan atau mengawal sendiri. Butuh kerja keras, cerdas dan juga sinergi antar lembaga terkait perizinan. 

Wakil Ketua Umum Kadin, Shinta Widjaja Kamdani, mengingatkan masalah terbesar dalam ekosistem iklim investasi masih relatif sama, yaitu tidak efisiennya beban strating a business karena perizinan dan birokrasinya.

Shinta kemudian mengurai penyebab yang menjadi kendala bagi para investor tersebut, yaitu tingginya beban ketidakpastian berusaha karena masih belum ada sistem transparansi kebijakan dan putusannya yang memadai, serta efektif dilaksanakan di semua level pemerintah dan di seluruh institusi pemerintah. 

Efisensi juga menjadi kendala investor karena terlalu banyak regulasi yang mengikat kebebasan perusahaan dalam menciptakan efisiensi biaya operasional dan biaya produksi. “Dan tidak efisiennya biaya supply chain nasional tetapi pada saat yang sama perdagangan internasional semakin tinggi beban regulasinya,” tambah Shinta, belum lama ini.

Kalah dengan Vietnam

Sejatinya, pemerintah memahami benar keluhan para pengusaha ataupun investor. Makanya sejak beberapa tahun lalu pemerintah mulai menggenjot investasi dengan mengeluarkan berbagai aturan, salah satunya kebijakan ekonomi Jilid II yang dirilis pada 2015. Yang terbaru kebijakan terkait online single submission (OSS) versi 1.1 yang saat ini tengah diuji coba. 

Kendati pemerintah sudah pontang-panting menarik masuknya investasi asing, hasilnya masih dianggap belum memuaskan. Memang sejak tahun 2015, hanya pada 2018 target invetasi tak tercapai. Masalahnya, jumlah investasi, terutama asing, yang masuk ke Indonesia masih kalah dibanding negara-negara ASEAN, terutama Vietnam. 

Di tambah lagi, ketika banyak perusahaan hengkang dari China akibat perang dagang dengan Amerika Serikat semakin memanas, Indonesia tak kebagian satu pun berkah itu. Alhasil, Jokowi pun meradang. “Di dua bulan yang lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar, 23 memilih di Vietnam. Kemudian 10 lainnya pergi ke Malaysia, Thailand dan Kamboja. Enggak ada yang ke kita," keluhnya.

Terpenting Dorong Terus Investasi
Sumber: Youtube

Ada beberapa penyebab mengapa perusahaan-perusahan asal China itu lebih memilih Vietnam. Pajak penghasilan badan di Vietnam lebih rendah, hanya 20% sedangkan Indonesia masih 25%. Selain itu, persoalan tenaga kerja. “SDM di Indonesia masih kalah dengan Vietnam dan Malaysia karena kedua negara tersebut memiliki SDM yang unggul dan lebih siap," kata Bhima Yudhistira, ekonomi Indef.

Faktor selanjutnya, mahalnya biaya logistik di sini dibanding negara-negara tadi. Biaya logistik di Indonesia terbilang mahal dikisaran 22-24% terhadap PDB. Artinya, seperempat biaya sebuah produk sudah habis untuk ongkir sendiri. Hal itu tercermin dari Logistik Performance Index Vietnam yang menempati rangking 39, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi Indonesia yang rangking 46. 

Baca Juga: Tim Ekonomi: Politisi Selalu Membikin Ragu

Ironis memang, sejak lima tahun terakhir pemerintah telah mengerahkan banyak usaha untuk memperbaiki masalah ekosistem investasi, tapi pada kenyataannya tidak banyak berubah. Musababnya, kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan tidak semuanya dikerjakan di lapangan. “Pada praktik di lapangan, pelaksanaan regulasi tidak konsisten dengan regulasinya dan semakin lama dilakukan pembiaran, bukannya didisiplinkan atau diperbaiki kekurangannya,” kata Shinta.

Menurut Shinta, kalau kita mau menarik investasi (PMDN maupun PMA), maka pemerintah harus jauh lebih serius dan jauh lebih cepat bergerak untuk memperbaiki ekosistem iklim investasi dan iklim usaha kita yang tidak efisien dan tidak kompetitif jika dibandingkan dengan negara lain.

Konsistensi pelaksanaan reformasi kebijakan ekonomi kita dengan pelaksanaannya di lapangan harus menjadi prioritas utama yang dibenahi dan didisiplinkan oleh pemerintah di segala level. “Dengan demikian, kita bisa menunjukkan kepada investor bahwa iklim investasi Indonesia jauh lebih berdaya saing dari iklim usaha di negara-negara lain,” katanya.

Kuncinya Investasi 

Di tengah ancaman resesi ekonomi global, peningkatan ekspor dan  investasi merupakan upaya untuk mengantisipasinya. “Kuncinya ada. Pertama meningkatkan ekspor dan substitusi barang-barang impor. Kedua, yang sangat penting adalah investasi,” kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas bidang ekonomi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/10).

Investasi sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti kata Sri Mulyani, andil investasi masih akan menjadi pendorong yang dominan bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% - 5,6% pada 2020. “Ini yang menggambarkan bahwa untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3 hingga 5,6%, peranan investasi swasta menjadi sangat penting sehingga yang berhubungan dengan kebijakan investasi menjadi sangat kunci," katanya.

Terpenting Dorong Terus Investasi
Sumber: Detik.com

Masuknya investasi terutama dalam bentuk foreign direct investment (FDI) akan menciptakan efek dominio yang positif. Salah satunya pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Ketika investasi di kuartal III masuk sebesar Rp205,7 triliun, telah menciptakan lapangan pekerjaan buat sebanyak 212.581 orang. Sepanjang sembilan bulan tahun ini, dari investasi yang masuk, lapangan pekerjaan yang sudah tercipta sebanyak 600 ribu.

Banyaknya lapangan pekerjaan tentu akan menciptakan daya beli sehingga konsumsi domestik menjadi terdongkrak. Ingat, separuh dari perekonomian nasional ditopang oleh konsumsi domestik.

BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait