Mahasiswa Sang Revolusioner | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Ashar/Ceknricek.com

Mahasiswa Sang Revolusioner

Ceknricek.com -- Telah saya sebutkan dalam beberapa tulisan saya yang bisa di-Googling tentang mahasiswa, mereka adalah avant garde alias garda terdepan kaum revolusioner. 

Hariman Siregar, legendaris dalam gerakan mahasiswa, menyebutkan, kekuatan mahasiswa adalah "deep feeling" tentang nasib bangsanya. Jika situasi bangsa memburuk maka mereka akan tersadarkan. 

Saya sendiri harus menambahkan, kekuatan mahasiswa terletak dari idealisme mereka, independensi, dan kemampuan kekinian mereka menggunakan big data dan IT dalam merespons situasi yang ada.

Mahasiswa Sang Revolusioner
Foto: Ashar/Ceknricek.com

Tesis ini saya kemukakan untuk menjawab kegelisahan banyak pihak yang bingung apa dan ke mana arah gerakan mahasiwa saat ini. Pertanyaan ini muncul karena terkesan tiba-tiba saja gerakan mahasiswa ini menguasai seluruh ruang publik dan semakin radikal.

Dalam banyak analisa merujuk pada masa lalu, memang gerakan mahasiwa biasanya bertahap dari tingkat kampus ke tingkat kota baru ke tingkat nasional di Jakarta (DPR dan Istana). Namun, anehnya, sekarang sudah ada pada semua tingkatan. 

Profesor Emeritus Shoshana Zuboof dari Harvard University dalam bukunya "The age of Surveillance Capitalism" 2019, justru mengatakan, era ini ditandai dengan "the unprecedented", sesuatu yang tidak disangka-sangka muncul.

Jadi memang sejarah di masa lalu tidak harus terjadi dalam skenario yang sama di masa kini. Gerakan mahasiwa saat ini mampu datang dengan cepat menguasai ruang publik. Itu fakta.

Baca Juga: Aksi Mahasiswa di Depan Gedung DPR Tuntut Tuntaskan Reformasi

Memang dari segi tema, spectrum tuntutan terkesan bervariasi. Namun, sasaran  mereka sebenarnya jelas, melawan pada pusat/elit kekuasaan zalim. Dalam hal sementara adalah DPR RI, yang dianggapnya melumpuhkan KPK, via revisi UU KPK. Triger Undang-Undang KPK ini adalah permulaan. Namun, teriakan revolusi sudah terjadi di beberapa daerah, seperti demo mahasiwa hari ini di Malang, dan teriakan Jokowi turun, sudah diteriakkan di Makassar.

Mahasiwa yang diduga "tidur" selama ini, lalu terkesan tiba-tiba bergerak, kemudian dicurigai adanya pihak-pihak yang menunggangi. Pada saat bersamaan, Moeldoko, ketua KSP mengeluarkan pernyataan, ada upaya kelompok-kelompok tertentu menggagalkan pelantikan Presiden Jokowi, 20 Oktober mendatang.

Mahasiswa Sang Revolusioner
Foto: Ashar/Ceknricek.com

Namun, tentu saja dugaan dan kecurigaan terhadap mahasiwa seperti itu kurang beralasan. Gerakan mahasiwa adalah gerakan yang sifatnya historis. Sehingga kesadaran historis itu mengantarkan klaim mahasiwa untuk eksis sebagai pelaku kontrol sosial. Dalam perspektif kesadaran kelas, dalam analisa kaum Marxian, mahasiwa tentu berpikir tentang previlage itu, bahwa mereka harus menunjukkan eksistensi dan eksklusifitasnya sebagai sebuah kelompok sosial.

Koeksistensi antara munculnya gerakan mahasiswa saat ini dengan adanya kelompok-kelompok sosial yang dituduhkan Moeldoko, tentu saja dapat terjadi. Di Hong kong pun, misalnya, gerakan mahasiwa Hong Kong selama 12 minggu terus menerus, bersinergi antara idealisme mahasiswa Hongkong bertemu dengan kekuatan kapitalis Hongkong dan kelompok-kelompok Triad yang anti hukum ekstradisi RRC. Namun, idealisme mahasiswa Hong Kong tetap berada pada jalur idealisme alias jalur revolusi. 

Baca Juga: Bayang-bayang Soekarno dan Soeharto

Hanya saja dugaan dan kecurigaan itu tidak mampu mereduksi kesadaran politik mahasiwa saat ini. Mahasiswa sebagai kelas menengah sadar (tercerahkan), tentu selama bertahun-tahun belakangan ini menyerap problema sosial yang ada. Secara kesadaran, semua data dan peristiwa  yang diproduksi sistem sosial yang timpang, akan mengakumulasi dalam kegelisahan jiwa jiwa muda mereka. 

Kasus kebakaran hutan dan asap yang mematikan yang kesannya dianggap sepele serta bertahun tahun, kasus-kasus terkait kemiskinan buruh dan sulitnya  lapangan kerja, kasus rasisme di Papua, ekonomi yang memburuk disertai utang luar negeri yang terus membengkak, penguasaan kekayaan disegilntir elit dan terkahir kasus revisi UU KPK yang ganjil prosesnya, telah menyentuh sanubari jiwa-jiwa muda ini. Maka, ketika situasi politik kekuasaan an sich seperti pilpres mereda, mahasiwa punya kesempatan masuk ke ruang publik. Dengan demikian, gerakan ini adalah gerakan idealisme, gerakan moral dan revolusioner.

Catatan Akhir

Gerakan mahasiswa saat ini sudah kembali. Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Bogor, Makassar, Papua, Medan, Aceh, Riau, dsb. sampai Jakarta, telah ditandai gerakan mahasiwa. Berbagai kepentingan kelompok non mahasiswa berusaha mungkin mencari keuntungan dari gerakan ini. Alias upaya penunggangan. Namun, mahasiswa bukanlah orang orang naif dan bodoh. Karena kekuatan mahasiswa adalah pada idealisme, independensi dan kemampuan mereka mengartikulasikan kepentingannya. 

Mahasiswa Sang Revolusioner
Sumber: Merdeka.com

Baca Juga: Tiga Tuntutan Aksi Demo Mahasiswa di Gedung DPR RI  

Ketika sudah seluruh kota gerakan mahasiswa bergerak, maka mereka akan bergerak lama. Ini akan melewati batas-batas siklus politik, seperti urusan pelantikan Jokowi nanti. Karena gerakan ini akan bersifat revolusioner, yang menggugat soal nilai (value) atas sistem sosial kita yang rapuh. Saat ini DPR dikecam mahasiwa sebagai penjahat. Sebentar lagi akan menyasar juga pada eksekutif. Sehingga kemungkinan reformasi jilid dua akan terulang kembali.

Kita, di luar kekuatan-kekuatan mahasiwa, perlu memikirkan bagaimana kekuatan revolusioner ini menemukan jalannya dengan damai. Membangun dialog tanpa berniat menunggangi. Yakni dengan melihat mereka sebagai "moral force" dari bangsa kita yang sudah kehilangan moral. 

Selamat datang gerakan mahasiswa, selamat datang kaum revolusioner. 

*Dr.Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Institute

BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 



Berita Terkait